"Anakku, maafkan eomma, nak," tuturnya lirih.
Seokjin langsung bangun untuk duduk dan memeluk wanita yang tak lagi muda, namun masih terlihat cantik. Sosok yang sudah melahirkan dirinya ke dunia.
"Kau tidak salah," ucapnya menenangkan sang ibu.
Mata sayunya melirik lainnya. Kemudian melepaskan pelukan secara perlahan.
Ia tersenyum, ada gurat penyesalan di wajahnya. "Maafkan aku, maaf sudah membuat kalian terlalu kecewa dengan pria brengsek ini."
"Aku juga minta maaf hyeong, sudah meninggalkan dirimu bersama kesakitan yang selama ini kau sembunyikan," balas Taehyung tersenyum kecut.
Menimbulkan pertanyaan dalam benak pria berbahu lebar tersebut, akan pernyataan Taehyung. Jungkook kini menambah langkahnya, atensinya Seokjin melihat pria bergigi kelinci itu.
"Maaf sudah membuatmu jatuh kemarin, aku tak menyangka bakal begini jadinya. Aku sungguh menyesal bertindak kasar padamu, hyeong," papar Jungkook yang matanya mulai berembun.
"Tunggu, kalian— mengetahui, semuanya?" tanyanya gugup.
Tuan Kim menepuk pundaknya. "Mengetahuinya atau tidak, itu tak penting. Kini kau harus ikut menjalani operasi, Seokjin-ahh."
Seokjin menggeleng ragu dan berkata, "Aku tak pantas hidup."
Helaan napas terdengar gusar, Nyonya Kim memberikan isyarat untuk yang lain keluar dari kamar rawat Seokjin membuat mereka paham dan keluar satu-persatu.
"Seokjin-ahh, kenapa kau tak ingin menjalani operasi?" Perkataan lembut sang ibu membuatnya menoleh.
"Aku tak ingin, karena aku tak pantas hidup, eomma," ucapnya lirih.
"Bertahun-tahun aku menahan sakit, selama itu juga aku berusaha untuk sembuh dari multiple personality disorder yang bisa saja mencelakakan orang sekitarku, bahkan sudah sering terjadi dan bahkan benar-benar tidak bisa terkendali 'kan, eomma!" sambungnya frustasi sambil menarik rambutnya sedikit kencang.
Nyonya Kim hanya bisa menangis karena penyakit anaknya yang tak kian sembuh, sakit mental itu ada sejak Seokjin mengalami pembullyan pas masa sekolah menengah atas.
Teringat kembali akan memori lama yang sudah terkubur, Seokjin waktu itu mengalami kecelakaan akibat ulah para brandal yang membuatnya ketakutan setengah mati terhadap hantu palsu yang mereka buat.
Ruang pengap nan sempit itu masih membekas dalam ingatan Seokjin, setelah puas membuat takut setengah mati, pintu gudang terbuka hingga ia berlari tak tentu arah sampai tak sadar langkah besarnya keluar gerbang.
Mobil yang melaju dengan kecepatan sedang, pengemudi tak fokus terhadap jalanan dan kecelakaan sebenarnya pun terjadi.
Maut tak terelakkan kala itu, segera Seokjin di larikan ke rumah sakit. Dokter bilang ia membutuhkan transfusi darah, untung saja Tuan Kim segera datang.
Keluarga Kim menangis tersedu-sedu dan tak henti merapalkan doa untuknya. Operasi selesai, namun dokter keluar sembari menghela napasnya kasar. Jantung mereka seakan berhenti mendengar Seokjin mengalami koma, bahkan dokter tidak tahu Seokjin akan sadar kapan.
Karena tulang lengannya patah, kakinya cedera cukup serius sampai di jahit, dan tulang punggung mengalami kerusakan yang untungnya masih bisa diselamatkan.
Setianya mereka menunggu, masuk kedelapan bulan lima hari, mata yang tertutup sudah terbuka memberikan kelegaan.
Lalu bagaimana keadaan sang pelaku? Tentu mereka dihukum di bui mendapat hal setimpal menurut hukum, namun masih kurang bagi kedua orang tua Seokjin.
Kembali kepada keduanya.
Ia mencoba memahami Seokjin, sungguh berat hidup dengan trauma yang membelenggu kewarasannya. Disitu pula mulai timbul rasa stres dan meningkat menjadi depresi.
"Kau harus bisa bangkit, Seokjin-ahh. Kita semua akan tetap mendukungmu, kau pas—" Mata Seokjin menatap tajam.
Tangannya mengepal dan bunyi gigi bergemelatuk menahan emosi.
