13 -Kebencian-

100 20 2
                                    

"Sanemi, kau akan pergi bersama (y/n)."

Oyakata-sama nampak begitu santai saat mengatakannya. Berbeda dengan (y/n) dan Sanemi yang sedang beradu pandang dengan begitu sengit saat ini.

Begitu (y/n) duduk di sampingnya, Sanemi langsung membuang muka. Seperti tak terima akan kehadiran (y/n). (y/n) juga tak ambil pusing. Ia fokus menghadap Oyakata-sama sambil merapatkan kedua pahanya agar posisi duduknya lebih sopan.

"Senang bertemu dengan anda kembali, Oyakata-sama."

Pria itu tersenyum lembut. Sangat lembut hingga (y/n) lupa kalau orang itulah yang memasangkan dirinya dengan Sanemi dalam sebuah misi.

"Ya, senang bisa bertemu denganmu. Bagaimana kabarmu?"

"Saya baik-baik saja. Saya harap anda selalu diberikan kesehatan dan kebahagiaan."

Kembali Oyakata-sama tersenyum mendengarnya. Sebelah tangannya merogoh sesuatu dari sisi kanan. Menarik beberapa kertas yang tertumpuk jadi satu disana.

"Seperti yang aku katakan tadi, kalian akan pergi bersama untuk menyelesaikan sebuah misi."

Bzztttt!!

Seketika aliran listrik muncul dari kedua mata Sanemi dan (y/n). Tidak ada yang mau mengalah. Tatapan keduanya sama-sama terlihat sengit dan penuh dendam. Ah tidak, mungkin salah satu yang terlihat penuh dendam.

Entah dia masih belum melupakan kekalahannya atau bagaimana, tapi yang jelas kehadiran (y/n) sangat tidak disukai oleh Sanemi saat ini. Sebenarnya (y/n) juga bingung harus berbuat apa. Setiap kali dia bertemu dengan Sanemi, pria itu pasti langsung berdecih atau membuang mukanya kasar. Bahkan terkadang dia mengatakan hal-hal yang membuat (y/n) kesal hingga urat di keningnya tercetak jelas. Berada di dekatnya saja sudah salah apalagi harus berbicara dengannya?

Berdoa saja semoga misi mereka berjalan dengan lancar.

"Aku tahu kalian tidak saling menerima kehadiran masing-masing, benar kan?"

Serempak kedua orang itu menoleh dan kembali duduk tegak.

"Kami akan menjalankan apa yang anda suruh, Oyakata-sama," ucap Sanemi formal. Di dalam hatinya (y/n) memaki sebal.

Giliran begini saja dia sangat sopan.

Oyakata-sama hanya terkekeh kecil. Ia memberikan kertas-kertas itu pada (y/n) dan Sanemi untuk mereka baca. Setelah kedua orang itu membacanya dengan selesai, mereka saling bertukar pandang seperti sedang menyambungkan koneksi.

"Kalian paham bagaimana misi ini?"

Baik Sanemi atau (y/n) sama-sama menganggukkan kepalanya walau mereka tahu Oyakata-sama tidak akan mengetahui hal itu. Tapi bisa pria itu rasakan kedua anaknya ini mengerti apa yang tertulis di dalam kertas itu.

"Misi ini cukup berisiko dan berbahaya untuk kalian. Apa kalian akan tetap menerima misi ini?"

"Ya. Kami bersedia."

Baru kali ini Sanemi dan (y/n) kompak. Tanpa ada keraguan, tanpa ada ketakutan, mereka menjawab pasti pertanyaan sekaligus perintah dari atasannya.

Kedua tangan mereka terkepal di atas paha. Bahu yang tegak dan raut wajah yang tak gentar akan ancaman membuat Oyakata-sama tersenyum pada Sanemi dan (y/n).

"Aku yakin kalian bisa menyelesaikan misi ini. Berjuanglah... Aku akan menunggu kabar baik dari kalian."

"Hai, Oyakata-sama."

Benar apa yang dikatakan oleh Hikaru. Misi kali ini sangat perlu kehati-hatian. Salah langkah sedikit, gagal sudah misi ini. Sanemi dan (y/n) juga tahu apa risiko terbesar dari misi ini karena itulah mereka memantapkan hati mereka untuk menjalankan apa yang seharusnya mereka lakukan. Menjadi seorang pemburu iblis harus melakukan apapun demi kebaikan semua orang.

Scenario || Kimetsu no Yaiba Donde viven las historias. Descúbrelo ahora