29. Paparazi

6.2K 957 196
                                    

Jangan lupa nabung dan ikutan PO nya🔥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa nabung dan ikutan PO nya🔥

🥀

You betrayed me
And I know that you'll never feel sorry
For the way I hurt, yeah
You'd talk to her
When we were together
Loved you at your worst
But that didn't matter

🎵Traitor - Olivia Rodrigo🎵

🥀

Meskipun seorang CEO, Liam tetaplah Liam yang menjadi dirinya sendiri. Gayanya yang terlalu bebas dan seperti anak remaja membuat dirinya sering menjadi buah bibir oleh bawahannya. Bukan apa-apa, hanya saja style fashion Liam datang ke kantor terlalu modis dan terkesan seperti oppa-oppa Korea. Contohnya hari ini, Liam mengenakan kaos berbalut levis yang berpadu dengan celana jens di bagian dengkulnya sobek. Pakaian seperti hendak berkencan atau ke tempat main.

Namun siapa yang bisa melarangnya berpakaian? Tidak ada. Liam hanya berpakaian rapih bila ada pertemuan dengan klien penting atau ketika ayahnya mengunjungi kantor. Selebihnya, ia mendapat kebebasan. Bukan dari segi cara berpakaian saja, sikap Liam yang begitu santai dan humble membuatnya sulit diidentifikasi sebagai CEO. Terkadang dia bisa mengajak karyawannya bermain game yang padahal sedang berada di tengah rapat. Liam juga sering meneraktir karyawan-karyawannya. Jika sedang bosan dengan suasana kantor, Liam sering mengajak karyawannya pergi ke luar kota hanya untuk rapat.

Kini, sang CEO muda itu sedang duduk tenang di kursinya. Pulpen hitam menggantung di ujung bibirnya. Kedua kaki singgah di atas meja kerja. Kursi beroda itu bergerak ke kanan-kiri mengikuti ritme pikiran yang mengembangkan banyak cabang hingga menariknya ke alam sadar.

Meskipun bola matanya terpejam, sesungguhnya Liam sedang berjalan menjelajah masa lalu atau bisa dibilang menyelami kejadian beberapa hari lalu.

Bisa-bisanya perempuan pembawa luka masa lalu itu berdiri utuh di hadapannya tanpa merasakan apapun, seolah-olah hubungan mereka hanya putus di masa lalu dan sekarang hanya sebagai orang asing saja. Perempuan itu tidak mengerti betapa menyakitkan dan menimbulkan getaran sesak tatkala melihatnya berdiri di tengah keramaian pengunjung acara amal. Perempuan yang mengenakan kemeja cokelat tersebut memperhatikan sekitar seperti anak hilang yang berusaha mencari ibunya.

Bahkan perempuan itu baik-baik saja tatkala bergabung bersama wartawan yang mewawancarai Liam. Begitu tenang mencatat setiap pertanyaan beserta jawaban yang Liam utarakan tanpa berminat membuka suara. Namun diamnya perempuan itu mendatangkan gelombang gemuruh di dalam dada. Liam tidak bisa menahan diri hingga pertahanannya runtuh.

"Mbak wartawan pakai kemeja cokelat."

Liam memaksakan bersuara demi mendapatkan perhatian perempuan itu. Supaya fokus perempuan itu tidak hanya berpaku pada catatan kecil miliknya saja. Liam ingin perempuan itu menatap ke arahnya dan berbicara atau bertanya kepadanya seperti wartawan lainnya.

I'm not Antagonist II : The Last Rute (TAMAT dan SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang