1 -Awal Dari Segalanya-

597 57 0
                                    

Partikel salju turun semakin deras dari atas langit. Hembusan angin terasa sangat dingin dan sanggup membuat siapapun menggigil karena suhu yang semakin menurun di negara empat musim.

Berbeda dengan orang-orang yang sengaja berdiam diri di depan penghangat ruangan, seorang gadis nampak duduk di belakang undakan rumahnya seraya menatap langit. Kedua kakinya menggantung dari permukaan tanah yang kini sudah tertutup dan berlapis salju. Kedua matanya seolah menerawang entah memikirkan apa. Hidungnya yang kian memerah dan helaan napasnya yang mengeluarkan embun membuat seorang wanita datang menghampirinya.

"(y/n)?"

Suara lembut nan hangat itu berhasil masuk ke dalam gendang telinganya. Sang empu menoleh, mendapati seorang wanita sedang menatapnya penuh kasih sayang.

"Apa yang sedang kau lakukan di sini? Cuaca sedang dingin dan bisa membuatmu jatuh sakit."

Gadis yang dipanggil (y/n) itu hanya tersenyum tipis dan kembali menatap langit seolah pemandangan dari atas sana lebih menarik untuk dipandang ketimbang orang yang sedang berada di dekatnya saat ini.

"Tidak ada yang spesial. Hanya sedang melihat salju turun," balasnya tanpa menoleh.

Wanita itu menghela napas panjang, bingung apa yang harus ia lakukan pada anak semata wayangnya. Ia hanya membalas sekaligus meminta putrinya itu untuk segera masuk dan menghangatkan diri lalu setelah itu pergi meninggalkan (y/n).

Gadis itu hanya bergumam, menepuk bagian bawah tubuhnya meskipun tidak terlihat kotor sama sekali. Ia lantas masuk ke dalam rumah, ke tempat sang ibu memintanya untuk menghangatkan diri.

Tiba di depan penghangat ruangan, ia melihat seorang lelaki yang begitu ia sayangi sekaligus cinta pertamanya tengah duduk sambil meminum ocha hangat. Gadis itu berusaha mendekat secara mengendap-endap, berniat untuk mengejutkan sang ayah. Langkah kakinya nyaris tidak terdengar bahkan hawa keberadaannya juga tidak terasa.

(y/n) terkikik kecil sesaat sebelum ia menutup kedua mata sang ayah dari belakang. Hal itu membuat pria itu terkejut namun tertawa setelahnya.

"Kejahilan apa yang ingin kau lakukan kali ini, hm?"

Mendengar ucapan itu sontak membuat (y/n) tertawa dan melepas kedua tangannya yang menutup mata sang ayah. Ia lantas mengalungkan tangannya pada leher ayahnya dan menempelkan pipinya pada pipi pria itu. Ia masih tertawa sebelum ia menyadari kalau ayahnya itu sedang membaca sebuah buku.

Buku itu terlihat kuno dengan penampilan kertasnya yang sudah sangat lusuh. Tintanya juga terlihat memudar meskipun tidak menghilangkan semua kalimat yang tertulis di buku itu.

"Apa yang sedang Tou-san baca?" tanya (y/n) pada akhirnya.

Pria itu melirik sekilas pada putrinya. Kedua matanya meminta (y/n) untuk duduk di depannya. Menurut, gadis itu lantas duduk di hadapan sang ayah dengan telinga yang terbuka dengan begitu lebar, siap mendengarkan jawaban sang ayah yang dirasa akan sangat panjang atau menarik untuk dibahas.

"Ini adalah buku turun temurun keluarga kita."

Sampul buku diperlihatkan. Perpaduan warna biru dan putih nampak menghiasi kertas yang sudah rapuh itu. Tulisan tinta hitam di depan sampul itu masih dapat terbaca meskipun sedikit memudar.

Catatan Keluarga Aozora.

Untuk sesaat gadis itu merasa bingung. Apa maksud dari judul buku itu? Apakah keluarganya memiliki rahasia penting yang hanya diketahui oleh anggota keluarga itu sendiri?

Mengerti akan tatapan itu, sang ayah tertawa kecil. Ia lantas membuka suaranya.

"Ya. Keluarga kita memiliki rahasia yang hanya kita saja yang mengetahuinya."

Scenario || Kimetsu no Yaiba Where stories live. Discover now