Good Old Yesterday #10

21 5 0
                                    

A year to remember, 2000

Senja baru saja jatuh. Adapun Clark tegak dan berusaha tak jatuh, meski serangan Ben beruntun menimpanya. Sore hari dari dua puluh lima tahun yang lalu. Dua bocah yang identik parasnya saling berkelahi dan baku hantam. Tiga belas tahun usia menjadikan keduanya berlagak sok dewasa. Keterlaluan bagi Clark, karena sebagai putra sulung, ia diharapkan bertingkah dewasa, bukan berpura-pura dewasa dan lantas merasa berhak untuk semena-mena.

Tak sesuai kelaziman, sang kakak berperawakan lebih kecil dan kerempeng, menjadi bulan-bulanan adiknya yang tinggi dan atletis. Rambut ikal Clark, si kakak, tak keruan lantaran terjambak sana-sini. Adik kembarnya, Ben Sasmoko yang di atas angin mengulang-ulang ancaman, sembari melayangkan tinju ke arah Clark Sasmoko, yang cuma bisa mengelak dan bertingkah defensif.

"Belum telat, Clark. Kamu masih bisa mundur sekarang. Daripada kamu nyesal kelak. Kamu sudah pasti kukalahkan, Clark." Ben menguak layaknya kerbau keras kepala.

"Sombong!" Susah payah Clark mengelak dari tandukan Ben, membuatnya berganti menjambak Ben yang rambutnya kurang ikal. "Aku ini kakakmu, tahu? Masak dikalahkan adik? Aku gak akan pernah mengalah. Sampai mati pun gak bakal nyerah. Ciaaaa!" Tamparan Clark pun mendarat pada pipi kanan Ben.

"Hah? Kamu cuma menampar saja? Cis! Gayamu itu seperti perempuan berkelahi, tahu? Lagipula tamparanmu kecil, gak ada rasa apa-apa. Tanganmu itu loyo, Clark!"

Sungguh ironis. Ben pun sebetulnya berkelahi seperti layaknya anak gadis. Beberapa kali ia menjambak Clark kuat-kuat, karena selicin ikan belut, Clark sangat pintar mengelak dari bogem mautnya. Ben kian panas dan berupaya menggigit Clark yang merangkulnya erat, agar terhindar dari tinjuan Ben. Bahkan ia mencakar leher Clark sebagai upaya menyakiti kakak kembarnya.

"Hah! Kok Kak Kelak dan Kak Ben berantem! Papap! Mamih! Tolong dong!" Ava menampakkan diri di muka jendela kamarnya di lantai dua, kebetulan menghadap ke taman belakang. Lekas si gadis sembilan tahun menghilang ke dalam rumah.

"Dasar tukang ngadu! Cewek memang banyak mulutnya!" Menuding ke arah jendela Ava yang terbuka. "Kamu juga sama, Clark. Lembek dan cengeng, persis perempuan lemah!"

Lemah dan persis seperti perempuan, cukuplah sudah kata hinaan ini melukai Clark.

"Aaarghh! Hiattt!"

Tak berpikir panjang, Clark melayangkan bogem mentah pada adik kembarnya. Alhasil teriakan lantang Clark mengantar Ben yang tersungkur jatuh, pelipisnya membentur batu pijakan taman yang sompek dan bertepi tajam. Itulah sebab musabab codet di pelipis kanan Ben yang tampan. Sementara itu, untuk sesaat yang pendek, Clark merasa dirinya sudah menang.

***

Clark dan Tembe, today in 2025

Tinju Clark masih mengepal. Berselang dua puluh lima tahun kemudian, hatinya menyimpan dendam yang tidak tertuntaskan. Seharusnya ia melepaskan semuanya, dengan menjotos wajah Tembe Mburi yang sombong. Berani-beraninya pria itu meniru tantangan Ben yang tak tahu malu.

Masih belum terlambat bila kamu mundur sekarang. Seakan-akan aku pasti akan kalah? Clark membentak dalam hatinya, melabrak kenangan menyakitkan bersama Ben sang kembaran, yang ulangtahunnya berselisih satu hari darinya. Clark lahir 11 April pukul 23.43 WIB, sedangkan Ben lahir 12 April, pukul 00.02 WIB. Keduanya dilahirkan secara normal.

Dengan paras memerah oleh luapan darah menggelegak, Clark meninju telapak kirinya. Rasanya bahkan lebih sakit dari hantaman rotan di kedua telapak tangannya. Hukuman dari papap, ayah mereka bagi Clark. Bocah kecil 13 tahun yang berani-beraninya menghajar Ben, permata hati kesayangan keluarga Sasmoko. Hukuman apa lagi yang lebih pantas untuknya?

Tomorrow Forget Me NotWhere stories live. Discover now