"Ya-a ... aku hanya mencari udara segar. Aku tidak kabur."
Satpam itu menghela nafas. "Lain kali Nyonya harus bilang terlebih dahulu, agar orang di rumah tidak harus mencari dan cemas. Jika Nyonya ingin keluar, saya bisa memanggil pengawal."
Leane hanya mengangguk dengan kaku. Ia langsung masuk saat gerbang di bukakan.
"I-tu ... Tuan ...."
"Hah?" Leane menoleh saat mendengar satpam itu bergumam. Yang ia lihat ekspresinya terlihat gugup. "Ada apa?"
"Ti-dak! Ada apa-apa!" Dia menggeleng keras. "Nyonya harus segera masuk dan menenangkannya!"
Leane mengerjap bingung. Lalu ia mengangguk dan melanjutkan langkahnya.
Leane tidak mau mengingat sekarang tentang kekayaan keluarga Helison, tapi rumah ini benar-benar besar dengan di dominasi warna gelap. Awan mendung menambah kesuraman suasana. Dan rumah sebesar ini hanya di huni dia dan Ray? Walaupun banyak pelayan dan penjaga, tetap saja ini terlalu besar.
Sebelum Leane membuka pintu, ia bisa mendengar keributan di dalam membuat gerakannya berhenti. Terdengar teriakan dan geraman marah seorang pria, lalu pecahan kaca, jeritan panik seorang wanita, lalu suara lain yang tidak bisa Leane dengar dengan jelas.
Mengingat keadaan Ray di novel itu, Leane langsung membuka pintu tergesa. Ruangan berdekokrasi Eropa menyambutnya, namun keindahan suram di dalamnya bukanlah waktu yang tepat untuk Leane kagumi, karena keadaan di sini cukup ribut dan membuat siapa saja takut dan panik.
Di sana, ada seorang pria berpakaian hitam kurang rapi, yang tengah mengamuk. Pria itu seperti akan menghancurkan apa pun yang ada di sekitarnya, karena sekali raih, benda itu dia banting dengan keras. Lalu di sekelilingnya, sekitar sepuluh pria kekar mencoba menghentikan, dan para pelayan wanita menjerit saat benda yang di lempar hampir mengenai mereka.
Semakin mereka mencoba menghentikan, pria itu semakin marah. Bahkan beberapa pengawal itu sudah terluka dan meringis di lantai.
Leane sangat gugup dan takut menghadapi situasi ini. Apalagi menghadapi orang asing sebanyak ini, namun, sepertinya ia tidak punya waktu untuk menyusut ketakutan. Pada pandangan pertama, ia tahu siapa pria yang tengah mengamuk itu.
Dia Ray, rambutnya yang gondrong dan basah oleh keringat hampir menutupi seluruh wajahnya, sehingga Leane tidak bisa melihatnya dengan jelas. Namun dari celah rambutnya, ia bisa melihat mata merah yang tak terkendali, wajahnya pun memerah penuh amarah.
Tidak ada yang menyadari keberadaan Leane, atau lebih tepatnya 'Reane'.
Reane mendekat dengan kaki gemetar. "Ray! Hentikan!"
Udara hening seketika, para pelayan dan pengawal menoleh dengan terkejut.
"Nyonya!" Bagaikan melihat sedotan penyelamat, mereka berteriak girang dan lega.
Sedangkan Ray, ia masih tidak menoleh, namun tubuhnya terlihat kaku.
Tiba-tiba, ia mengamuk lebih brutal. Ia mengangkat pas bunga besar yang terbuat dari porselen, jelas terlihat mahal, nun ia langsung membantingnya keras.
Para pelayan langsung menjerit.
PRANG!!
Reane menutup telinganya semakin ketakutan. Suaranya yang gemetar keluar dengan nada tinggi. "Kalian semua mundur! Biar aku saja yang tangani!"
"Tidak, Nyonya! Ini berbahaya!" cegah salah satu pengawal.
Reane menggertakkan gigi. "Aku bilang mundur!"
"Nyonya ...."
