Lost of Memory 10

En başından başla
                                        

'Wae? Apa aku menyukai L-oppa? Andwae....aku sudah memiliki Minho oppa lagipula L-oppa juga hanya menganggapku dongsaengnya saja' berbagai pertanyaan berkecamuk dihatiku saat ini.

"Yeoja pabo...sebenarnya apa yang kau pikirkan hingga kau membahayakan dirimu sendiri seperti itu?" tanya L-oppa.

"A...aku..sebenarnya karena ini" akhirnya aku menunjukkan alasanku membahayakan diriku sendiri.

"Aku mengerti itu kalung yang sangat berharga untukmu, keundae apapun itu kau tak boleh membahayakan dirimu seperti tadi. Seandainya aku terlambat sedikit saja, entah apa yang akan terjadi padamu. Kalung yang kau anggap berharga itu akan jadi tidak berarti kalau terjadi sesuatu padamu dan harapan untuk bertemu orang tua kandungmu pun akan pupus" ucap L-oppa menasehatiku.

Kata-katanya memang benar dan aku tak bisa membantahnya kali ini. Aku hanya bisa diam dan mendengarkan apa yang dikatakan L-oppa.

"Berjanjilah padaku, apapun yang terjadi nantinya kau tak akan pernah membahayakan dirimu lagi, yakso?" ujar L-oppa seraya mengajukan jari kelingkingnya ke hadapanku.

"Yakso" sahutku menyambut uluran kelingking L-oppa.

Ah, aku baru ingat sesuatu yang hampir terlupakan. Wishes Book.

"Oppa, sudah lama kita tidak menulis di 'Wishes Book' apa kau ingat?" tanyaku pada L-oppa.

"Tentu saja aku ingat. Dimana buku itu sekarang? Terakhir kali kita menuliskan harapan kita saat kau berjuang untuk ujian masuk ke Shinhwa Art High School" L-oppa tampak mengingat terakhir kali kami menulis di buku tersebut.

"Aku menyimpannya oppa" aku segera turun dari tempat tidurku menuju meja belajarku. Kulihat L-oppa mengikuti langkahku.

"Taraaaa" seruku menunjukkan Wishes Book kami.

'Wishes Book', kami berdua menamainya seperti itu karena di dalam buku itu tertulis setiap harapan-harapan kami berdua. L-oppa yang pertama kali memberikan buku itu padaku ketika aku merasa kesepian karena berpisah dengan teman-temanku di panti asuhan. Saat itu L-oppa mengatakan jika aku menuliskan apa keinginanku di buku tersebut maka harapan itu akan terkabul. Dan aku masih ingat harapan pertama yang kutuliskan, 'aku ingin bertemu dengan teman-temanku di panti', dan keesokan harinya appa dan eomma benar-benar membawaku berkunjung ke panti. Sejak hari itu aku benar-benar menganggap buku itu benar-benar bisa mengabulkan harapanku.

"Harapan apa yang kau inginkan?" tanya L-oppa yang duduk tepat disampingku saat ini.

Aku berpikir sejenak, memikirkan harapanku saat ini. setelah mendapatkan pencerahan (?) aku segera menulis ke dalam buku itu.


1. Sekali saja aku ingin bertemu dengan orang tua kandungku. Tak perduli bagaimana pun keadaan mereka, aku benar-benar ingin melihat mereka dan berterima kasih karena telah melahirkanku ke dunia ini.

2. Aku berharap semua orang yang kusayangi selalu bahagia. Appa, Eomma, L-oppa...selamanya aku ingin bersama kalian.

3. Semoga L-oppa segera menemukan cinta sejatinya dan bahagia selamanya. ( Jangan lupakan aku ne, oppa ) J


Aku selesai menuliskan semua harapanku. Kuliaht L-oppa tersenyum ketika membacanya.

"Oppa giliranmu" ucapku seraya memberikan pulpen padanya.

Setelah menerima pulpen dariku, L-oppa segera menuliskan harapannya.


Aku berharap semua permintaan Jiyeon segera terkabul

Lost of Memory (End)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin