🩸 Chapter 2 🩸

2.7K 175 17
                                    

Happy reading and enjoy~

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Happy reading and enjoy~

Teburu-buru menyudahi acara berendamnya, ia melangkah keluar dengan sedikit berlari, satu tangannya memegang handuk bagian dadanya. Ini pengalaman paling menakutkan, hantu bisa membunuh dengan lebih kejam melebihi manusia, itulah yang di pikirkannya sejak dulu. Film-film horor masa kanak-kanak masih merambat dalam pikirannya.

Ia ingin pergi dari kastil ini, Ben pasti memelihara makhluk halus yang tak kasat mata, maka dari itu kastil ini terpencil.

Dia diawasi lagi. Ada mata yang memperhatikan gerak geriknya.

Jane membuka lemari besar untuk mencari baju yang tersedia di sana, karena saat datang ke kastil ia hanya membawa dirinya, serta baju yang melekat di badannya. Ia dilarang membawa apa pun dari rumahnya, baik novel kesukaannya sekali pun.

Beberapa menit Jane tidak melakukan apa pun, hanya berdiri di depan lemari. Ia menatap isi lemarinya dengan tatapan terpana, lemari itu berisi gaun-gaun berbahan lembut dengan ukiran mewah.

Pilihannya jatuh pada gaun bewarna biru muda. Saat gaun itu meluncur mulus di tubuhnya yang ramping, senyum bahagia hadir di bibirnya. Sejenak ia lupa dengan kejadian aneh di kamar mandi.

Saat ingin menyisir rambutnya, pintu terbuka. Ben berdiri di sana, membuat gerakan Jane saat ingin menyisir terhenti dan tanggannya mengambang di udara.

"Ikut aku," perintahnya tegas.

Jane langsung meletakkan sisirnya ke meja, lalu sedikit berlari mengikuti Ben.

Ben berhenti lalu membalikkan tubuhnya sedikit. "Kau lapar?"

Ia membuka mulut untuk menjawab, tapi Ben langsung memberi titah. "Jika kau lapar sebaiknya kau makan terlebih dahulu, kegiatan ini akan menguras tenagamu."

Kegiatan apa yang membuatnya lelah? Apa kegiatan yang berhubungan dengan ranjang? Apa malam ini kehormatan yang selama ini dijaganya akan terenggut? Pikiran-pikiran aneh tanpa dipinta berseliweran di dalam kepalanya.

Terlalu takut untuk bertanya apa kegiatan yang di maksud, ia mengangguk kecil.

"Kalau begitu kau turun saja ke bawah dan pergi ke ruang makan. Bunyikan bel di samping tempat dudukmu, nanti ada orang yang mengantar makanan. Setelah selesai makan temui aku di ruangan ini, mengerti?"

Lagi-lagi pria di hadapannya ini memberi perintah dengan kalimat yang tidak ingin di bantah.

Oh Tuhan, ini hari pertama Jane menginjakkan kaki di kastil yang tidak kecil ini. Bagaimana bisa dirinya tau di mana ruang makan? Tidak ingin membantah yang bisa saja membuat Ben marah, ia hanya mengangguk patuh.

"Bagus," ucap Ben, lalu melangkah masuk ke pintu besar bercat merah tua di hadapannya.

Saat pintu tertutup, Jane langsung melemaskan tubuhnya yang tegang. Berada beberapa langkah di belakang pembesar dunia bawah mampu membuat dadanya terasa nyeri. Kedua kakinya melemah, tetapi tidak sampai membuatnya jatuh.

Another WorldDove le storie prendono vita. Scoprilo ora