kembali

211 18 0
                                    

Fajar telah berdiri di depan rumahnya sambil membawa ransel berisi beberapa baju dan buku sekolah. Ia belum bisa membawa seluruh barangnya karena belum pasti ayah ibunya memperbolehkan. Jika begitu tentu ia akan kembali ke kosannya

"Assalamu'alaikum" ini sudah kesekian kalinya, tapi ia masih sabar menunggu

Tak lama akhirnya pintu itu terbuka menampakkan seorang pria dewasa. Fajar kaget melihat orang itu. Abangnya yang kedua, bang Kavin. Seingatnya abangnya ini sudah tinggal sendiri. Mungkin sedang berkunjung

Kavin. Usianya 34 tahun November ini. Ia menatap adiknya itu dengan alis terangkat sebelah. Fajar menyapanya,"hai bang. Lama gak jumpa. Abang sehat?"

Kavin tak menanggapi, ia mulai menutup pintu tapi Fajar menahannya,"gue pengen balik ke rumah ini bang. Boleh ya?" Fajar menatap abangnya, berharap

Kavin menepis tangan Fajar yang menghalangi pintu dan hampir menutupnya lagi, lagi-lagi Fajar menahannya

"Please bang, gue pengen bantuin ayah ibu. Gue kerja, gak bakal nyusahin kalian"

Tiba-tiba Kavin tersenyum misterius, ia membukakan pintu,"masuk aja"

Fajar sedikit terkejut melihat ia diizinkan kembali dengan tidak begitu sulit. Senang sebenarnya, akan tinggal kembali bersama keluarganya. Melihat dan membantu mereka setiap hari

Tapi Fajar mengingat senyum abangnya tadi, menyadari sesuatu. Ia sudah siap akan ini. Ia hanya sedikit bingung karena menyangka hal itu hanya akan datang dari ayahnya. Kakak-kakaknya hanya akan sesekali. Tapi dari senyum tadi, seakan abangnya akan terus tinggal disini

Dua anak laki-laki yang merupakan putra Kavin terlihat sedikit mengintip ke arahnya yang baru datang. Fajar langsung tersenyum,"hai Abra, Tibra.  Kalian apa kabar?"

Fajar mendekati mereka lalu berjongkok agar sejajar dengan mereka," kenalin, aku om kalian. Adik ayah kalian. Namaku Fajar. Panggil om Fajar ya"

Abra yang berumur 5 tahun dan Tibra berumur 3 tahun menatapnya penasaran,"om Fajar?"

Fajar tersenyum,"iya. Salim dong" Fajar mengulurkan tangan pada keduanya

Keduanya menyambut tangan Fajar dan menyaliminya satu persatu. Mereka sungguh tampan, Abra mirip ayahnya, Tibra mirip ibunya. Fajar jadi gemas

"Kalian lagi berkunjung disini ya?"

"Nggak tau. Katanya ayah gitu, tapi dah beberapa hari kami gak pulang. Aku kangen bunda" ujar Abra sembari matanya berkaca-kaca

"Aku juga.."Tibra menangis

"Lho kok nangis? Gak papa, ayah kalian lagi ada urusan bentar. Nanti kalo dah selesai kalian bisa pulang lagi, ketemu bunda" Fajar mengusap air mata yang menetes di pipi Tibra

"Sini sini, mau peluk om gak?" Fajar merentangkan tangannya. Ia tau jika anak kecil sedih akan membutuhkan pelukan

Meski ia tak pernah merasakannya sejak dulu

Kedua anak kecil itu langsung menghambur ke pelukan Fajar. Fajar mengusap-usap punggung mereka,"jangan nangis ya, kalian kan anak pintar, sabar tunggu ayah bentar lagi ya.."

Dasar bodoh!! Nangis terus kerjamu!!! Nyusahin!! Kenapa kamu gak mati aja!!!

Tiba-tiba ia teringat ketika mendengar ucapan itu dari ayahnya. Kepalanya agak sakit, dadanya sedikit berdesir tak nyaman

Fajar melepaskan pelukan itu, senyumnya kembali mengembang,"sekarang kalian main aja ya, om mau beres-"

"Ngapain kamu disini?" Ibunya menatapnya nyalang

Fajar & SenjaWhere stories live. Discover now