Lost of Memory 10

Start from the beginning
                                        

"Jungsoo-ssi, Taeyeon-ssi mari kita makan siang sepertinya anaeku sudah menyiapkan hidangan istimewa untuk kita" ujar Hyun Joong mempersilahkan Jungsoo dan Taeyeon untuk segera duduk di meja makan.

"Gomapta Hyun Joong-ssi" ucap Jungsoo.

"Gwaenchana Jungsoo-ssi, ini hanyalah jamuan kecil dari keluarga kami. Kami harap kau dan Taeyeon-ssi menikmati hidangan yang kami siapkan" ujar Hyun Joong.

Mereka pun mulai menikmati hidangan yang telah disiapkan oleh Yoo Jin. Yoo Jin cukup senang karena ternyata mereka menyukai masakan Yoo Jin. Tak butuh waktu lama untuk membuat mereka terlihat sngat dekat.

Jika Hyun Joong dan Jungsoo memang sudah merasa cocok sebagai partner kerja dan juga dalam pertemanan, begitu pula dengan Yoo Jin dan Taeyeon. Kedua yeoja paruh baya tersebut rupanya sangat mudah akrab satu sama lain. Mereka berbincang di tempat yang berbeda. Hyun Joong dan Jungsoo berbincang di taman belakang sedangkan Yoo Jin dan Taeyeon di ruang tengah.

"Yoo Jin-ssi apa kau tak bekerja?" tanya Taeyeon.

"Anhi...sebenarnya aku ingin tapi Hyun Joong oppa melarangku. Ia bilang lebih baik aku dirumah saja dan merawat anak-anak dengan baik" jawab Yoo Jin.

"Anak-anak?" tanya Taeyeon lagi.

"Ne, kami memiliki seorang putra dan seorang putri" jawab Yoo Jin seraya menunjuk ke salah satu foto yang terpajang diatas piano. Dilihat dari tempat mereka sekarang memang tak seberapa jelas wajah mereka namun dari pakaian saja Taeyeon tahu bagaimana bahagianya keluarga ini.

"Kau sangat beruntung Yoo Jin-ssi. Kau memiliki keluarga yang sangat bahagia dan lengkap dengan dua anak yang menjadi sumber kebahagiaan kalian" ujar Taeyeon dengan pandangan menerawang.

"Taeyeon-ssi gwaenchana? Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?" tanya Yoo Jin khawatir.

Taeyeon menggeleng, "Aku hanya sedikit iri jika melihat sebuah keluarga yang begitu bahagia bersama anak-anak mereka. Karena aku bukan ibu yang baik" ucap Taeyeon sedih.

"Taeyeon-ssi kau bisa menceritakan padaku jika kau ingin. Siapa tahu dengan kau mengungkapkan isi hatimu kau bisa sedikit lega" ujar Yoo Jin.

"Yoo Jin-ssi aku tak tahu harus darimana menceritakannya. Selama ini aku menyimpan masalah ini dari siapapun tapi sejak mengenalmu aku merasa nyaman berbagi cerita denganmu" ujar Taeyeon

"Aku senang jika kau merasa seperti itu, Taeyeon-ssi karena aku pun merasakan hal yang sama. Tak perlu terburu-buru, jika kau belum bisa menceritakannya aku takkan memaksa" ucap Yoo Jin.

"Yoo Jin-ssi, aku....aku merasa gagal menjadi seorang eomma" ujar Taeyeon memulai ceritanya.

"Apa maksudmu kau gagal menjadi seorang eomma?" tanya Yoo Jin.

"Aku kehilangan putriku karena kesalahanku. Aku tega meninggalkan putriku disebuah panti asuhan, keundae sungguh itu bukanlah keinginanku. Aku terpaksa meninggalkannya, anhi mungkin lebih tepatnya aku hanya menitipkannya disana demi keselamatannya" ujar Taeyeon mulai bercerita.

"Saat itu aku masih muda dan dibutakan oleh yang namanya cinta sehingga akhirnya aku dan Jungsoo oppa melakukan hal yang tak seharusnya dilakukan oleh orang yang bukan suami istri. Aku hamil dan kedua orang tuaku begitu marah apalagi saat itu mereka memang tak begitu menyukai Jungsoo oppa karena merupakan anak dari pesaing bisnis perusahaan kami. Jungsoo oppa mengajakku kabur ketika orangtuaku memintaku untuk menggugurkan janin yang tengah tumbuh di dalam rahimku. Kami berdua terus bersembunyi dan perpindah-pindah tempat agar mereka tak menemukan kami hingga akhirnya putri kami lahir. Mengingat bagaimana hidup kami selama ini yang selalu dihantui ketakutan karena dikejar-kejar, akhirnya kami memutuskan untuk menitipkan putri kami disebuah panti asuhan sampai keadaan mulai aman. Aku sengaja menitipkannya karena tak ingin terjadi sesuatu terhadapnya yang mungkin akan membahayakan nyawanya mengingat orangtuaku dulu bermaksud menggugurkan kandunganku dan juga demi perkembangan yang mungkin saja akan terganggu karena pelarian kami" cerita Taeyeon yang kini mulai menitikkan air mata saat menceritakan masa lalunya.

"Lalu apa yang terjadi pada putrimu?" tanya Yoo Jin hati-hati.

Taeyeon menggeleng pelan, "Aku tak menemukannya. Saat aku kembali ke panti asuhan itu, putriku sudah pergi bersama orang tua asuhnya. Sampai saat ini kami terus mencari keberadaannya" jawab Taeyeon.

"Ku doakan agar kau segera menemukan putrimu Taeyeon-ssi. Aku tahu bagaimana rasanya kehilangan seorang putri, karena aku juga pernah kehilangan putriku, Tae Hee. Bahkan tiga tahun sejak kepergian putriku aku masih sangat depresi dan hampir saja melupakan orang-orang disekitarku bahkan pada putraku satu-satunya yang kumiliki saat itu" ujar Yoo Jin.

"Putrimu meninggal?" tanya Taeyeon.

Yoo Jin mengangguk kemudian berdiri, berjalan menuju ke arah piano. Ia mengambil foto yang terpajang disana.

"Sebuah titik balik terjadi padaku ketika Hyun Joong oppa mengajakku ke sebuah panti asuhan. Aku bertemu dengan yeoja kecil yang mengingatkanku pada putriku Tae Hee" Yoo Jin menyerahkan foto tersebut pada Taeyeon.

Taeyeon sedikit terkejut melihat foto tersebut terlebih ke arah yeoja muda yang ada didalam foto tersebut. Yeoja yang sempat ia temui di toilet kantor Siwon.

"Jiyeon...nama yeoja kecil itu, yang telah mengembalikan kebahagiaan keluargaku dan juga Hyun Joong oppa. Kami sangat menyayanginya seperti putri kandung kami sendiri" ucap Yoo Jin membuat Taeyeon terkejut mendengar nama Jiyeon disebut oleh Yoo Jin.

Seketika itu pula Taeyeon menjatuhkan foto tersebut hingga kacanya pecah. Hyun Joong dan Jungsoo yang mendengar suara benda terjatuh segera masuk ke dalam. Betapa terkejutnya mereka mendapati Taeyeon tengah menangis di depan sebuah pigura foto yang pecah.

"Ji...yeon...putriku..." ucapnya di tengah isak tangisnya.



Shinhwa Art High School

Minho telah sampai di rooftop, tempat dimana Myungsoo memintanya untuk bertemu. Dan Myungsoo memang sudah berdiri disana sejak tadi, menatap pemandangan yang ada dihadapannya.

"L-ah" panggil Minho berjalan mendekati Myungsoo.

"Minho-ah kau sudah datang" sahut Myungsoo tersenyum melihat Minho tetapi minho memasang muka datarnya.

"L-ah, kau bilang ada sesuatu yang ingin kau katakan, bukan? Bolehkah sebelum itu aku menanyakan sesuatu padamu?" pinta Minho.

"Ne?"

"Apa kau menyukai Jiyeon?" tanya Minho membuat Myungsoo terkejut.

"Ne, aku menyukainya...anhi...aku mencintainya" jawab Myungsoo akhirnya mengakui perasaannya.

Minho tersenyum sarkatis dan sedetik kemudian ia memukul wajah Myungsoo hingga namja itu terjatuh. Myungsoo cukup terkejut dengan tindakan Minho namun ia hanya bisa menerimanya tanpa membalasnya.

Minho menarik kerah baju Myungsoo dan menatap wajah sahabatnya dengan pandangan marah sekaligus kecewa.

"KUPIKIR KITA SAHABAT, TAPI TERNYATA APA? KAU MENYEMBUNYIKAN BANYAK HAL PADAKU. WAE L-AH? WAE? WAE KAU TAK MENGATAKANNYA PADAKU KALAU KAU DAN JIYEON BUKANLAH SAUDARA KANDUNG. SAMPAI KAPAN KAU AKAN MENYEMBUNYIKAN MASALAH INI DARIKU L-AH" teriak Minho pada Myungsoo.

"Mianhae Minho-ah" hanya itu yang bisa diucapkan oleh Myungsoo saat ini.

Lagi-lagi Minho memukul wajah Myungsoo setelah itu dia berjalan meninggalkan Myungsoo. Namun sebelum ia pergi, ia sempat mengatakan sesuatu.

"Mianhae L-ah. Aku memukulmu karena aku kecewa padamu tapi setelah ini aku akan bersikap seperti biasa dan menganggap ini tak pernah terjadi. Jadi, bersikaplah seperti biasa terhadapku" ucap Minho yang membelakangi Myungsoo saat itu.

Tanpa kedua namja itu sadari, seorang yeoja tampak berkaca-kaca dan hampir menangis melihat kejadian tadi.

"Mianhae oppa....aku begitu bodoh hingga tak menyadari bagaimana perasaanmu" ucap yeoja itu.


To be continue...

Lost of Memory (End)Where stories live. Discover now