7. Tizzy

2.4K 185 0
                                    

•••

Seorang lelaki berbadan kekar meneguk kopinya nikmat. Di malam sunyi yang disertai hujan cukup deras ini, lelaki itu menghela napas karena masih harus bekerja diwaktu istirahat begini.

Dia mengedarkan pandangan ke sekitar club tempatnya bekerja. Tak lama kemudian, lelaki yang berprofesi sebagai satpam itu mendengar suara gonggongan anjing. Suara itu tak kunjung berhenti. Malah semakin keras.

Karena penasaran, satpam itu memutuskan berkeliling bersama payung birunya. Ditelusurinya area belakang club, tempat orang biasa membuang sampah. Di sana ada seekor anjing yang sedari tadi menggonggong. Anjing itu terus menatap ke arah tubuh yang tergeletak lemas diantara semak-semak.

Awalnya satpam itu mengira tubuh itu adalah sebuah boneka. Namun ketika didekati, barulah dia menyadari bahwa seorang gadis lah yang tengah terbaring tak berdaya dengan pakaian yang sudah rusak sana-sini.

Langsung saja satpam itu berteriak. Dia panik. Mengira telah terjadi pembunuhan di area tempatnya bekerja. Satpam itu tergopoh-gopoh mencari orang untuk membantunya.

"Woy, tolong! Ada mayat di sini!" serunya pada segerombolan pemuda yang bersiap pulang dari club.

Para pemuda beserta beberapa warga segera mendekat. Berbondong-bondong melihat keadaan tubuh yang ditemukan satpam itu. Namun demikian, tidak ada yang berani menyentuhnya secara langsung.

Sebuah mobil hitam berhenti tak jauh dari lokasi itu. Vero dan Rafael yang melihat kerumunan orang, langsung turun dari mobil meski hujan mengguyur tubuh mereka. "Ada apa ini?" tanya Vero.

"Ini, Dek. Ada mayat perempuan," ujar salah satu warga.

Rafael yang penasaran melongokkan kepalanya dan mendapati Sia lah mayat yang dimaksud. "Sia!" teriaknya.

Vero dan Rafael mendekat. Mengecek nadi Sia yang ternyata masih berdenyut, walaupun lemah. Mereka sontak menghembuskan napas lega.

"Dia masih hidup," ucap Vero, memberi tahu orang-orang bahwa Sia belum meninggal.

"Bawa ke rumah sakit aja, Dek!" saran satpam tadi.

Rafael mengangguk. Dia membopong tubuh Sia dibantu Vero dan satpam itu. Mereka memasukan tubuh Sia ke dalam mobil Vero dengan hati-hati.

"Ayo, bawa ke RS Widuri, Dek. Yang dekat." Satpam itu memberi usul.

Vero mengangguk patuh. Dia lantas menghentikan gerakan satpam itu yang hendak memasuki mobilnya. "Bapak di sini aja, Pak. Saya kenal orang ini. Sebentar lagi, saya mau kabari ayahnya. Bapak tunggu di sini aja, jaga-jaga kalau ada polisi yang mau dateng buat ngecek lokasi kejadian."

Satpam itu mengangguk-angguk. Membenarkan perkataan Vero dalam hati. Dia juga tak bisa meninggalkan posko tempatnya bekerja. "Oh, siap, Dek! Saya jaga di sini!"

Vero mengeluarkan jempolnya. Pemuda yang sangat menggemari teater itu masuk ke mobilnya bersama Rafael. Dia menyerahkan tanggung jawab kemudi pada sahabatnya itu. Sementara Vero menopang tubuh Sia di belakang.

"Jalan sekarang, Raf!" perintah Vero.

Rafael menurut dan cepat-cepat melajukan mobil itu dengan kecepatan sedang.

"Lo yakin Sia bakal baik-baik aja?" tanya Rafael disela-sela kegiatan menyetirnya.

"Hmm, gue yakin Sia bakal baik-baik aja." Vero mengepalkan tangannya, tanda begitu yakin.

Mereka pun terus membelah jalanan dengan iringan hujan yang seolah ikut mengantarkan mereka membawa gadis tak berdaya itu.

•••

A Time For JoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang