36. The Way We Meet Again

4.7K 790 544
                                    

jangan lupa nabung dan ikutan PO nya🔥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jangan lupa nabung dan ikutan PO nya🔥

🥀

Should I give up
Or should I just keep chasing pavements?
Even if it leads nowhere
Or would it be a waste?
Even If I knew my place should I leave it there?

🎵Chasing Pavements- Adele🎵

🥀

Liam senang mengerjai perempuan itu. Sengaja meminta perempuan itu datang ke kantor dan membuatnya menunggu. Liam hanya ingin membuat perempuan itu kesal, marah dan jika bisa sampai menangis. Namun keinginan Liam tidak terkabul ketika Liam menemukan perempuan itu tertidur di sofa ruang tunggu kantornya.

Sedikit kesal, ingin Liam ganggu tidur perempuan itu. Hanya saja niat jahilnya terhenti ketika melihat wajah lelah perempuan itu. Sontak Liam duduk di hadapannya. Memandang benci perempuan yang sedang tertidur, memunculkan berbagai macam rencana balas dendam di benaknya.

Namun segala tatapan benci dan rencana balas dendamnya tersapu sedikit demi sedikit tatkala perempuan itu bersin. Mendatangkan dejavu yang pernah ia alami sebelumnya. Dulu, yang Liam tahu, perempuan ini memiliki kebiasaan bersin sekali dalam tidurnya.

Liam menyadari jika perempuan yang sangat dibencinya, yang sedang tertidur ini, juga perempuan yang semua kebiasaannya sangat ia hafal di luar kepala. Perempuan pertama yang membuat Liam ingin menjadi laki-laki yang mendatangkan kebahagiaan, perempuan pertama yang selalu Liam usahakan dan Liam pastikan tentangnya baik-baik saja.
Tangan Liam terulur hendak meraih, menyentuh pipi perempuan tersebut. Sayangnya terlalu jauh, tak terjangkau. Pada akhirnya Liam hanya menatapnya dari sebrang sofa terhalang meja.

Tangan Liam turun ke bawah. Menghela napas pelan, berusaha menyadarkan dirinya dari apa yang hendak ia lakukan. Sesuatu yang sangat bodoh. Jika perempuan itu terbangun dari tidurnya bagaimana?

Pada akhirnya, Liam hanya diam memandangi, menanti perempuan itu bangun dari tidurnya.

-the last rute-

Liam bersenandung seraya memencet keyboard komputernya. Lagu dari penyanyi The Weekend mengisi ruangan kerjanya. Hari ini rasanya sangat menyenangkan. Sebab resepsionisnya mengabari jika ada orang dari perusahaan media yang menunggunya. Liam bisa menebak jika itu Sury. Akan ia kerjai lagi perempuan itu.

Telepon kantornya berbunyi. Ada di atas meja, tepat di samping komputernya. Ia ambil gagang telepon tanpa mengangkat bokongnya.
Didekatkan gagang telepon ke telinga. "Halo?"

I'm not Antagonist II : The Last Rute (TAMAT dan SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang