L-oppa terus diam sejak keluar dari kedai es krim. Apa ia marah padaku? Tapi kenapa, bukankah L-oppa sudah mengijinkanku dekat dengan Minho oppa. Apa aku melakukan kesalahan yang tanpa aku sadari?

"Oppa, apa kau marah padaku?" tanyaku pada L-oppa.

"Aniyo. Wae?" jawab L-oppa singkat.

"Sejak tadi oppa diam saja jadi kupikir aku sudah membuat kesalahan dan membuat oppa marah padaku" ujarku cemas.

"Oppa tidak marah Jiyeonnie-ah. Oppa hanya merasa sedikit lelah karena tadi siang mendapat hukuman dari Lee sonsaengnim. Kau tau bukan jika oppa lelah, oppa pasti tidak mood melakukan apapun" ucap L-oppa meyakinkanku.

"Omo...mianhae oppa aku tak tahu kalau kau benar-benar lelah dan malah mengajakmu membeli es krim. Kalau begitu sesampainya di rumah aku akan memijatmu oppa" tawarku karena merasa bersalah padanya.

"Tak perlu Jiyeonnie-ah, oppa hanya butuh istirahat" ucapnya menolak tawaranku.

Sepanjang perjalanan menuju rumah, aku terus memandangi punggungnya. Dan anehnya jantungku tiba-tiba saja berdebar begitu kuat. Aku tak mengerti perasaan apa ini. Hanya melihat punggungnya saja aku sudah merasa seperti ini. Perasaan yang sama ketika aku bersama dengan Minho oppa.

'Omo Jiyeon-ah...namja di depanmu ini adalah oppamu. Kau tak mungkin menyukainya,bukan. Kau tak boleh mengecewakan appa dan juga eomma' ucapku dalam hati.

Jiyeon POV End



Di sebuah gedung perkantoran yang cukup tinggi, seorang namja yang memakai seragam sama seperti yang dikenakan Myungsoo dan juga Jiyeon baru saja memasuki gedung tersebut. Namja itu segera menuju salah satu ruangan yang berada di lantai paling atas gedung itu untuk menemui seseorang.

TOK TOK TOK

"Masuklah" ucap seseorang dari dalam ruangan tersebut.

"Annyeong" ucap namja itu sambil membungkukkan badannya sangat sopan begitu memasuki ruangan tersebut.

Di dalam ruangan tersebut ada dua orang namja paruh baya dan juga seorang yeoja.

"Kemarilah Nak" pinta salah satu namja paruh baya yang ada disana, menawarkan agar namja itu duduk disampingnya.

Namja itu pun menurut dan duduk disamping namja paruh baya yang memanggilnya tadi.

"Nak, kenalkan ini rekan kerja Appa, Tn. dan Ny. Park" ucap namja paruh baya disamping namja berseragam itu.

"Annyeonghaseyo ahjusshi, ahjumma" sapa namja muda itu.

Sepasang suami istri itu pun tersenyum membalas salam namja muda tadi.

"Begini Nak, Tn. dan Ny. Park ini ingin meminta bantuan kita untuk mencari putrinya yang hilang" ucap namja paruh baya yang duduk disamping namja muda itu.

"Lalu apa yang harus kulakukan Appa?" tanya namja muda itu.

"Berdasarkan informasi terakhir yang didapatkan oleh Tn. dan Ny. Park ini, putrinya bersekolah di sekolah yang sama denganmu, karena itu mereka membutuhkan bantuanmu untuk menemukannya" ucap namja paruh baya itu lagi.

"Bagaimana aku bisa menemukannya jika aku tak memiliki petunjuk apapun" ucap namja muda itu.

Namja paruh baya yang duduk dihadapan namja muda itu bersama dengan istrinya, mengeluarkan dua buah foto dari balik jasnya. Satu foto seorang bayi dan foto satunya lagi seorang yeoja kecil berumur sekitar 7 tahun.

"Ini foto putri kami beberapa tahun yang lalu" ucap namja paruh baya yang dikenal namja muda itu sebagai Tn. Park.

Namja muda itu mengambil foto-foto tersebut dan mengamatinya.

"Putri kami, Jiyeon,...." Ny. Park agaknya mulai menceritakan tentang anaknya pada namja muda itu. Mendengar nama itu, namja muda tersebut sedikit terkejut.

"Sejak masih bayi kami terpaksa menitipkannya disebuah panti asuhan. Foto yang yang kau pegang adalah foto terakhir yang kami dapat dari panti asuhan tempat kami menitipkan putri kami sebelum akhirnya dia diadopsi oleh sebuah keluarga" ucap Ny. Park yang nampak sedih menceritakan tentang putrinya.

