Begitu selesai makan, Jiyeon langsung menuju kamarnya. Berbeda dengan Myungsoo yang memilih ke taman belakang rumah mereka.

"Kau tau apa yang terjadi pada mereka chagi?" tanya Hyun Joong pada Yoo Jin perihal kedua anak mereka.

Yoo Jin menggeleng, "Sejak pulang sekolah tadi Jiyeon langsung masuk ke dalam kamarnya begitu juga Myungsoo" jawab Yoo Jin yang memperhatikan Myungsoo melalui kaca besar di ruang keluarga yang berhadapan langsung dengan taman belakang.

"Jangan terlalu dipikirkan, mereka berdua pasti akan segera berbaikan lagi. Ini bukan pertama kalinya mereka bertengkar" ucap Hyun Joong meyakinkan istrinya seraya merangkul pundak Yoo Jin.

"Ne yeobo...mereka adalah hartaku yang paling berharga. Aku yakin mereka akan baik-baik saja" ucap Yoo Jin tersenyum pada suaminya sambil menyandarkan kepalanya di bahu Hyun Joong.

Myungsoo memandangi langit malam yang hanya dihiasi beberapa bintang. Ia sama sekali tak memperdulikan udara dingin yang berhembus cukup kencang mengingat sebentar lagi musim gugur akan segera usai.

"Apa aku keterlaluan?" tanyanya pada dirinya sendiri mengingat perlakuannya pada dongsaeng kesayangannya.

Myungsoo mengalihkan pandangannya menuju kamar Jiyeon yang berada di lantai atas. Kamar itu masih menyala yang artinya yeoja itu masih terjaga.

"Aish...suasana seperti ini membuatku benar-benar gila" gumam Myungsoo seraya mengacak-acak rambutnya.


Jiyeon POV

Sudah sejak tadi siang sepulang sekolah aku terus mengurung diriku di kamar, kecuali saat makan malam tadi aku terpaksa turun demi eomma dan appa. Sejujurnya aku sangat malas bertemu dengan oppaku, Myungsoo, atau yang biasa dipanggil L.

Aku sama sekali tak tahu apa yang terjadi padanya, tiba-tiba saja dia mendiamkanku seolah-olah aku telah melakukan kesalahan yang amat besar. Dan masalahnya, aku sama sekali tak tahu apa kesalahanku. Padahal, setelah selesai pertandingan tadi dia masih baik-baik saja bahkan tadi namja itu masih sempat-sempatnya menyombongkan kemenangannya padaku dan mengacak-acak rambutku seperti biasa. Lalu kenapa tiba-tiba dia bersikap seperti itu padaku

Aku mengambil boneka teddy bear kesayanganku, hadiah ulang tahun dari L-oppa saat ulang tahunku yang ke enam belas, setahun yang lalu. Boneka itu salah satu kesayanganku dan merupakan benda berharga untukku karena ukurannya yang sangat besar, hampir seukuran tubuhku, pastilah harganya sangat mahal dan L-oppa membelikannya untukku dari uang hasil tabungannya selama ini.

"L-oppa menyebalkan. Neo miccheosso" ucapku kesal sambil memukul-mukul boneka teddy bear seolah-olah itu adalah L-oppa.

Airmataku sudah hampir keluar jika saja tak mendengar suara ketukan dari pintu kamarku.

"Nugu?" tanyaku.

"Ini aku" jawab sebuah suara yang sangat kuhapal siapa pemiliknya.

Dengan segera aku turun dari atas tempat tidurku, bergegas menuju pintu sambil menunjukkan muka masamku.

"Wae?" tanyaku ketus begitu membuka pintu kamar dan melihat namja yang sudah membuatku kesal sejak tadi siang.

"Jiyeonnie-ah....mianhae..." ucap L-oppa dengan wajah yang menyiratkan penyesalan.

Aku cukup terkejut mendengar permintaan maafnya hingga aku tak tahu harus mengucapkan apa. Seperti orang bodoh aku terus mematung di depan kamar sambil memperhatikan wajahnya yang nampak menyesal.

"Jiyeonnie....kau mendengarkanku?" tanyanya menyadarkanku.

"A...ah...ne" sahutku cepat.

Untuk sesaat suasana kembali hening, tak ada satu pun diantara kami berdua yang berniat memulai pembicaraan. Namun, aku sempat melihat ekspresi aneh dari wajahnya saat mengintip kamarku yang nampak berantakan, terlebih saat aku menangkap bola matanya yang menatap boneka teddy bear yang habis teraniaya oleh ulahku.

Lost of Memory (End)Where stories live. Discover now