ANNYEONG!!!!
AKU UP LAGI LOH!
JANGAN LUPA VOTE YAA!
KOMEN JUGA BOLEH KOK!
MARI KITA LANJUT!!!!!!
_________
Keesokan harinya orang tua Seokjin berjalan tergesa-gesa melewati lorong rumah sakit, raut khawatir tersirat dari wajah keduanya.
Sesampainya di depan kamar rawat sang anak sulung terdapat anak bungsu dan temannya menunggu dengan wajah tak jauh berbeda dari keduanya.
"Taehyung-ahh ... Jungkook-ahh ...," panggil Nyonya Kim lirih.
Taehyung mendengar suara parau ibunya langsung menariknya ke dalam rengkuhannya di susul Tuan Kim memeluk mereka sambil mengelus punggung sang istri yang bergetar.
Wajah sendu Jungkook menatap mereka, ia memajukan langkahnya.
"Bibi, paman, dan Taehyung hyeong," panggil Jungkook pelan.
Pandangan mereka menatap Jungkook, menunggu anak itu berbicara hingga mulai memperlihatkan mata yang berkaca-kaca.
"Sebelum kejadian dan hujan deras mengguyurnya, Seokjin hyeong ingin mencelakakan seorang gadis, aku menghentikannya hingga kita berseteru dan ia terjatuh. Aku meninggalkannya dalam keadaan masih sadar, setelahnya aku tidak tahu. Sungguh maafkan aku atas kejadian ini," jujur Jungkook yang langsung bersimpuh di depan mereka.
Nyonya Kim paham keadaannya, ia menggeleng lemah dan menuntun Jungkook untuk duduk di kursi. "Jungkook-ahh, kau tidak salah. Sekarang kau harus mendoakan putraku supaya lekas sadar dan sembuh."
"Jangan merasa bersalah Jungkook-ahh, aku paham dengan situasi ini," ucap Taehyung merangkul sang sahabatnya yang masih sesenggukan.
Tuan Kim mulai bersuara dan menimpali, "Benar yang dikatakan barusan, kau tidak salah. Kami percaya niatmu baik."
Tangisannya semakin pecah karena tak kuasa menahan rasa bersalah, melihat itu Nyonya Kim ikut nangis kembali.
Mari kita pindah ke dalam ruangan.
Dua jam berlalu setelah kepergian Yoona dan Yoongi, sebenarnya mereka sudah menghubungi keluarga Kim sejak tadi malam tentang keadaan Seokjin di rumah sakit, tak lupa memberitahu tentang sakit yang ia derita.
Karena tidak ingin terlalu lama dan sama-sama memiliki jadwal padat, Yoongi dan Yoona terpaksa harus meninggalkan Seokjin sendirian dan menunggu keluarganya datang.
Bau obat-obatan menyeruak masuk ke indra penciuman Seokjin, perlahan matanya yang terpejam telah terbuka, samar-samar terdengar suara pintu.
Melihatkan presensi orang-orang yang ia sayangi. Senyumannya sangatlah tipis sampai tak terlihat, wajah cerah sang ibu langsung memanggil dokter.
Merasa tak nyaman, Seokjin mulai melepas alat bantu napasnya, membuat mereka yang melihat mendelik tajam.
"Hahh! Benda itu bikin diriku tak nyaman," kesal Seokjin.
Mereka terpaku beberapa saat, relung hati ibunya tak kuat menahan tangis. Menghampiri Seokjin sambil bergetar, tangannya yang lembut mengelus pipi tirus Seokjin.
YOU ARE READING
Not Dynamic Life |END|
FanfictionWELCOME TO MY STORY, GUYS! JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK BERUPA VOTE SERTA KOMENTAR, HARAP HARGAI AUTHOR. JANGAN JADI SILENT READER'S!!! Note: Dalam masa revisi. ____ Aku kira manusia di lahirkan untuk merasakan cinta, tapi aku salah. Gadis ini ter...
