Di perjalanan menuju kedai es krim, Minho mendapat telepon dari Appanya, yang memintanya untuk segera datang ke kantor.
"Chagi-ah, kita ke kantor Appaku dulu, ne" pinta Minho meminta persetujuan Jiyeon.
"Ne oppa" sahut Jiyeon mengangguk.
Seketika itu pula, Minho segera melajukan mobilnya menuju kantor Appanya yang tak begitu jauh dari sana.
Beberapa menit kemudian, mobil Minho berhenti di depan sebuah gedung yang cukup megah. Minho membukakan pintu mobil untuk Jiyeon sebelum akhirnya mereka masuk ke dalam kantor tersebut.
Minho melangkah dengan penuh percaya diri. Ia sama sekali tak perduli pada tatapan disekitarnya yang menatap kagum sekaligus iri padanya. Di kantor tersebut, siapa yang tak kenal padanya, putra tunggal pemilik gedung Choi Grup Company, salah satu perusahaan terbesar di Korea.
Di pihak lain, Jiyeon sedikit risih dengan tatapan para pegawai disana. Mengingat Minho menggenggam tangannya dengan erat, ia tak mungkin bisa melarikan diri dari situasi tersebut.
Begitu sampai di depan pintu ruangan yang bertuliskan 'Sajangnim', Minho tak langsung masuk, melainkan menyuruh Jiyeon untuk menunggunya di sofa di depan ruangan Appanya.
"Chagi-ah, kau tunggulah disini, ne. Aku akan segera kembali" pesan Minho sebelum ia menghilang dibalik pintu menemui Appanya.
Ketika tengah menunggu Minho, Jiyeon merasa ingin buang air kecil. Jadi, ia memberanikan diri bertanya pada salah satu pegawai yang kebetulan lewat di sekitarnya letak toilet terdekat.
"Eonni, letak toilet eodi?" tanya Jiyeon.
"Jalan saja lurus ke depan lalu belok kiri" jelas pegawai yang ditanyai Jiyeon.
"Gomapta" ucap Jiyeon membungkukkan badannya, berterima kasih.
"Ne cheonmayo" sahut pegawai tersebut ramah kemudian melanjutkan pekerjaannya. Dan Jiyeon segera mengikuti petunjuk yang diberikan pegawai tadi.
Letak toilet rupanya tak terlalu jauh dari tempatnya menunggu tadi. Begitu masuk ke dalam toilet, Jiyeon merasa takjub karena toilet yang ia masuki begitu besar dan sangat bersih. Suasananya juga menenangkan dengan adanya bau-bauan aromatherapy hamper di setiap penjuru ruangan. Karena panggilan alam yang tak dapat ia tahan lama-lama, ia pun mengakhiri pandangan penuh kekagumannya dan segera masuk ke salah satu bilik.
Setelah menyelesaikan hasratnya, Jiyeon keluar dari bilik lalu menuju wastafel yang berjajar rapi di salah satu sisi dinding dan ada kaca besar didepannya. Jiyeon membersihkan tangannya lalu merapikan sedikit penampilannya, sampai akhirnya ia melihat seorang wanita paruh baya baru saja keluar dari salah satu bilik.
Sesaat Jiyeon tampak terpana oleh wanita yang usianya tak jauh berbeda dengan eommanya itu. Wanita itu terlihat begitu anggun dan elegan. Tak hanya itu, Jiyeon juga melihat aura kelembutan yang terpancar dari wanita itu. Lama Jiyeon memperhatikan wanita itu dari kaca, entah mengapa ia merasa ada sesuatu yang hangat menjalar di hatinya.
Jiyeon membasuh tangannya perlahan sambil terus memperhatikan wanita itu, yang kini berdiri disampingnya dan membasuh tangannya.
Ketika wanita itu hendak pergi dari tempatnya, Jiyeon melihat selembar kertas terjatuh dari tas wanita itu. Spontan Jiyeon memanggil wanita itu lalu memungut barang yang terjatuh tadi.
"Ahjumma" panggil Jiyeon saat wanita itu hampir membuka pintu toilet.
Wanita itu pun berbalik dan menatap Jiyeon.
Untuk beberapa saat mereka saling berpandangan satu sama lain. Mata mereka bertemu dan Jiyeon dapat melihat dengan jelas ada segurat kesedihan di dalam mata wanita itu dan ia merasakan kerinduan yang teramat sangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost of Memory (End)
FanfictionLove is my world as if my world collapses when you lost memory of our
Lost of Memory 9
Mulai dari awal
