Tangan Saka menggantung di udara saat hendak memakai helm. Alisnya naik bersamaan dengan senyum sinis andalannya.

"Terus?"

"Ya, berarti lo spesial sampe gue perlakuin beda dari yang lain."

Tidak tahu malu. Saka muak melihat sikap sok malu-malu yang Serena perlihatkan. Bukannya terlihat imut malah seperti orang cacingan di matanya.

"Eh eh jangan pergi dulu," cegat Serena saat Saka menarik gas motornya. "Mobil gue mogok boleh nebeng kan?"

"Gak."

"Sampe pertigaan depan aja kok, ayolah kapan lagi lo bisa boncengan sama cewek kayak gue," ujarnya percaya diri.

"Najis."

Mata Serena membulat terkejut. "Kok ngomongnya kasar sih? Gue cuma kasih penawaran yang menguntungkan."

"Bacot! Minggir lo."

"Tunggu!" Tahannya dengan kedua tangan merentang menghalangi jalan. "Lo lebih keren bareng gue daripada sama cewek jelek kemarin!"

Mata Saka menajam tak suka dengan ucapan kakak kelasnya itu. Mulutnya sudah gatal ingin menyumpah serapahi namun ia ingat bahwa yang sedang dihadapi adalah cewek gila.

"Ya, kan? Jelas lebih cantik, modis, kerenan gue kemana-mana dari pada cewek kemarin."

Tampilan Serena memang begitu feminim, tubuhnya berhiaskan barang mewah dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Namun itu semua tak bisa menarik perhatian Saka.

"Bangga lo?" tanya Saka sinis. "Gak usah sok kecakepan, najis gue sama cewek modelan lo."

"Apa sih! Lo gak bisa jaga omongan ya!?"

"Buat apa gue jaga omongan sama lo? Ngaca." Saka menarik gas motornya hingga memekakkan telinga. "Lo gak secantik itu buat sepercaya diri kayak sekarang."

***

"Ngapain lo mejeng disana?" tanya Daniel.

"Merenungi kehidupan," ceplos Qila asal.

"Idih idih."

Qila tertawa lepas, matanya masih terpaku pada bintang di langit. "Kamu pernah ngerasin takut sama sesuatu gak Niel?"

"Takut apaan?"

"Apa gitu, masa gak ada yang kamu takutin sih."

"Ya gue takut sama Allah lah," jawab Daniel percaya diri.

"Idih idih."

"Tengil juga ni bocah!" jitak Daniel membuat tawa Qila kembali terurai bebas.

"Tumben bocah aktif kaya lo takut, takut apaan? Ada yang jahilin lo di sekolah?"

"Kok kepo?"

"Yeuhhh gue kepret juga lu dasar kutu kupret," cibir Daniel memasukan kedua tangan ke kantong celana. "Apaan? Sini cerita sama gue lo ada masalah apa."

"Tumben hehe baik."

"Gue pites lagi ya pala lo?"

Qila menutup mulutnya menahan tawa, dia menghela napas kasar tak ingin melanjutkan pembicaraan tentang ketakutannya.

"Gak ada apa apa."

"Kebiasaan."

"Hm?"

"Kenapa sih lo jarang banget cerita sama gue? Beda kalau lagi sama Bang Dirga pasti ada aja bahan yang lo ceritain ke dia."

"Karena kamu gak pernah nanya kabar aku."

Daniel terpekur mendengarnya.

"Lagian ngomong sama kamu sama aja bohong. Gak ada untungnya sama sekali."

Paradise (Terbit)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin