Permulaan Baru

5 1 0
                                    

Edward Black menutup mata. Itu adalah akhir dari riwayatnya. Keheningan dan ketenangan akhirnya menyapa jiwanya.

Seorang wanita tua, Christabella Wolf, berjalan ke arah jasad Benjamin. Ia berdiri, terdiam menatap jasad pria yang telah tiada itu diterpa serpihan ombak. Ratapannya begitu sinis. "Kasihan sekali, kau." Ia mengernyit.

Sosok kabut asap mendarat di dekat Christabella—Ethan Black kecil, masih hidup! Anak itu kemudian menjelma menjadi asap kembali, mengubahnya menjadi sosok pria dewasa berkulit putih pucat seperti mayat dan memiliki kedua taring. Trevor Couderc, namanya.

"Kau pikir, kau mengorbankan nyawa orang-orang untuk keberlangsungan hidup anakmu?" ujarnya begitu sarkas. Ia berjalan mengitari jasad yang tak berdaya itu. "Sayangnya tidak. Kau justru memberiku kehidupan dua puluh tahun yang menyenangkan. Aku tak membutuhkanmu lagi." Ia mengeluarkan liontin emas dari kantong gaun penyihirnya. "Kau memberiku menara pengorbanan, dan sekarang aku punya pusaka berharga keluargaku."

"Nyo, nyonya." Ujar Trevor. Suaranya sedikit gagap. "Bo, bolehkah aku memakannya?"

"Silakan, Trevor, pelayanku tersayang."

Trevor membuka lebar mulutnya, melihatkan kedua taring besarnya. Ia mengoyak jasad Benjamin dengan rakus.

Christabella Wolf menatap liontin itu dengan obsesi—membelakangi Trevor yang sedang menyantap. Mulut pria itu penuh darah. Ia menatap tuannya yang sedang memandangi liontin pemberian kepadanya. "A, Apa yang akan kau lakukan, nyo, nyonya?"

"Aku sudah mendapatkan yang kumau." Ia menaruh kembali liontinnya. "Keluarga Tricou akan kubangkitkan. Penyelamatan sudah berada di tangan. Tragedi seratus tahun lalu akan kembali. Aku hanya perlu bersiap." Penyihir itu berjalan menuju pepohonan, menjauhi pesisir, diikuti oleh pelayan setianya.

***

Kapal motor yang ditumpangi Nica telah sampai di pelabuhan. Mary Dury melemparkan jangkar, kapal berhenti sempurna di pinggir pijakan kayu. Nica dan yang lainnya turun dari kapal berurutan. Ethan Black masih terlihat syok atas peristiwa tadi.

Mary membopong Tori yang mencengkeram luka perutnya, sedangkan Edgar membopong Frank yang terluka di bagian dada. Mereka mengantarnya untuk duduk di pijakan kayu. "Biar aku urus mereka. Kau pergi lah dengan keluargamu." Pinta Mary.

"Baik, Mary. Terimakasih." Edgar tersenyum, lalu berpaling meninggalkan mereka semua.

Claire mengantar Ethan untuk duduk di sisi lain dari pijakan kayu. "Sudahlah, Ethan." Imbuh Claire. Ia mengusap punggung tunangannya.

Edgar menghampiri anak adopsinya untuk duduk di tepi pijakan. Walikota itu berusaha menenangkan Ethan Black. Claire juga mencoba dengan merangkulnya dengan hangat. Sementara Ethan, ia masih terus menangis.

Nica, Rose, dan Dongsool menatap keluarga itu dengan wajah ironi. "Aku akan menenangkan mereka. Kalian tunggu di sini." Pinta Nica. Ia beranjak menuju Ethan yang masih bersedih. Nica mengusap lutut Ethan yang masih terus menangis. "Ethan. Aku tahu kau sangat menyayangi ayahmu. Tapi, kau harus menerimanya. Ayahmu ingin membayar atas segala kesalahannya yang tak terampuni."

Ethan Black tersedu-sedu. Ia menggenggam kepalanya dengan kedua tangannya. "Bagaimana aku bisa tenang? Satu-satunya keluargaku di dunia ini telah tiada."

"Tidak!" Sanggah Edgar. "Kami juga keluargamu. Kami yang merawatmu dari kecil hingga sekarang. Kalau kau bilang kau sudah tidak punya keluarga, kau salah."

Ethan mengusap air mata. "Iya, maafkan aku ayah. Maksudku keluarga kandungku." Claire mengusap punggung tunangannya. Wajahnya tampak sedih.

"Memangnya, kau tidak punya keluarga lain?" tambah Nica.

Dark Strokes: Sins of The FatherWhere stories live. Discover now