Akhirnya mereka mematuhi perkataan Reane dan mundur dengan ragu-ragu.
"Nyonya! Hati-hati dengan pecahan kacanya!"
Reane tidak peduli. Kakinya seperti jelly karena lemas dan gemetar, tapi ia harus menahannya agar tidak luruh.
"Ray? Tolong berhenti, oke?" bujuknya dengan lembut. Reane masih menjaga jarak sekitar tiga meter dari pria itu.
Gerakan yang akan membanting pas bunga kecil terhenti di udara.
"Tolong tenangkan dirimu." Selangkah demi selangkah Reane maju. "Kamu tidak boleh merusak apa pun lagi, nanti kamu bisa terluka."
Saat jarak kurang dari satu meter, kepala pria itu terangkat. Akhirnya Reane bisa melihat jelas wajahnya.
Jika mata itu tidak merah, maka akan terlihat indah saat muncul warna aslinya, wajahnya putih dan pucat, bibirnya yang tipis tanpa darah terkatup rapat. Reane tidak pernah melihat pria setampan ini, bahkan setelah sekian lama melihat berbagai pria di rumah sakit itu, Reane hanya menganggap kakaknya lah yang paling tampan. Namun, saat ini, wajah kakaknya itu kalah tampan dengan pria di hadapannya. Hanya saja, ketampanan itu sangat menakutkan, terutama tatapannya.
Tiba-tiba, pas bunga kecil itu terayun mengarah ke arahnya. Mata Reane terbelalak, dan ia menutup mata dengan erat ketakutan.
"NYONYA!!"
"TUAN! JANGAN!"
"TIDAK!"
Duk!
Prang!
Reane hanya merasa kepalanya terbanting sesuatu yang keras sehingga menimbulkan rasa yang teramat sakit seolah tengkorak dahinya retak. Rasa pusing menyerbu kepalanya, dan ia langsung terjatuh mundur ke lantai.
Penglihatannya kabur, dan rasa pusing itu tak tertahankan. Renane mencoba membuka matanya, tangannya terulur menyentuh dahinya. Cairan kental bisa ia rasakan, bau darah menyengat memasuki hidungnya, telinganya berdengung.
Lalu cairan itu Reane rasakan mengalir ke pelipis, hidung dan alisnya. Mata kaburnya menatap Ray yang mematung. Reane berkedip berusaha memperjelas penglihatannya.
Saat ini dengan jelas ia melihat matanya yang melebar, namun pupilnya menyusut menatapnya. Sepertinya ia sadar apa yang di lakukannya. Pria itu mundur dengan dengan wajah tidak percaya sembari menatap tangannya sendiri yang gemetar.
Reane tersenyum lembut dan berkata pelan. "Tolong jangan melakukan ini lagi, oke? Kamu harus banyak istirahat. Aku khawatir ada pecahan kaca yang melukaimu."
Ray sepertinya terkejut. Ia mundur satu langkah dengan ekspresi tertegun.
Perlahan-lahan teriakan pelayan dan pengawal di sekitar berangsur-angsur jelas, dan langkah kaki mendekat dengan tergesa. Namun, rasa sakit di kepalanta sangat menusuk sehingga ia tidak bisa mempertahankan kesadarannya lagi.
Sebelum terjun dalam kegelapan, ia bisa mendengar panggilan yang memanggilnya dengan suara serak, panik, dan cemas.
"Reane ...."
~•~
Tbc
Bantu vote dan komennya ya🌷.
___
17 Juli 2022
YOU ARE READING
Dependency ✓ [Sudah Terbit]
Romance17 tahun Leane hidup di ranjang rumah sakit tanpa mengenal dunia luar. Setiap hari, ia hanya tahu rasa sakit karena keadaan tubuhnya yang lemah. Pada akhirnya, ia mati dengan damai tanpa pernah merasakan apa itu kebahagiaan. Bangun di tubuh dan temp...
2. Dependency 🌷
Start from the beginning
![Dependency ✓ [Sudah Terbit]](https://img.wattpad.com/cover/315356737-64-k470748.jpg)