Special Chapter & Final Visualisasi

799 91 32
                                    

SPECIAL CHAPTER : UNGKAP LEBIH DALAM

warn : a little bit of murdering , characters death, harsh words, cursing, violence, blood

•••

| Brothership " Familyship " Friendship|

YANG JUNGWON ENHYPEN

Dalam keheningan yang menyedihkan, perlahan awan hitam mulai menyelimuti. Mereka tidak ada yang berani mengucap sepatah katapun. Mulut seolah kehilangan fungsinya. Sang tuan besar menunjukkan betapa rapuh dirinya saat ini. Bahkan bahunya tak sekokoh sediakala. Raga dan jiwanya hancur, benar-benar hancur. Sakitnya bagaikan luka yang ditabur garam.

Dipta berteriak, menangis atas apa yang terjadi. Ia mungkin masih bisa bersikap seolah semua akan baik-baik saja, namun ketika kelopak yang begitu indah, yang menjadi hal tersayangnya kini tertutup rapat menyembunyikan sinarnya, rasanya Dipta hanyalah debu yang mudah disingkirkan. Air matanya berlomba-lomba unjuk diri. Kepalan tangannya berulang kali ia layangkan di jalan aspal yang mulai basah oleh air hujan.

Seorang ayah yang selama ini dikenal sebagai sosok yang kuat dan berhati lembut, kini topengnya tak lagi kuat bertahan. Tangan yang biasanya ia pakai untuk mengusak rambut anaknya, sekarang mendekap penuh ketidakrelaan atas tubuh kecil yang terkulai tak berdaya tersebut.

Dada Dipta begitu sesak. Hanya untuk bernafas pun sangat berat. Sekali lagi Dipta berteriak, meraung, dan menangis.

Perlahan, Dipta membaringkan tubuh Juan. Tak lupa dia memberikan sebuah senyum untuk putra bungsunya. Meski ini adalah saat terakhir dia bisa merasakan raga Juan, setidaknya Dipta tetap bersyukur sebab Tuhan sudah berbaik hati mempertemukan mereka.

Tak lama senyum Dipta hilang digantikan tatapan tajam nan menusuk. Para bawahan Dipta dapat merasakan aura gelap yang dikeluarkan tuan mereka. Wajah tampan yang dipuji-puji banyak orang itu sudah penuh darah, semakin memperlihatkan betapa menakutkan Dipta untuk dipandang sekarang.

Satu tangannya dia letakkan dilutut untuk menopangnya berdiri. Seluruh anggota tim yang Dipta bawa memberi jalan ketika ia mendekati kotak dimana raga Bayu dibakar. Terlihat api masih melahap daging yang dipenuhi peluru itu, walaupun hujan semakin deras.

Ketika sampai dilangkah kelima, Dipta membentuk sebuah isyarat dan langsung dimengerti oleh tangan kanannya. Dipta menutup sejenak matanya untuk meyakinkan bahwa ini adalah hal terbaik yang bisa dia lakukan.

Tentang janji yang pernah Dipta ucap dengan lantang didalam hati.

"Tuan," sebuah benda dengan ujung mengkilap menjadi hal pertama yang Dipta ketika dia membuka mata.

Lantas tanpa menoleh sedikipun, Dipta meraih kapak itu. Bersama dengan langkah tegas namun tenang miliknya, Dipta menyeret kapak tadi sehingga kian terlihat jelas paku-paku berkarat yang tertanam disana.

Dengan tangan kosong, Dipta menarik tubuh Bayu yang sudah menghitam. Bahkan wajahnya sudah tidak bisa dikenali karena sangat hancur. Bau hangus menguar memasuki indra penciuman mereka.

Sedangkan tangan Dipta juga terkena dampaknya. Ia harus merelakan salah satu bagian tubuhnya itu terluka. Dipta butuh beberapa kali usaha untuk mengeluarkan tubuh Bayu. Namun, saat kedua matanya tak sengaja melihat bangkai pistol yang bajingan itu pakai untuk menembak Juan, amarahnya kembali tersulut. Dalam sekali sentak tubuh Bayu berhasil dia keluarkan bahkan rantai yang mengikat tubuhnya ikut terlepas.

Halcyon [ RE-PUBLISH ]Where stories live. Discover now