Memangnya kenapa kalau hanya dirinya yang masih betah menjomblo sampe sekarang? Suka suka Rusma dong.

"Lo semua benar benar sialan!" Rusma terlihat ingin menangis, air mata sudah menggenang di pelupuknya. "Liat aja besok, gue bakal gandeng cowok dan kalian cuma bisa ngango ngango."

Sial, bukannya tidak ingin dan tidak ada yang mau bersamanya. Hanya saja Rusma sedikit pemilih dan juga terkadang agak risih jika harus berdekatan dengan laki laki terus menerus. Membayangkan dirinya akan jalan berdua bersama seorang laki laki sepanjang malam, membuat Rusma bergidik ngeri. Terkadang dimata Rusma hal hal romantis yang di ceritakan para sahabatnya semasa berpacaran membuat Rusma ingin muntah, sepertinya dia phobia dengan setiap hal yang berbau romantis.

"Buktiin dong! Jan cuma ngomong doang, kasian tuh si Gian lo gantung kek jemuran."

"Perasaan gue udah nolak dia dan bilang gue gak bakal bisa nerima tuh cowok jadi pacar gue, ngegantungin di bagian mananya coba?" Gumam Rusma di sela sela langkahnya memasuki kamar, dia langsung menjatuhkan tubuh di kasur empuk miliknya dan menatap langit langit kamar.

Lengkungan indah terbit di bibirnya, dia memerawang, mengingat masa masa sulit yang mereka berlima lalui saat di kelas sebelas. Setetes air mata tak mampu dia bendung, Rusma sangat lemah jika menyangkut kenangan mereka satu tahun yang lalu. Dia memejamkan mata dengan perasaan yang agak ringan, setidaknya beberapa masalah sudah terselesaikan. Mereka berlima sudah sampai di titik ini, dimana semuanya berakhir bahagia bersama pasangan masing masing, kecuali dirinya yang memang jomblo sejak lahir dan juga Gendis, Rusma yakin hubungan gadis itu dengan pacarnya cepat atau lambat akan berakhir.

Rusma menarik turun piyama tidur yang dia gunakan sampai melorot sebatas bahu, memperlihatkan bekas tembakan yang membuatnya koma selama tiga bulan.

Dia harap, takdir di masa depan lebih baik lagi.

🎮❤🎮

"Rusma!!"

Diana berlarian heboh kearah Rusma, cewek itu tampak berseri seri, senyum lebar terpatri di bibir.

"Lo tahu gak?!" Kedua bahu gadis bersurai pirang itu di cengkram oleh Diana.

Rusma menggeleng pelan, karena memang dia tidak tahu apa yang di maksud oleh Diana.

"Ck." Diana melepaskan cengkraman dan berkacak pinggang. "Lo kurang updet tahu."

Rusma mengendik bahu santai, dia berlalu begitu saja tanpa peduli Diana yang mencak mencak sebal.

"Denger gue ngomong dulu napa!" Diana menyusul Rusma dengan cemberut, dia menahan langkah gadis bersurai pirang itu. "Gue punya berita hot! Lo pasti gak bakal nyesel dengerin berita dari gue."

Rusma menaikkan sebelah alisnya, hal random apa lagi yang akan Diana katakan padanya? Terkadang, hal yang menurut Diana penting, sama sekali tidak penting baginya.

"Keluarga Darkara ngadain pernikahan lagi! Gue gak tahu siapa yang bakal nikah, karena lo tahukan? Pernikahan keluarga Darkara selalu di rahasiain mempelainya sebelum acara nikahan di mulai." Celoteh Diana dengan lesuh, tak lama dia menyatukan tangan dan berdoa. "Moga mogahan bukan Dzaka ya Tuhan, mempelai perempuannya ada disini, hamba mohon jangan Dzaka. Masalahnya kalau Dzaka nikah bagaimana dengan nasib gadis cantik yang notabenya adalah masa depan cowok itu."

GAUN PENGANTIN ITU TAKDIRKU💘Where stories live. Discover now