[ 13 ] Halcyon • Tiga belas

980 160 59
                                    

| Brothership " Familyship " Friendship|


YANG JUNGWON ENHYPEN

•••

Keluarga Pradipta saat ini tengah berkumpul bersama diruang tengah. Sekedar mengobrol setelah seharian sibuk dengan urusan masing-masing. Selaku kepala keluarga, Dipta selalu berucap syukur telah diberi kebahagian yang lengkap. Melihat istri dan anaknya yang bisa tertawa lepas sudah cukup untuk mengobati rasa lelahnya. Sebenarnya Dipta dua hari terakhir telah memikirkan sesuatu dan kini ia yakin untuk membicarakan dengan keluarganya.

“Ayah mau bicara,” ucapnya bernada biasa tetapi mereka yang ada disana langsung diam sigap mendengarkan. Bagaimanapun Dipta adalah orang yang mereka hormati.

Dipta menatap satu persatu orang yang ia sayangi itu, “kalau kita pindah dari mansion ini kalian nggak apa-apa?”

“Hah? Ayah nggak bangkrut 'kan?” tanya Aska kaget sebab tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba Dipta berucap demikian. Dia tidak bisa membayangkan kalau setelah ini harus hidup susah dan merelakan kehidupan mewahnya.

“Bukan gitu Abang.”

“Kirain bakal kaya sinetron tiba-tiba jatuh miskin,” ujar Aska pelan. Tangannya mengelus dada bidangnya.

“Dua hari Ayah mikirin ini...” tatapan Dipta jatuh pada Juan yang duduk ditengah-tengah kedua kakaknya. Sedikit berat baginya namun mau tidak mau dia harus memberi tahu ini.

“Belum lama ini Ayah beli rumah dan niat Ayah kita semua pindah kesana. Terus lusa Oma sama Opa kesini buat nempatin mansionnya.”

“Mama Papa beneran pulang, Yah?” Lea bertanya penuh antusias. Sungguh dirinya sangat rindu terhadap mertuanya yang sudah lima tahun tinggal di Jepang. Lea ingat sekali, dulu dia mendapat banyak kasih sayang dari orang tua Dipta. Jadi, mendengar kabar baik tersebut membuat senyum lebar tak lepas di wajah cantiknya. 

“Iya sayang,” Dipta meraih kepala Lea lembut kemudian dia taruh didadanya. Mencium pucuk rambut Lea yang baunya begitu harum mampu memabukkan jiwa Dipta.

“Terus kok pindah? bukannya malah bagusnya kalau kumpul gini,” tanya Hesa mencoba mengabaikan keromantisan orang tuanya yang cukup membuat iri.

“Masalah itu kita tetep bisa berkunjung kesini 'kan. Terus kenapa Ayah milih pindah jawabannya cuma satu. Ayah mau liat anak-anak Ayah terlebih Mas sama Abang belajar bersosialisasi.”

“Dirumah baru nanti sekelilinginya banyak tetangga. Selama ini Ayah lihat kalian berdua cuek sama orang lain, makanya Ayah nggak mau jadi orang tua yang buruk karena gagal mendidik anak-anaknya,” Dipta merasa bersalah karena selama belasan tahun membiarkan Hesa dan Aska hidup ditutupi mansion membuat kedua anaknya sulit menyapa dunia luar kecuali teman-teman terdekat mereka. Juga dirinya ingin menepati ucapannya yang akan memberi ruang kepada anak-anaknya untuk tumbuh dan berkembang dengan bebas.

“Jadi kalian setuju? sebenernya Ayah jadi kepikiran ini karena Adek sempet bilang pengen ngekos tapi Ayah nggak mungkin lepas adek sendiri gitu aja. Terus Ayah pikir nggak ada salahnya pindah dari mansion asal satu keluarga ikut dan terjamin keamaanannya.”

“Lo gimana Mas?” Aska menyenggol lengan atas Hesa.

“Nggak ada salahnya buat nyoba,” jawab Hesa. Dia jadi teringat bahwa selama menjadi ketua OSIS pun dia tidak memperdulikan sekitar. Asal pekerjaannya selesai itu sudah cukup. Hesa meringis ketika menyadari hanya mengenal beberapa anggota OSIS.

Halcyon [ RE-PUBLISH ]Where stories live. Discover now