Namun naas, tepat saat kedua bibir itu hampir menyatu. Sesuatu terlintas di benak Raline. Ada hal penting yang harus dia sampaikan.

"Ah iya! Aku hampir lupa!"

'Shit!'

Geraham Ranu menyatu, menahan geram. Tinggal beberapa mili lagi jarak ke benda kenyal yang ranum itu. Tapi.. ah sudahlah, memang bukan rejeki mau bagaimana lagi.

Jadilah ia dengan wajah masam memerhatikan dengan jeli gerak-gerik Raline yang tengah meraih tas putih dan mengeluarkan sesuatu dari sana.

"Aku melihat seseorang di sungai tadi. Orang itu menatapku dari kejauhan lalu mengirimkan seekor kucing untuk memberikanku ini."

Dahi Ranu mengerut, menatap selembar foto jadul yang usang yang disodorkan padanya. Ia mengerling sebentar pada Raline sebelum meraih foto itu.

"Itu foto keluargaku saat aku masih kecil."

Sepasang mata Ranu masih terpaku pada foto itu. Karena terbilang usia foto itu sudah lawas sekali. Ia agak kesulitan melihat dengan persis wajah objek manusia di dalamnya. Hanya gadis kecil berkostum peri yang masih bisa terlihat jelas.

Oh, istrinya ini begitu lucu dan menggemaskan saat kecil. Ranu jadi tak sabar ingin cepat-cepat memiliki replika Raline. Haruskah ia nekat melakukan 'itu' sekarang juga? Tidak... tidak... ia tetap harus menunggu sampai masa haid Raline selesai dan setelah itu....

"Ranu?"

Sebuah goncangan dibahu memecahkan gelembung fantasi liarnya. Ia lantas berdehem untuk menghilangkan rasa canggung.

"Apa kamu punya gambaran tentang siapa pengirim foto ini?"

Kepala Raline mengangguk, "Ayahku."

"Kamu bilang ayahmu sudah meninggal?"

"Aku juga tidak tahu. Beberapa waktu lalu Mommy bilang ayahku masih hidup. Aku sempat tidak percaya. Tapi tadi aku melihatnya sendiri dan orang itu benar-benar ayah!"

"Kalau benar dia ayahmu, lalu kenapa alih-alih datang dan memberikan foto ini langsung dia malah mengirimkan seekor kucing sebagai perantara? Bukankah itu terlalu aneh?"

Mendung meliputi wajah dahayu Raline. Bahunya turun dan menunduk lesu, "Itu dia masalahnya. Setelah mengirimkan foto ini dia langsung pergi, aku sempat mengikutinya sebentar. Tapi aku malah tersesat dan... kehilangan jejaknya."

"Bagaimana kalau dia bukan ayahmu? Mungkin kamu salah lihat."

"Tidak mungkin!" bantah Raline, " Aku sangat yakin dari sorot matanya itu adalah ayah. Tidak ada yang memilikinya kecuali dia. Selain itu, kucing yang mengantarkan foto ini adalah kucing peliharaanku saat kecil. Aku masih bisa mengenalinya. Apa kamu tidak percaya denganku?"

Ranu tergagap. Sebisa mungkin ia mencoba menenangkan istrinya yang mulai dilanda kegelisahan. Mata hitamnya berusaha menjaring netra coklat wanita itu. Sementara jemarinya sibuk menyisir rambut panjangnya.

"Tentu aku percaya dengan ceritamu, sayang. Tapi kamu harus tenang, jangan terlalu membebankan dirimu. Masalah ini biar aku yang mengurusnya. Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencari tahu tentang ayahmu, oke?"

Raline mengangguk lemah. Kepalanya yang kian terasa berat disandarkan pada dada bidang Ranu. "Terima kasih. Aku sangat beruntung memilikimu."

Senyum kuat mengulas di wajah Ranu, "Aku lebih beruntung memilikimu." Ucapnya sembari mengelus lembut kepala istrinya.

"Ranu"

"Hm?"

"Apa menurutmu kita akan selalu baik-baik saja? Entah bagaimana tapi kurasa akan terjadi hal buruk lagi."

If Something Happens I Love You: THE UNFORGIVABLE MISTAKEWhere stories live. Discover now