"Pasien mengalami pendarahan."

"T-tapi dia baik-baik aja, kan? Suster saya mohon selamatkan dia..." jerit Keysha menangis histeris di pelukan Safina. Tubuhnya seakan hilang keseimbangan untung saja Safina dengan cepat menahannya.

"Bundaa Gavin..." lirih Keysha sebelum pandangannya gelap.

Sementara di pelukan Gia, Oma Kelly hanya mampu menangis setelah mendengar penuturan sang perawat tadi. Segala doa dan harapannya untuk keselamatan cucunya seakan runtuh begitu saja.

"Sandra.., Mami mohon jangan ambil Gavin." ucap Oma Kelly menyebut nama almarhumah anaknya membuat Gia terisak dalam diam. Gadis itu tidak mau terlihat sedih disaat ia menguatkan Oma nya.

***

Sementara di tempat lain ketiga inti Xabarca mendatangi kantor polisi untuk menindaklanjuti kasus penusukan yang hampir menghilangkan nyawa ketua mereka.

Mereka Zelfan, Gidar dan Ragil. Tanpa Rakael. Karena cowok dingin itu bukan lagi bagian dari Xabarca.

"Jadi sampai sekarang Gio belum di temukan, Pak?" tanya Gidar frustasi.

"Kami masih terus mencari pelaku. Tapi penjelasan dari korban juga dibutuhkan."

"Penjelasan apanya? Korbannya masuk rumah sakit, kritis. Gimana mau ngasih penjelasan?!" desis Ragil menatap tajam seorang polisi didepannya.

Zelfan menghela nafas beratnya, berada ditengah kedua sahabatnya yang lagi emosi seperti ini membuatnya pusing.

"Lo napa diem aja?" Ragil menyenggol lengan Zelfan.

"Kan lo berdua lagi ngomong," jawab Zelfan datar.

"Ya lo harus ngomong juga, Zelfan. Kasih tau sama nih orang kalo Gavin di rumah sakit, lagi sekarat. Jangankan ngasih penjelasan, buka mata aja hanya Allah yang tau." dumel Ragil.

"Iya benar, Pak. Kalo bapak nggak percaya bapak ke rumah sakit. Liat sendiri, Gavin lagi kritis." sahut Gidar.

"Baiklah. Kasus ini akan kami selidiki─"

"Sampai tuntas! Kalo perlu kasih hukuman mati buat Gio." sela Gidar.

Seakan hilang ditelan bumi, Gio tidak bisa ditemukan dimana-mana. Setelah kejadian penusukan malam itu, salah satu anak Zenios hanya melihat Gio di markas mereka. Pihak kepolisian bahkan tidak bisa melacak keberadaan ketua Zenios tersebut.

"Aneh ya, Gio benaran nggak bisa ditemuin. Dia sembunyi dimana coba?" Ragil menatap penuh tanya kepada kedua sahabatnya.

"Kita cari tau lewat anak Zenios yang lain."

"Ya mereka nggak bakal ngomong, Fan. Sekalipun mereka tau, mereka nggak bakal biarin Gio di tangkap." balas Ragil.

"Dan biarin Gio bebas semaunya, disaat Gavin lagi berjuang antara hidup dan mati?" tandas Zelfan membuat Ragil kicep.

"Kira-kira Gavin bakal sadar nggak, ya? Gue nyesel nggak nemenin dia keluar dari club. ARGHH HARUSNYA GUE NYUSUL DIA KELUAR!" Gidar meluapkan emosinya menendang keras tiang pembatas yang ada di parkiran.

Cowok itu menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa menemani Gavin pada saat kejadian penusukan itu. Awalnya Gidar pikir Gavin sudah benar-benar sadar dari mabuknya pada malam itu dan membiarkan Gavin pergi begitu saja karena menurutnya sahabatnya itu butuh waktu buat sendiri.

Namun ternyata salah.

Gidar dan Ragil tidak mendengar suara keributan yang berada diluar club. Keduanya asik dengan minuman masing-masing, hingga salah satu orang yang mengenali mereka segera memberitahu bahwa Gavin terlibat perkelahian diparkiran club.

Garis Takdir [END]Where stories live. Discover now