"KAU TAK AKAN MENGERTI KAMI! ENYAH KAU DARI HADAPANKU, MATI PUN KU JAMIN IA TAK AKAN PEDULI PADAMU!" Tangis Nyonya Kim pecah dan berlari menuju keluar kamar.
Seokjin-nya yang hangat dan lembut sudah tidak ada lagi, hanya tersisa kepribadiannya yang lain.
"Yeobo? Gwenchana? Ada apa? Kenapa kau menangis seperti ini?" tanya Tuan Kim khawatir.
Ia mendengar suara menggelar Seokjin, Taehyung dan Jungkook tak mengetahui penyakit Seokjin yang ini, dua pemuda itu hanya mengepalkan tangan untuk tidak terpancing emosi.
Nyonya Kim menggeleng lemah. "Ia butuh istirahat dan sepertinya kita mengganggunya, ia butuh waktu untuk sendiri."
"Apa ini karena aku?" sela Jungkook menunduk kepalanya.
"Bukan salahmu ataupun yang lain, mari kita pulang. Aku tahu kalian lelah," ucapnya lalu berjalan gontai menelusuri lorong rumah sakit.
"Jangan ganggu kakakmu sementara waktu, ibumu benar, dia butuh waktu untuk sendiri," tambah Tuan Kim memperingati.
Satu-persatu orang pergi, tak ada yang menunggu Seokjin karena kejadian tadi. Sedangkan pria itu menangkup wajahnya, derai air mata keluar dari bendungan.
Sesekali ia menjambak rambutnya hingga banyak helaian rontok.
Satu tangan mengelus lembut punggungnya, ia menurunkan tangannya dan beralih kepada gadis yang tersenyum teduh. Sangat menyejukkan hati.
"Jujur, ini pertama kali aku melihatmu menangis, entah kenapa itu sangat mengiris hati ini," ungkapnya lembut.
Seokjin tersenyum kecil. "Kenapa harus bilang seperti itu? Jangan buat aku ingin memilikimu lagi, perasaan ini sangat menyakiti hatiku, Yoona-ahh."
Yoona menarik tangannya dan duduk di kursi samping ranjang Seokjin. Ia kembali menatap Seokjin, begitu sebaliknya sampai titik perhatian pria tersebut jatuh ke benda bulat yang melingkar manis di jari Yoona.
"Lebih baik kita tidak bertemu lagi, aku tahu kau membenciku dan kini calon suami pasti akan marah ketika gadisnya menemui ku," tegur Seokjin.
"Aku hanya ingin bertanya, entah ini waktu yang tepat atau tidak. Yang jelas aku tak ingin membuang waktu hanya karena satu pria ke pria lain demi mencari cinta untuk kebahagiaan," ujar Yoona.
"Maksudmu?"
"Ada hubungan apa kau dengan Park Seulgi?" tanyanya mulai serius dan mengintimidasi.
Aroma parfum menguar dari tubuh Yoona dapat menyadarkan Seokjin beberapa saat.
"Dia hanya mantan kekasihku, tadi aku ingin melamarnya dan menjadikan dirinya sebagai pelampiasan karena kau meninggalkanku. Tapi itu tak terjadi, aku sadar dia bukan gadis baik," sesal Seokjin.
Wajahnya ia usap kasar, Yoona bersuara, "Park Jimin, Jimin mantan kekasihnya. Kenapa kalian berdua membuatku kecewa!"
Badan Seokjin mematung, mencerna kembali kalimat yang ditujukan pada dirinya.
'Pria cebol itu juga mantan Park Seulgi?' tanyanya dalam benak.
Yoona berdiri, kedua irisnya berkaca.
"Kalian mengecewakan ku, ini sangatlah sakit. Kenapa harus dia!" tungkas geram Yoona pergi begitu saja.
Meninggalkan Seokjin yang penuh penyesalan. Punggung Yoona menghilang dari balik pintu, kepala kembali sakit, rasa rindu juga sangat membuncah.
Tapi ego mengalahkannya, ia memilih diam tanpa mengejar atau menahan. Membiarkan Yoona membencinya.
Ia akan tetap mencintai Yoona sampai hembusan napas terakhirnya.
_____
TBC.
See you, bayyy bayyyyy!!!!!!!!!!!
💃💃💃💃💃💃💃
YOU ARE READING
Not Dynamic Life |END|
FanfictionWELCOME TO MY STORY, GUYS! JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK BERUPA VOTE SERTA KOMENTAR, HARAP HARGAI AUTHOR. JANGAN JADI SILENT READER'S!!! Note: Dalam masa revisi. ____ Aku kira manusia di lahirkan untuk merasakan cinta, tapi aku salah. Gadis ini ter...
28. I'm Not Me
Start from the beginning
