[ 9 ] Halcyon • Sembilan

1.8K 204 52
                                    

| Brothership " Familyship " Friendship|


YANG JUNGWON ENHYPEN

••••

Dhafin menatap bergantian antara botol air dan kertas yang terlipat membentuk persegi panjang. Kali ini Dhafin merasa ragu tidak seperti biasanya. Tetapi ia tetap membuka pelan lipatan tersebut kemudian menuangkan isinya kedalam botol tadi setelahnya dia kocok dengan tempo sedang. Bola matanya beberapa kali bergerak gelisah. Dhafin binggung, sejak kapan dia jadi berpikir dua kali saat ingin melakukan sesuatu. Hatinya mengatakan ini perbuatan salah. Namun Dhafin juga takut akan ancaman yang dirinya terima.

Entah sudah berapa kali Dhafin membuang nafas berat demi mengusir rasa takutnya. Ia sempat melirik jarum jam dimana berhenti diangka 5, itu artinya dia tidak punya banyak waktu. Berusaha memantapkan hati, dia mengambil lagi air mineral baru untuk dirinya sendiri. Tak lama setelah itu mata kembarnya menemukan Juan yang baru saja datang.

“Buat lo,” mereka saling berhadapan. Dhafin menawari Juan minum.

“Tumben, biasanya nggak gini. Tapi makasih,” Juan melepas tali ransel yang dia genggam sedari tadi untuk menerima botol tersebut.

Dhafin hanya menggeleng singkat, dia lebih memilih memperhatikan pergerakan Juan. Namun bila diteliti ada kegugupan yang melingkupi Dhafin. Sebentar lagi ujung botol itu menyentuh bibir Juan. Dhafin menyerah, sebelah tangannya bergerak cepat merampas kembali botol tadi membuat Juan mendongak binggung.

“Tuh 'kan mulai ngeselinnya,” Juan memandang Dhafin sengit. 

Dhafin merasa tak percaya atas apa yang baru saja ia lakukan. Ini diluar rencana, harusnya dia membiarkan Juan memimumnya hingga tandas.

Nyatanya hati Dhafin masih menolak keras. Sebenarnya Dhafin tidak ingin melukai Juan namun ada sosok serupa monster yang senantiasa menghantui hidupnya. Sejak awal pertemuannya dengan Juan, dia sudah menjadi robot yang diatur sesuka hati. Ingin memberontak juga tidak semudah itu. Ada satu nyawa yang jadi taruhannya.

Maaf Pa. Setelah ini pukul Dhafin nggak apa-apa.” Batinnya dengan rasa nyeri membayangkan akan ada luka baru ditubuhnya.

“Gitu doang pundung. Lo ambil yang baru sana,” Dhafin mendorong tubuh Juan. Kemudian dia membuang isi botol tadi ke wastafel.

Dhafin langsung meninggalkan Juan sendirian setelah memastikan anak SMP itu menuruti ucapannya. Ada rasa lega menghampiri Dhafin. Untuk kali ini dirinya ingin melindungi teman barunya. Tanpa Juan tahu, Dhafin sempat memberinya senyum tipis yang hampir tidak terlihat.

Walaupun tidak secara terang-terangan tetapi Dhafin berpikir ingin menjadikan Juan teman sejak hari itu. Sekali lagi Dhafin tersenyum namun lebih lebar. Tidak menyangka hari itu benar-benar terjadi dihidupnya.

Sedangkan Juan tidak ingin ambil pusing. Dia melepas jaketnya setelah menghabiskan setengah botol air yang ia bawa dari rumah. Lea yang menyiapkan tentu saja. Tidak lupa kotak makan yang terjamin kualitas dan kesehatannya.

Ketika Juan keluar dan hendak melaksanakan pekerjaannya. Semua yang berpapasan dengannya membungkuk hormat. Juan merasa tidak enak hati, maka dari itu ia memilih mempercepat langkah kakinya. Ingin segera menjauh dari kerumunan.

“Vel!”

“Iya Mba Lia,” Juan berhenti.

“Udah sampe kamu. Oh ya, atas permintaan Pak Dipta kamu cuma dibolehin bantu ngecek stock barang. Jadi nggak usah angkat-angkat kardus ya Vel,” Lia mengusak rambut Juan yang lebih panjang dari sebelumnya.

Halcyon [ RE-PUBLISH ]Where stories live. Discover now