"Selama sepuluh tahun terakhir ini kami berusaha mencarinya dan informasi terakhir yang kami dapatkan, ada kemungkinan putri kami bersekolah di Shinwa Art High School. Karena itu kami meminta bantuanmu untuk mencarinya" lanjut Tn. Park menyampaikan niatnya.

"Keundae ahjusshi, ahjumma, bagaimana aku bisa menemukannya dengan dua lembar foto ini. Di sekolahku ada beberapa orang yang bernama Jiyeon" ucap namja muda itu.

"Cobalah kau lihat foto bayi yang kau pegang. Disana ada kalung berbandul 'J' yang kami berikan sejak dia masih bayi" ujar Tn. Park.

"Geurrae ahjusshi, ahjumma, aku akan berusaha membantu kalian. Secepatnya aku akan memberikan kabar baik" ucap namja muda itu yakin.

"Gamsahamnida" ucap Tn. dan Ny. Park.



Myungsoo dan Jiyeon biasa belajar bersama. Terkadang mereka belajar di kamar Jiyeon dan terkadang di kamar Myungsoo. Kali ini, mereka belajar di kamar Jiyeon. Jiyeon duduk di meja belajar sedangkan Myungsoo duduk di tepi ranjang Jiyeon.

Susana belajar kali ini berbeda dari biasanya. Jika biasanya mereka selalu ramai setiap kali belajar, namun kali ini berbeda. Suasana mendadak sunyi senyap, tak ada suara bentakan Myungsoo yang kesal tiap kali Jiyeon bertanya hal yang sama berulang-ulang, tak ada suara ocehan Jiyeon yang meminta bantuan Myungsoo, yang ada hanya suasana hening. Jiyeon terlihat fokus mengerjakan tugasnya sedangkan Myungsoo terlihat serius membaca bukunya.

"Oppa" panggil Jiyeon memulai pembicaraan.

"Ne" jawab Myungsoo mengalihkan pandangannya dari buku ke Jiyeon.

"Bisa kau bantu aku mengerjakan soal ini, aku sedikit bingung mengerjakannya" pinta Jiyeon.

Myungsoo segera beranjak dari tempat duduknya dan mulai mendekat ke arah Jiyeon. Ia mengambil kursi dan meletakkannya tepat disamping Jiyeon. Myungsoo membaca sebentar soal yang dianggap sulit oleh Jiyeon kemudian mengambil kertas coret-coretan untuk menuliskan rumus jawaban soal tersebut.

"Kau gunakan rumus ini untuk mengerjakan soal no.1 dan gunakan rumus yang satunya untuk soal no.2 dan untuk soal berikutnya ada di buku pedoman di halaman 102, Arasso" ucap Myungsoo menjelaskan kemudian menoleh ke arah Jiyeon. Begitupun Jiyeon yang tadinya hanya menganggukkan kepalanya mendengar penjelasan Myungsoo, yeoja ini juga tanpa sengaja ikut menoleh ke arah Myungsoo hingga wajah mereka berada begitu dekat.

Untuk sepersekian detik mereka saling berpandangan dari jarak yang cukup dekat, hingga akhirnya acara pandang-pandangan tersebut harus terhenti ketika Yoo Jin masuk dan membawakan makanan dan minuman untuk mereka berdua. Myungsoo dan Jiyeon segera memalingkan muka dan bersikap seolah-olah tak pernah terjadi sesuatu. Myungsoo kembali fokus pada bukunya sedangkan Jiyeon pada tugasnya.

"Aigoo kalian rajin sekali. Makan dan minumlah dulu jika kalian lelah, ne. Eomma akan keluar dan lanjutkan belajar kalian" ujar Yoo Jin sebelum akhirnya keluar dari kamar.

Begitu Yoo Jin keluar dari kamar, Jiyeon berusaha mengatur detak jantungnya yang berdebar melebihi batas normal. Sedangkan Myungsoo berusaha menata perasaannya agar tidak terpengaruh oleh kejadian tadi. Ia tak ingin perasaannya terus berlanjut karena ia sudah memutuskan untuk menganggap Jiyeon sebagai dongsaengnya.

Meski terlihat fokus membaca buku, sebenarnya Myungsoo sama sekali tak bisa konsen, begitu pun Jiyeon yang kerap kali mencuri pandang ke arah Myungsoo. Malam ini tampaknya menjadi malam panjang untuk mereka berdua karena selanjutnya mereka takkan pernah bisa berhenti saling memikirkan satu sama lain.

To be continue...

Lost of Memory (End)Where stories live. Discover now