20. Keyakinan

6.2K 1K 68
                                    

Jangan lupa nabung dan ikutan PO nya🥂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa nabung dan ikutan PO nya🥂

🥀

I saw you in the back of my show last night
Standing underneath the exit sign
I know it wasn't really you though
'Cause you were always in the front row
And I've been looking for love online
And maybe some of them are real good guys
They're never gonna be like you though
You set the bar above the moon so

🎵WYD NOW? - Sadie Jean🎵

🥀

Ada fase dimana kita ingin menyerah untuk mencintai seseorang, menyerah untuk menunggunya. Bukan karena tidak lagi mencintai, melainkan karena ingin menjadi cerdas untuk keluar dari rasa sakit. Dan biasanya dalam percintaan, perempuan lah yang sering terluka. Bukan berarti laki-laki jahat. Perempuan terluka karena keadaan dan perasaannya sendiri.

Pada dasarnya perempuan memiliki kodrat menunggu, menunggu sebuah jawaban kelanjutan sebuah hubungan. Namun yang ditunggu masih ragu dan tidak percaya diri. Hingga kemudian perempuan di hadapkan oleh dua pilihan, bersanding dengan laki-laki yang berani mengajaknya melangkah bersama atau menunggu laki-laki yang diharapkan untuk datang memberinya kepastian.

Dan Hauri sedang berada di fase tersebut. Ketika Abram datang membawanya harapan masa depan untuk dicintai. Namun posisi dirinya sedang menunggu Alskara pulang memberinya ketenangan dari keraguan. Tiga tahun dilaluinya dengan penuh air mata, rindu yang sering menendang kakinya hingga ia terjatuh dan jarak yang sering menghancurkan ekspetasi akan pertemuan membuatnya dilanda kesedihan.

"Nona, aku tau kamu sering ragu. Aku tau kamu tersiksa seolah terikat, tapi juga transparan. Aku bahkan nggak ada hak menahan kamu. Kalau mau pergi, mau menyerah, nggak papa. Asal bilang, ya? Biar aku bisa siapin diri," Alskara pernah mengatakan hal tersebut kepadanya di suatu hari yang berlalu.

Ada sebuah kelegaan. Ternyata Alskara merasakan keraguan di hatinya, ternyata Alskara juga memperhatikan perasaannya. Mungkin juga Alskara tersiksa karena keadaan mereka saat ini. Sama seperti yang Hauri rasakan.

Namun sekalipun jarak memisahkan mereka selama tiga tahun. Perjuangan mereka untuk bersama diantara jarak 11.711 KM justru mendatangkan sebuah keyakinan di dalam hati Hauri. Keyakinan yang menepis keraguan. Satu alasan untuk bertahan di saat ada sembilan puluh sembilan persen untuk pergi.

"Mata gue merah kayak orang bego," gerutu Hauri ketika melihat wajahnya di dalam cermin.

Padahal ia yang menolak Abram. Namun ia juga yang menangis. Tidak, ia tidak menangis karena menyesal. Lebih tepatnya ia merasa kesal kenapa orang lain yang mendatanginya, bukan orang yang ditunggunya? Ia juga merasa kesal karena keberadaan Abram membuat Siya dan Aqila mendadak menjadi cupid yang sering mencomblanginya.

"Aku ragu, Al. Aku bingung. Padahal kata orang-orang, perihal mundur dan menyerah mudah, melepaskan sesuatu yang menyakitkan adalah pilihan tepat. Tapi kenapa sampai sekarang aku nggak mengerti caranya menyerah? Kenapa aku masih menunggu kamu sendirian di sini? Apa karena kamu nggak menyakitkan, makanya melepaskan bukan hal yang tepat?"

I'm not Antagonist II : The Last Rute (TAMAT dan SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang