68

2.1K 239 53
                                    

"Harry Potter sudah mati. Dia terbunuh ketika melarikan diri, berusaha mencari selamat sementara kalian menyerahkan nyawa kalian demi dia. Kami bawa mayatnya sebagai bukti kalau pahlawan kalian telah tiada”

Voldemort melangkah di depan mereka, membawa si ular besar Nagini di pundaknya, kali ini sudah tanpa kandangnya. Tapi Harry tak mungkin menghunus tongkat di balik jubahnya tanpa terlihat para Pelahap Maut yang berjalan di kedua sisi mereka sementara kegelapan perlahan makin menipis.

“Harry”, isak Hagrid. “Oh, Harry…Harry…”

"Draco.." Lucius memanggil Draco yang terlihat berada di kerumunan pejuang Hogwarts, "Draco.."

"Draco ayo kemari" panggil Narcissa mengulurkan tangan. Dengan ragu ragu dan wajah kacau Draco berjalan kearah ibunya. Disambut hangat oleh Voldemort.

"Bagus sekali Draco, kerja bagus.. Sayang sekali adikmu tak berpikiran terbuka sepertimu" kata Voldemort, Draco rasanya ingin mengutuknya saat ini juga.

Harry tiba-tiba saja melompat dari gendongan Hagrid, Voldemort terlihat kaget dan dia berteriak marah.

"Potter!!" Teriak Draco lalu melemparkan tongkat milik Clara padanya.

Para Pelahap Maut beterbangan, sebagian melarikan Diri. Narcissa dan Lucius membawa Draco pergi menjauh dari peperangan kembali.

Kekacauan merajalela. Centaur-centaur yang menyerbu membuat para Pelahap Maut kocar-kacir, tiap orang berusaha lolos dari injakan kaki para raksasa, dan bunyi bala bantuan yang datang menyerbu entah dari mana makin mendekat, Harry melihat makhluk-makhluk bersayap membubung di sekeliling kepala raksasa-raksasa milik Voldemort, thestral dan Buckbeak sang Hippogriff mencakari mereka sementara Grawp meninju mereka bertubi-tubi, dan kini para ahli sihir, pembela-pembela Hogwarts begitu juga para Pelahap Maut terdesak masuk ke dalam kastil.

Peri-peri rumah Hogwarts berbondong-bondong masuk ruang depan aula, menjerit-jerit sambil melambai-lambaikan pisau dan golok, dan yang memimpin mereka adalah Kreacher yang mengenakan liontin Regulus Black di dadanya. Suaranya yang besar terdengar mengatasi keriuhan.: "Lawan! Lawan! Lawan demi Tuanku, pembela peri-peri rumah! Lawan Pangeran Kegelapan, demi nama Regulus yang gagah perkasa! Lawan!”

Mereka menyayat dan menusuk mata dan pergelangan kaki para Pelahap Maut, wajah mereka dipenuhi kebencian, dan dimana-mana Harry melihat para Pelahap Maut terdesak
oleh jumlah lawan yang begitu banyak, ditaklukkan dengan mantera, menarik anak panah yang tertancap di tubuh, ditikam di kaki oleh para peri rumah, atau mencoba melarikan diri, tapi tertelan kerumunan yang menerjang masuk.

Harry berhadapan langsung dengan Voldemort pada saat ini.

“ sebelum mencoba membunuhku,
aku sarankan kau pikirkan lagi apa yang telah kau lakukan… Pikirkan, tidakkah kau punya penyesalan? "kata Harry

“Apa pula ini?”

Dari semua yang telah Harry ucapkan kepadanya, melebihi rahasia yang dia beberkan atau ejekan yang dia sampaikan, tak ada yang membuat syok Voldemort selain yang ini.

“Ini kesempatan terakhirmu”, kata Harry , “Cuma ini yang masih kau punya…aku sudah melihat apa jadinya kau kalau kau masih meneruskan…jadilah seorang laki-laki, cobalah
menyesali…”

“Beraninya kau –“ kata Voldemort lagi

“Ya, aku berani”, kata Harry, “karena rencana terakhir Dumbledore sama sekali tidak berbalik padaku, tapi berbalik padamu, Riddle”

"Aku akan membalasnya untuk apa yang menimpamu Clara, tongkatmu akan merenggut nyawanya" batin Harry
menggenggam tongkat Clara erat-erat. Momen yang menentukan itu, dia tahu, sesaat lagi akan tiba. 

THE RETURN OF THE LOST GIRL  | COMPLETED|Where stories live. Discover now