"Eomma, aku ke kamar dulu" pamit Myungsoo dengan ekspresi yang tak dapat diungkapkan.
Jiyeon melihat kepergian Myungsoo dengan tatapan yang sulit diartikan. Minho menyadari hal itu karena ia memperhatikan arah pandang Jiyeon sejak tadi yang tak pernah lepas dari Myungsoo.
"Minho-ah, makan malamlah disini ne" ajak Yoo Jin.
"Gamsahamnida ahjumma keundae aku harus segera pulang karena Appa memintaku untuk cepat pulang hari ini, mianhae ahjumma" ucap Minho.
"Gwaenchana kalau begitu hati-hati di jalan ne" ucap Yoo Jin
"Ne, annyeong ahjumma, Jiyeon" pamit Minho sopan.
"Annyeong" sahut Yoo Jin dan Jiyeon bersamaan.
Setelah Minho pergi, Jiyeon masuk ke dalam kamarnya dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Kemudian dia mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya, sesuatu yang hampir saja membuat nyawanya melayang. Seuntai kalung berbandul 'J'.
Bukan tanpa alasan Jiyeon nekat turun ke jalan demi mengambil kalung yang kini ada digenggaman tangannya. Kalung itu adalah satu-satunya peninggalan orang tuanya lebih tepatnya orang tua kandungnya yang tega membuangnya ke panti asuhan. Kalung itulah yang mungkin akan mempertemukannya dengan orang tua kandungnya suatu saat nanti.
Jiyeon POV
Kupandangi seuntai kalung yang ada di tanganku saat ini. benda yang hampir saja membuat nyawaku melayang. Beruntung L-oppa datang tepat waktu untuk menyelamatkanku karena terlambat sedikit saja mungkin saja aku takkan melihat dunia ini lagi.
L-oppa, aku tak pernah melihat ekspresinya yang begitu cemas seperti itu dan lagi dia membentakku dengan sangat keras, hal yang hampir tak pernah ia lakukan terhadapku. Aku tau sebenarnya L-oppa hanya mengkhawatirkanku tapi karena saat itu aku terlalu shock dengan kejadian yang kualami sehingga aku tak tahu apa yang harus kulakukan.
Begitu tersadar, aku menangis begitu keras dan seseorang memelukku. Awalnya kupikir itu L-oppa namun lama kelamaan aku menyadari itu bukanlah L-oppa melainkan Minho oppa. entah mengapa dalam hati aku menginginkan L-oppa lah yang ada diposisi Minho oppa saat itu.
"Omo Jiyeon-ah apa yang sebenarnya kau pikirkan, eoh. Namjachingumu itu Minho oppa, kenapa kau jadi memikirkan L-oppa" gumam Jiyeon seraya memukul pelan kepalanya.
Jiyeon kembali memandangi kalungnya yang ia gantung ke atas dengan tangan kanannya.
"Karena benda ini, nyawaku hampir saja melayang. Aku bahkan tak tahu apa benda ini berguna bagiku. Meski aku tahu mereka membuangku, tapi bagaimana pun juga yang memberikan ini adalah orang tua kandungku. Mungkinkah aku dapat bertemu dengan mereka?" gumam Jiyeon sambil terus memandangi kalung berbandul 'J' tersebut.
TOK..TOK..TOK..
Kudengar seseorang mengetuk pintu kamarku, dengan cepat aku mengubah posisiku dari tidur menjadi duduk.
"Nugu?" tanyaku dari dalam kamar.
"Ini aku" jawab seseorang yang suaranya sangat kukenal, L-oppa.
"Masuklah oppa" ucapku.
L-oppa pun masuk ke dalam kamarku kemudian ia mengambil tempat duduk disampingku.
"Neo gwaenchana?" tanya L-oppa lembut.
"Ne oppa gwaenchana" jawabku. "Gomawo oppa karena telah menyelamatkanku" ucapku padanya.
L-oppa tersenyum kemudian menyentuh lembut puncak kepalaku hingga membuat jantungku lagi-lagi berdetak dua kali lebih cepat.
YOU ARE READING
Lost of Memory (End)
FanfictionLove is my world as if my world collapses when you lost memory of our
Lost of Memory 10
Start from the beginning
