| PART 6 | RUANG KURUNG

1.4K 192 17
                                    

VOTE wahai Readers baik hati dan tidak sombong karna itu amat-amatlah gampang gak ada susahnya dan tidak membuat hidup kalian sengsara oke 😙

Enjoy :)

.

.

.

"HENTIKAN PAPA!!" teriak (name) berderai air mata, kakinya dengan cepat berlari ke arah Sanzu dan Mikey.

Semuanya sontak melihat gelagat aneh Gadis itu. Dan lagi, siapa yang ia panggil papa? Mikey? Atau Sanzu?.

Mikey menghentikan pukulannya dan Sanzu yang hampir tak sadarkan diri. (Name) menghampiri kedua bujang itu mendorong Mikey dari atas tubuh Sanzu dengan keras.

BRAK!!

Alhasil Mikey jatuh di lantai dengan kedua tangan sebagai tumpuan tubuhnya. Tanpa di sangka (name) memeluk Sanzu dengan erat, dekapannya begitu erat dengan mata terpejam namun air mata masih membasahi pipinya.

"Hiks...jangan...jangan pukul mama lagi...hiks..." Ucapnya di sela-sela tangis pilunya.

"P-pukul saja aku..hiks..jangan mama" lanjutnya lagi.

Sanzu tertegun ia tak berkutik saat mendapatkan pelukan itu. Ia bisa mendengar debaran jantung (name) yang bukan main, tubuhnya bergetar namun masih memasang badan untuknya.

Pelukan itu, kehangatan itu, ketulusan itu, sudah lama ia tak mendapatkannya. Sanzu dengan pasrah menerima saja pelukan (name) padanya tanpa ada perlawanan.

Mikey berdiri menatap datar kedua manusia itu. "Kakuchou, koko, bawa gadis itu ke ruang kurung" titahnya pada kedua orang yang sedari tadi diam menyaksikan asupan drama di pagi hari.

Merasa namanya dipanggil kedua bujang itu saling memandang satu sama lain seakan melakukan telepati yang bangsatnya malah nyambung.

"Ini beneran mau di kurung?" _Kakuchou

"Jangan bertanya padaku" _Koko

"Apa kalian sudah tuli? Aku bilang kurung gadis itu!" Bentak Mikey dengan suara berat dan dalam.

Kakuchou dan Koko hanya bisa menuruti saja perintah Mikey tanpa mau membantah sedangkan Izana ia berinisiatif membopong tubuh Sanzu dan menjauh dari pada dihajar lagi.

Tapi saat Kakuchou dan Koko memaksa melepaskan pelukannya dari Sanzu, (name) memberontak layaknya orang gila.

"T--TIDAK!! APA YANG KALIAN LAKUKAN, JANGAN BAWA AKU!! LEPASKAN, MAMA!! PAPA JANGAN PUKUL MAMA!" pekik (name) memberontak, tapi sayangnya tenaga miliknya tak sebanding dengan kedua bujang yang menyeretnya menuju ruang kurungan.

"Tenanglah gadis, kau sedang berurusan dengan orang yang salah" ucap Koko pelan.

"Cepat bawa dia, aku tidak bisa terlalu lama menahannya" geurut kakuchou.

Sedangkan di ruang tamu Mikey hanya berdiri menatap kosong lantai di bawahnya, kepalanya yang masih terngiang-ngiang dengan kejadian barusan.

Bukan kejadian saat Shinichiro di tembak, melainkan kejadian dimana (name) memekik histeris dan malah memeluk Sanzu dengan erat, bahkan ia berteriak bak orang sakit jiwa saat pelukannya di lepas dan di bawa secara paksa.

Tak lama pintu mansion utama terbuka menampilkan seorang pria dengan rambut gondrong di kuncir kuda memakai jas berwarna putih dan membawa sebuah kotak sedang berusia peralatan dokter.

Dia, Baji Keisuke dokter pribadi Bonten serta sahabat Mikey.

Matanya sedikit terbelalak saat melihat kekacauan disini. Darah di tangga, barang di meja berantakan, dan Mikey yang berdiri tanpa tahu kehadirannya.

"Mikey, kau merayakan Halloween? Tapi kan bukan saatnya?" Baji bertanya dengan tampang cengo karna berpikir Mikey mau menjahilinya.

Kepalanya menoleh mendapati Baji di ambang pintu, tatapannya begitu kosong, ia pun pergi meninggalkan Baji yang tak tahu harus apa dipanggil kesini.

"Hey cebol! Untuk apa kau memanggilku kemari?! WOI!!" seru Baji tapi tak dihiraukan oleh Mikey yang sudah berjalan menjauh ke arah kamarnya.

Baji menggaruk tengkuknya yang tak gatal merasa bingung untuk apa ia di panggil jika tak di perlukan.

Tak lama matanya menangkap sosok Izana yang turun dari tangga setelah keluar dari salah satu kamar, Baji pun menghampirinya.

"Iza, Mikey memanggilku kan, ada apa? Apa ada yang terluka?"

Izana menatap sebentar pada Baji. "Pergilah ke kamar Shinichiro" ucapnya berlalu pergi.

"Apasih?! Gak Adek gak Abang, sama aja! Dasar orang-orang aneh!"

•••🍁•••

"Bangunlah bujang lapuk. Aku tau kau hanya berpura-pura" ucap Baji santai sembari melepaskan stetoskopnya.

Shinichiro membuka matanya menatap tajam ke arah pria dengan jas putih itu, tubuhnya bangkit dan duduk menyenderkan kepalanya di headboard.

"Untuk apa kau kemari" ketus Shinichiro memutar matanya malas.

"Kau. Aku kesini karna kau Sano Shinichiro"

"Aku tidak memanggilmu"

"Tapi saudaramu yang memanggilku"

Baji sedikit memijat pelipisnya pelan, dia duduk pada samping kasur dengan kaki yang mengangkang.

"Siapa gadis itu?" Tanya Baji to the point.

Shinichiro yang merasa di tanyai lantas menjawab.

"Gadis? Gadis yang mana?"

"Jangan pura-pura bodoh. Aku tau kau yang membawa pulang gadis bermata Ruby itu kan" tebak Baji tepat.

"Oh, gadis itu. Iya aku yang membawanya"

"Dan tanpa persetujuan Mikey?"

"Niat awalnya memang begitu, hanya saja ada drama di pagi hari yang membuatku tertarik jadilah aku ikut gabung dengan berperan sebagai pelindung si gadis. Hebatkan"

Pria tampan itu membusungkan dadanya dengan wajah sombong seakan aksinya barusan sangatlah heroik tanpa tau akibat dari kecerobohannya.

"Berhenti berbangga diri! Karna kau, gadis itu jadi di tempatkan di ruang kurung, kau tau, gadis itu seperti orang gila" ucap Baji yang sebenarnya juga merasa kesal akan kelakuan adik kakak ini. Satunya biang kerok yang satu melanjutkan.

Wajah Shinichiro yang tadinya sombong seketika berubah datar. Matanya sayu, tak ada ekspresi di wajah itu lagi.

"Bawa aku kesana"

___ B O N T E N X R E A D E R S ___

The Beautiful Girl Belongs to Bonten|| Bonten x Readers ( HIATUS )Where stories live. Discover now