2.3. Void in the School Break

14 1 0
                                    

Tidak ada lagi Taehyung di sela waktu istirahat, yang mengajaknya makan di koridor utara, yang bersikeras memberitahu Jinhee bahwa ia punya dirinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tidak ada lagi Taehyung di sela waktu istirahat, yang mengajaknya makan di koridor utara, yang bersikeras memberitahu Jinhee bahwa ia punya dirinya.

Sudah sepekan sejak Lunch Club, Taehyung semakin menempel dengan Hee Kang seperti perangko. Sementara akhir-akhir ini Jinhee merasa bahwa perutnya semakin tipis. Tulang rusuknya lebih terasa menonjol seolah menusuk kulit, meminta kebebasan dari selubung salem itu. Jangan tanya buah dadanya. Mereka masih sepasang buah dada yang setia dengan ukurannya dan dengan bentuk tubuh Jinhee yang baru, justru membuat buah dadanya tampak menggantung lebih besar. Entah ia harus gembira karena tidak ada Taehyung, atau sedih karena Taehyung benar-benar berusaha menjalankan titah untuk menjauhinya.

Awan putih di sudut mata tidak terasa pergerakannya, karena tatapannya yang kosong. Kedua tangannya tertahan di kedua sisi tubuh dan membiarkan roknya tersibak karena terpaan angin. Hari-hari yang gila!  Rasanya sekarang Jinhee ingin sekali menghujani Taehyung dan Hee Kang dengan bebatuan dari atap sekolah, dengan harapan mereka akan mati gegar otak.

"Aku kira di sini tidak ada orang. Rupanya kamu." Haerim menyapa Jinhee. "Apa yang kamu lakukan di sini?"

Jinhee menengok ke belakang, menatapnya malas. "Kamu yang kenapa. Ini basecamp aku sejak lama. Tidak bolehkah aku berada di basecamp aku sendiri?"

Haerim dengan polosnya menjawab, "Tidak ada properti sekolah yang bisa kamu patenkan menjadi basecamp kamu, Jinhee." Kemudian, Haerim menghampiri Jinhee dan duduk di sebelahnya. "Enak ya, di sini? Pantas saja kamu sangat defensif soal basecamp kamu." Jinhee hanya menatap lurus ke arah bangunan-bangunan tinggi.

"Aku pergi." Jinhee berdiri dan segera meninggalkan Haerim sendirian.

Sesampainya di bawah, Jinhee melihat koridor yang cukup ramai tiga jam sebelum sekolah usai. Satu menit sebelum bel berbunyi, Taehyung dan Hee Kang lewat di depannya. Dalam hatinya, ia bersyukur karena dengan Taehyung dekat dengan Hee Kang, potensinya untuk menerima perlakuan buruk berkurang. Setidaknya seperti sekarang yang cukup tenang.

Apakah ia sudah mencium Hee Kang? Mungkin tidur dengannya?

"Kehilangan peliharaanmu, cantik?" Suara itu mengagetkan Jinhee. Sontak gadis itu menoleh ke belakang mendapati Jungkook yang menggoda Jinhee. Taehyung yang ia sebut peliharaan terdengar mengganggu. "Mereka sudah berpacaran menurut gosip yang beredar." Wajahnya semakin hari semakin tengil, tapi Jinhee tidak bisa bohong kalau wajah itulah yang menarik, tetapi tidak dengan interaksi dengannya yang selalu terasa salah.

"Ya, aku bisa memperkirakannya sendiri. Informasimu tidak berguna."

"Konon katanya, kekasih orang lain akan tampak lebih tampan atau cantik ketimbang saat mereka lajang. Begitu juga dengan mantan kekasih."

"Pantas saja kamu mau berbaikan dengan Haerim."

Jungkook terkekeh. "Aku memang mencintainya. Dia murni, gadis baik yang tidak seperti kamu," ejeknya.

"Pergi atau aku tendang milikmu di hadapan umum."

"Kamu tidak akan berani. Banyak penggemarku yang akan menghabisimu." Benar juga. Jinhee berpikir ulang sambil menatap netra lelaki itu. "Kamu sangat terobsesi untuk menjatuhkan aku, bukan begitu?"

"Ya. Kalau benar, kenapa?" Jungkook menaik turunkan alisnya dengan tatapan yang penuh percaya diri.

"Bagaimana dengan Haerim?"

Wajahnya sontak berubah. "Putus lagi."

"Dan tidak ada orang yang peduli lagi padamu," senyum Jinhee merasa menang.

"Aku pikir kamu senasib denganku. Kita sama."

"Aku tidak semenyedihkan dirimu."

"Tapi, kamu mengakuinya? Kalau kamu menyedihkan?"

Jinhee mendengus karena Jungkook mulai banyak bicara yang tidak-tidak. Interaksinya sangat tidak benar. "Kamu mau apa dari aku?" Jinhee menggelengkan kepalanya.

"Apakah kamu pernah membenci Taehyung?" Jinhee tertawa oleh pertanyaan konyol Jungkook.

"Mungkin aku salah menganggapmu terobsesi denganku. Mungkin kamu lebih terobsesi dengan Taehyung denganku daripada aku dengan kamu." Jinhee tidak berminat untuk bercakap-cakap lebih lagi dengan lelaki itu. Lagipula, bel masuk kelas sudah berbunyi. Namun, Jungkook berhasil menahan Jinhee dengan pernyataan lain.

"Kamu menghindari pertanyaanku."

"Aku tidak peduli. Dan seharusnya kamu pun juga."

"Apakah kamu pernah melukainya?"

"Kupikir aku sudah melakukannya."

"Tapi Taehyung tampak cukup bahagia dengan Hee Kang. Kamu yakin kamu melukainya?" Jinhee hanya menatap Jungkook diam kemudian berkata, "Istirahat sudah selesai. Aku tidak ingin berbicara soal Taehyung dengan kamu."

Jinhee menambahkan sebelum ia berjalan pergi, "Kamu melukai seseorang, berarti kamu peduli padanya. Jika dia tidak penting, maka kamu akan tidak peduli. Tanpa banyak hal yang coba kamu lakukan untuk membuktikan. Itu sudah cukup untuk menunjukkan bahwa kamu mampu hidup tanpanya."

"Kalau aku ingin melukai kamu, apakah kamu akan merasa bahwa aku jatuh cinta padamu?"

"Kamu lucu. Bagaimana kamu ingin melukai aku kalau aku tidak peduli pada kamu?"

Jungkook tersenyum. "Mungkin belum. Tapi suatu hari, aku bakal melakukannya sengaja atau tidak sengaja." Semakin Jinhee berbicara Jungkook, lelaki itu terlihat sangat menarik dengan sisi lainnya itu. <>

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 20, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Eris 🔞 (BTS x OC)Where stories live. Discover now