11 | Selalu tentang Masa Lalu

Start from the beginning
                                    

Detik berikutnya, Alara kembali mencari cara untuk bisa lepas dari Zargan. Kalau perlu, sampai Zargan tidak memiliki sedikit pun kesempatan untuk bisa menyentuh bibirnya.

"Mama!"

Alara mengangguk kegirangan. Namun, ia jadi sedikit membayangkan bagaimana jadinya jika mereka sudah tidak lagi tinggal bersama dengan orang tuanya? Alara bergidik ngeri lantas berlari kecil menuju lantai dasar.

'Zargan'

Ketukan di meja makan seketika langsung berhenti saat Zargan menarik kursi di sebelahnya. Jantung Alara kembali menari dengan hebat hingga tanpa disadari pipinya sudah bersemu. Perempuan itu sedikit menggeser kursinya agar berjarak lebih jauh. Tetapi rupanya hal yang dilakukan Alara barusan mampu mengundang tatapan heran dari sang papa.

"Kalian lagi berantem?"

"Enggak, Pa."

"Terus kenapa kamu menggeser kursi kamu?"

Alara menunjukkan sederet giginya sementara Zargan hanya tersenyum, seolah meledek Alara yang jelas sedang salah tingkah.

"Biar Zargan nggak sempit, Pa."

"Inget, ya, Ra. Lo nggak perlu mengindar," kata Zargan, tepat di telinga Alara. Suara beratnya mampu membuat Alara tak berkutik hingga sendok di tangannya kembali terjatuh pada piring. Rasanya benar-benar gila! Alara ingin sekali menjauh dari Zargan untuk saat ini. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengatur detak jantungnya menjadi lebih stabil. Namun, gagal, aroma parfum dari tubuh Zargan yang terus menyeruak seolah menambah kesan merinding pada tubuh Alara.

"Mama ... Ara kangen sama Mama, mau tidur di kamar Mama buat hari ini nggak apa-apa, 'kan?"

"Loh? Terus Papa kamu gimana?"

"Papa di kamar tamu dulu, ya, Pa?"

"Masa suami kamu disuruh tidur sama guling, Ra."

Rengekan pelan akhirnya keluar. Alara sudah tidak bisa lagi membohongi diri dan semua orang bahwa saat ini ia merasa takut dengan Zargan.

"Zargan mau ngehukum Ara katanya, Mama. Ara takut ..."

"Bener, Zar?" Suara bariton Xander terasa mengintimidasi. Ditatapnya Zargan dengan sedikit tajam, karena pria itu memang tak pernah mengizinkan siapa pun melukai putri semata wayangnya.

"Ara sering banget ngelawan saya, Pa. Masa istri ngebentak-bentak suami terus? Saya juga dikatain gila, nggak waras sama Ara."

Dalam hati Alara mengumpat karena Zargan berusaha mencuri perhatian orang tuanya. Hingga tatapan tajam yang semula tertuju pada Zargan, kini beralih sepenuhnya pada dirinya.

"Ara, nggak boleh gitu, dong! Zargan sekarang 'kan udah jadi suami kamu. Kalian bukan temen biasa kayak dulu lagi, yang kamu bebas mau bicara gimana aja sama Zargan."

"Iya, Mama, Ara tahu. Tapi, tetep aja Ara nggak mau dihukum! Tadi di sekolah Ara ngomong nggak sopannya sebanyak lima kali, dan Zargan bilang satu omongan nggak sopan hukumannya adalah 10 ciuman di bibir! Jadi, 50 kali, Mama! Bibir Ara bisa jontor nanti!"

Zargan menyenggol lengan Alara dan membuat perempuan itu menghentikan aksi bercelotehnya. Suasana di ruang makan nampak semakin canggung. Alara sengaja menatap wajah Xander dan Kiara secara bergantian. Ada rasa malu yang mendadak menyelimuti dirinya. Hingga tawa dari Kiara terdengar jelas di telinga Alara, dan perempuan itu memilih untuk menunduk seraya merutuki mulutnya sendiri.

Zargan ; ANNOYING HUSBAND ✔Where stories live. Discover now