"Heboh banget sih Qi?" lontar Daniel dari seberang meja.

"Ya gak apa-apa, di rumah ini cuma ada aku yang bisa ingetin ulang tahun kita semua. Soalnya kalian terlalu sibuk sama urusan lain."

Adakalanya Qila ingin kegiatan keluarga tidak selalu di ruang makan. Qila ingin ada waktu bagi mereka menonton film bersama, piknik menghabiskan akhir pekan.

Namun apa daya, jadwal ayah yang selalu padat, Bang Dirga yang tak menentu di rumah, Daniel mungkin lebih memilih bersama sang pacar dibanding di rumah.

"Mau berangkat bareng gak?" ajak Daniel begitu beres mengeluarkan sepeda motornya.

"Tumben?"

"Ck. Mau naik gak? Tumban tumben masih mending gue ngajakin."

Jarang sekali Daniel bersikap seperti seorang abang. Boro-boro mengajak pergi bersama yang keluar dari mulutnya bahkan selalu kalimat tak mengenakan.

"Mau deh lumayan hemat tenaga." Qila menyimpan kembali sepedanya, berlari kecil menghampiri Daniel.

"Pake jaketnya yang bener."

"Iya-iya," jawab Qila sambil menarik resleting jaket. "Yuk berangkat mang!"

"Berasa gojek gue," gumam Daniel. Yah, anggaplah ini sebagai tebusan rasa bersalahnya kemarin.

***

Sudah bermenit-menit Qila menghabiskan waktu menyelesaikan satu soal matematika.

Otaknya macet padahal dia sudah berkali-kali membaca rumus di LKS, tak ada satupun yang bisa dia pahami.

Penjelasan Bu Nindi tak membantu, apa-apaan pembahasan secepat kilat itu, bagaimana orang seperti Qila mau tergugah untuk belajar matematika.

"Bisa gak?" tanya Angkasa yang memperhatikan dari awal. "Sini, kalo gak bisa tuh minta tolong jangan diem aja."

"Emang kamu bisa?" tanya Qila skeptis.

Tuk! Angkasa memukul jidat Qila dengan bolpoin miliknya. "Kalo gak bisa gak mungkin gue nawarin, sini!"

Qila menggeser duduknya menjadi lebih dekat dia bahkan bisa mencium parfum Angkasa, wangi citrus rupanya.

"Gimana?" Kepala Qila menunduk memperhatikan buku.

"Lo salah masukin rumus disini, jangan terpaku sama buku karna setiap soal langkah penyelesaiannya beda."

Qila mengangguk kecil ternyata Angkasa pintar juga, Qila tak sangka cowok yang hobi tidur selama pelajaran berlangsung bisa segampang ini menjelaskan materi bahkan lebih baik dari Bu Nindi.

"Nah sekarang coba lo kerjain yang nomor dua, gak beda jauh sama soal pertama."

"Okeeee," ujar Qila semangat.

Qila bersenandung pelan dan menggerakkan kepalanya sesekali. Tingkah manis itu tak luput dari perhatian Angkasa yang menganggap Qila imut.

"Lo sakit?"

"Hm?" balas Qila tanpa mengalihkan pandangan.

"Muka lo pucet, lo sakit?" ulang Angkasa sambil bertopang dagu.

"Muka aku emang gini dari sananya."

"Masa?"

"Yaudah kalo gak percaya, eh ini bener gak sih jawabannya?"

"Iya bener, tuh kan lo bisa." Angkasa mengacak rambut Qila gemas. "Lo cuma lambat bukan bodoh."

Angkasa tahu sejak tadi Qila selalu menyalahkan dirinya dengan menggumamkan kata bodoh untuk dirinya sendiri.

Paradise (Segera Terbit)Where stories live. Discover now