Mianhae eomma, aku sama sekali tak bermaksud membuatmu bingung. Bahkan aku sendiri juga tak mengerti dengan apa yang terjadi padaku.

Begitu aku masuk ke dalam kamar, aku segera merebahkan tubuhku diatas tempat tidur. Aaahh.....aku benar-benar lelah hari ini. Disatu sisi aku merasa senang karena berhasil memenangkan pertandingan, namun di sisi lainnya aku merasa kesal, saat melihat Jiyeon bersama namja lain.

Banyak chinguku yang mengatakan kalau aku ini mengidap sister complex karena terlalu over protective pada Jiyeon, yeodongsaengku yang satu itu, keundae aku melakukan itu semua karena aku sangat menyayanginya, aku tak ingin kehilangannya seperti saat aku kehilangan noonaku, Kim Tae Hee.

Aku menyayangi Jiyeon sejak pertama kali appa dan eomma menjadikannya yeodongsaengku. Dia yang membawa kembali senyuman di wajah eommaku sejak kehilangan Tae Hee noona. Bagiku ia tak hanya sekedar dongsaeng melainkan malaikat penyelamat keluargaku. Karena itu aku tak akan membiarkan siapapun mengambil dia dariku ataupun keluarga ini.

Dari dulu aku memang tak suka jika ada namja lain yang mendekati Jiyeon karena aku selalu berpikir namja itu akan mengambil Jiyeon dari kami. Jadi seringkali aku mengerjai namja-namja yang berniat mendekati Jiyeon kami untuk memberikan pelajaran pada mereka agar tak mendekatinya, seperti namja bernama Chunji, hagsaeng klub paduan suara yang sengaja kuambil baju olahraganya kemudian aku kunci di ruang ganti hingga jam pelajaran selesai. Ada juga Dongwoon, namja di kelas sebelah Jiyeon. Tanpa sengaja aku memergokinya meletakkan surat cinta di loker Jiyeon. Segera saja aku mengambilnya dan kuletakkan di toilet namja agar dia merasa kapok untuk mendekati yeodongsaengku. Sebenarnya masih banyak lagi namja-namja yang kuberi pelajaran saat mereka mencoba mendekati yeodongsaengku, Jiyeon. Namun kali ini berbeda, aku tak tahu harus melakukan apa saat rival sekaligus sahabatku sendiri, Minho, sepertinya ingin mendekati Jiyeon.

Aku mengambil foto yang kupajang di meja disamping tempat tidurku, fotoku bersama Jiyeon yang diambil oleh appa saat liburan di Jeju beberapa waktu lalu. Melihatnya tersenyum di dalam foto itu membuatku ikut tersenyum, meredam kekesalanku hari ini.

"Bisakah kau tak membuatku selalu kehilangan akal sehatku, eoh" gumamku pada foto yang sedari tadi kupandangi, khususnya Jiyeon yang sedang tersenyum manis di foto itu.

Myungsoo POV End


Hingga saat makan malam tiba, tak ada satupun diantara Myungsoo maupun Jiyeon yang keluar dari kamar sehingga membuat Yoo Jin harus mendatangi satu persatu kamar mereka dan memintanya untuk segera turun menuju ruang makan dimana dia telah menyediakan beberapa masakan.

Tak ingin membuat eommanya kecewa, Jiyeon pun terpaksa turun kemudian menuju ruang makan meskipun ia tak ingin melihat wajah oppanya yang sukses membuatnya kesal saat pulang sekolah tadi. Begitu pun Myungsoo yang tak ingin membuat eommanya sedih, akhirnya ia pun segera turun dan menuju ruang makan dimana appa, eomma serta Jiyeon sudah duduk di depan meja makan, siap untuk makan malam bersama.

Suasana makan malam yang biasanya ramai dengan celotehan Myungsoo dan Jiyeon kini mendadak sunyi. Tentu saja hal ini membuat Hyun Joong dan Yoo Jin merasa ada sesuatu yang terjadi dengan anak-anak mereka.

"L-ah, Jiyeon-ah apa kalian berdua sedang bertengkar?" tanya Hyun Joong to the point.

"ANIYO" sahut Myungsoo dan Jiyeon bersamaan Membuat Hyun Joong maupun Yoo Jin terkejut.

Keduanya saling berpandangan selama beberapa detik kemudian segera saling memalingkan wajah. Jika sudah seperti ini, Hyun Joong maupun Yoo Jin tak akan banyak bicara lagi, karena bukan hanya sekali ini mereka berdua seperti itu jadi Hyun Joong dan Yoo Jin tak akan membahasnya lagi.

Lost of Memory (End)Where stories live. Discover now