Jiyeon telah menekan tombol OK, namun belum sempat ia membaca pesan tersebut tiba-tiba Minho muncul dengan wajah putus asa. Segera Jiyeon menutup pesan tersebut kemudian meletakkan ponsel Minho kembali diatas meja lalu menghampiri namja itu.
"Oppa, otthe?" tanya Jiyeon harap-harap cemas.
Minho menggeleng pelan, "Mianhae Jiyeon-ah, sepertinya kali ini halmeoni susah sekali untuk dibujuk" ucap Minho.
Tubuh Jiyeon seketika menjadi lemas seolah tak bertenaga. Yeoja itu jatuh terduduk di lantai.
"nan eottokhe?" ucap Jiyeon lirih. Perlahan air matanya mulai turun membasahi wajah cantiknya.
Minho menatap sedih Jiyeon. Hatinya benar-benar perih melihat yeoja yang ia cintai menangis karena dijodohkan dengannya. Sejak awal Minho memang tak berharap banyak dengan rencana pertunangan yang dirancang oleh halmeoni Jiyeon tetapi melihat bagaimana reaksi Jiyeon saat ini sungguh ia tak menyangka akan melukai hatinya separah ini.
'Sebesar itu cintamu padanya hingga kau tak bisa melihatku, Jiyeon-ah. Meskipun sejak awal aku tahu kau takkan pernah memberikan tempat dihatimu untukku tapi melihatmu menangis karena harus bersamaku benar-benar membuatku sakit' batin Minho.
Keesokan harinya, seperti biasa Minho menjemput Jiyeon untuk berangkat ke kampus. Namun bukan Jiyeon yang keluar menemuinya melainkan seorang pelayan yang mengatakan jika nonanya kabur dari rumah. Mendengar kabar itu tentu saja membuat Minho panik dan segera mencari Jiyeon. Ia menghubungi semua chingunya untuk membantunya mencari Jiyeon.
"Neo eodiga Jiyeon-ah?" gumam Minho cemas.
Seung Gi, Myungsoo dan Yura tengah berkumpul di ruang keluarga. Seung Gi sengaja meminta Myungsoo dan Yura untuk berkumpul karena ia bermaksud menjelaskan semuanya pada Yura mengenai siapa sebenarnya Myungsoo. Ia merasa inilah waktunya yang tepat karena ia tahu Myungsoo telah mendapatkan ingatannya dan akan membiarkan namja itu kembali ke keluarganya serta kehidupannya yang telah ia rampas selama ini.
"Yura-ah, ada hal yang ingin appa katakan padamu" ucap Seung Gi membuka pembicaraan.
"Ne appa"
"Ini mengenai oppamu, Yura-ah" ucap Seung Gi.
Yura tetap diam dan mendengarkan seolah ingin tahu apa yang akan disampaikan oleh appanya.
"Sebenarnya orang yang kau panggil dengan sebutan oppa bukanlah Myungsoo oppamu Yura-ah karena Myungsoo oppamu yang sesungguhnya telah meninggal tiga tahun yang lalu" ucap Seung Gi.
Setelah mengatakan hal itu, Seung Gi tak melihat adanya keterkejutan di wajah Yura. Yeoja itu masih tetap diam tanpa ekspresi apapun.
"Maafkan appa karena telah membohongimu selama ini, Yura-ah. Selama ini appa menutupi semua itu darimu" ucap Seung Gi menyesal.
"Aku tahu appa" sahut Yura. "Seharusnya akulah yang harus meminta maaf, karena semua ini terjadi karena aku. Mianhae jeongmal mianhae appa, oppa" ucap Yura yang membungkuk kepada appanya dan Myungsoo untuk meminta maaf.
"Aku telah menyusahkan kalian selama ini...hiks hiks....demi menjaga perasaanku, membuat appa terpaksa berbohong dan dia menjadi oppaku juga karena aku. Jadi sebenarnya akulah yang bersalah dalam hal ini....hiks hiks...." Yura tak kuasa menahan air matanya. Ia merasa begitu bersalah.
"Aniyo Yura-ah...appa lah yang bersalah...uljima" Seung Gi berusaha menenangkan putrinya.
"Tak ada yang bersalah dalam hal ini. Semua yang terjadi adalah takdir. Seharusnya aku merasa bersyukur karena kalian yang menemukan dan menyelamatkanku serta memberikanku kehangatan sebuah keluarga. Sungguh aku orang yang tak tahu berterima kasih jika aku menyalahkan kalian atas apa yang terjadi padaku karena jika orang lain yang menemukanku belum tentu mereka akan memperlakukanku seperti yang kalian lakukan terhadapku. Menganggapku sebagai keluarga sendiri" ucap Myungsoo akhirnya angkat bicara setelah semalaman ia berpikir dengan kepala dingin.
YOU ARE READING
Lost of Memory (End)
FanfictionLove is my world as if my world collapses when you lost memory of our
