16 -Tak Ingin Usai-

125 17 0
                                    

Note : Dengarkan lagu Tak Ingin Usai-Keisya Levronka untuk pengalaman membaca yang lebih baik🕊

***

Awan hitam muncul menyelimuti langit. Rintik air jatuh sedikit demi sedikit membasahi bumi yang terasa kering. Angin kencang berhembus. Pun dengan petir yang menyambar keras seperti membelah langit dengan sangat ganas.

Genangan air berwarna merah tercipta di dekat seorang pria bersurai putih. Mengenai pakaiannya yang ikut basah akibat luka dalam dari seorang gadis yang kini sudah tak sadarkan diri.

Kilat amarah menyala dari dua pasang matanya. Menatap tajam pada makhluk hina yang sedang menikmati darah segar milik seorang gadis bermata biru yang baru saja dia lukai. Mengecap rasa manis yang sangat dia sukai.

Sanemi mengangkat tubuh (y/n) hati-hati. Melompat cepat ke tempat yang lebih teduh seraya menyembunyikan tubuh sang gadis dari iblis wanita itu. Akan gawat kalau iblis itu menemukan tubuh (y/n). Bisa-bisa dia memakannya saat (y/n) lengah dari penjagaan.

"Paman!"

Sanemi melirik. Shigeru berjalan tertatih-tatih ke arahnya sambil memegang perutnya yang masih terasa sakit.

"Nee-san..."

"Diam dan jaga dia disini."

"T-tunggu paman!"

Kedua tangan kecilnya menarik baju Sanemi. Menahannya untuk tidak pergi. Shigeru tahu apa yang akan dilakukan oleh paman berambut putih ini. Dengan tangannya yang membawa pedang tentu saja lelaki ini akan memotong habis leher iblis—ibunya itu.

Melihat keadaan (y/n) dan aksi heroiknya tadi membuat Sanemi semakin ingin mengakhiri semuanya. Dia ingin cepat-cepat membawa (y/n) ke tempat pengobatan atau ke tempat Shinobu agar dia segera mendapatkan penanganan. Tidak lucu kalau (y/n) sampai berakhir tragis akibat kelalaiannya sendiri. Sanemi akan sangat merasa bersalah dan mungkin akan mengundurkan diri dari organisasi pemburu iblis kalau itu benar-benar terjadi.

Sanemi tidak menghiraukan ucapan Shigeru. Ia berlari kembali ke arena diikuti suara Shigeru yang semakin keras memanggil namanya. Kembali derai air mata membasahi pipi bulatnya. Menangis karena pada akhirnya ia akan melihat takdir ibunya yang begitu mengenaskan.

Seorang wanita yang melahirkan dan merawatnya sejak kecil. Mencurahkan segala rasa kasih sayangnya bahkan melebihi luasnya lautan. Memberikan apapun yang dia inginkan asalkan dia bisa bahagia. Sungguh Shigeru tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tuhan memilih jalan takdir yang berbeda dari yang Shigeru harap dan bayangkan. Ayahnya menghilang tanpa kabar. Dan kini, ibunya sudah berubah menjadi makhluk buas yang siap menyerang siapa saja dan kapan saja.

Air matanya menyatu dengan air hujan yang membasahi tubuhnya. Oh langit, kau ikut merasakan betapa sedihnya hati Shigeru saat ini.

"Shigeru..."

Anak itu berbalik. Melihat (y/n) yang sedikit membuka kelopak mata ke arahnya. Tangan kirinya terangkat sedikit. Shigeru segera meraih tangan lembut itu dan menempelkannya pada pipi.

"Nee-san... Hiks... Maafkan aku... Gara-gara aku... Hiks... Kau jadi seperti ini... Hiks..."

Kembali Shigeru menangis bahkan air matanya menetes mengenai pipi (y/n). (y/n) hanya tersenyum kecil dan mengeratkan pegangannya pada tangan Shigeru. "Aku tahu... Kenyataan ini... Uhuk uhuk... Terlalu berat untuk kau terima. Tapi percayalah... Tugas kami... Adalah untuk melindungi... Uhuk... Semua yang kami sayangi..." ucapnya terbata-bata.

Tangan pucat itu mengusap jejak air mata Shigeru. Senyuman lemah kembali terlukis di bibirnya.

"Kau anak yang baik, Shigeru..."

Scenario || Kimetsu no Yaiba Where stories live. Discover now