3 -Urokodaki Sakonji-

205 35 1
                                    

Setelah pertemuan itu, Fudo mengajak Urokodaki untuk singgah ke rumahnya sekaligus menjamu pria tua itu. Hal lain juga Fudo sampaikan kalau ada sesuatu yang ingin ia bicarakan bersama Urokodaki. Setelah ajakan dan bujukan itu, akhirnya Urokodaki mau dan ikut bersama Fudo ke kediamannya yang terbilang cukup besar.

Ketika Urokodaki sampai, beberapa pelayan segera melayaninya dengan memberikan tempat duduk dan jamuan hangat, mengingat saat ini musim dingin sedang berada dalam fase terendah dimana suhu bumi begitu dingin. Fudo memintanya untuk duduk menunggu sementara ia akan pergi ke suatu tempat untuk memanggil seseorang.

Beberapa menit berselang, Urokodaki melihat Fudo bersama seorang gadis tengah berjalan mendekatinya. Kedua tangan gadis itu terkepal di samping pahanya seolah merasa takut sekaligus gugup. Wajahnya terlihat was-was dan sorot matanya terus saja tertunduk melihat ke arah kakinya.

Fudo duduk di hadapan Urokodaki diikuti (y/n) yang duduk di samping sang ayah. Kedua tangan (y/n) meremas kimono yang ia pakai. Jujur saja (y/n) merasa sangat ingin berteriak saat ini apalagi ketika ia melihat penampilan Urokodaki yang dirasa aneh karena menggunakan topeng tengu. Bagaimana cara dia tau orang itu baik atau tidak kalau wajahnya saja ditutup?

Fudo berdehem pelan untuk memecah keheningan di antara mereka. Ia mulai bersuara. "Urokodaki-san, perkenalkan... Dia adalah putriku, Aozora (y/n). Kalau saya meminta anda untuk melatih putri saya untuk menjadi seorang pembasmi iblis apakah anda keberatan?"

Meskipun wajahnya tertutup topeng tapi respon Urokodaki dapat terlihat jelas melalui gerak tubuhnya. Ia tiba-tiba diam, terkejut dengan pertanyaan Fudo.

Biasanya orang tua akan merasa keberatan apabila anaknya menjadi pasukan pembasmi iblis karena pekerjaan itu adalah pekerjaan yang mempertaruhkan nyawa. Lain dengan mereka, Fudo justru menawarkan sendiri putrinya untuk diajarkan tehnik dasar pembasmi iblis secara berterus-terang. Urokodaki tidak habis pikir bahkan mungkin ia menganggap Fudo sudah gila karena keputusan itu.

Seolah mengerti maksud diamnya Urokodaki, Fudo kembali membuka suaranya untuk meluruskan ucapannya. "Tidak perlu sampai berpikir sejauh itu, Urokodaki-san. Ini sudah menjadi keputusan keluarga kami untuk mengirimkan (y/n) kepada orang seperti anda agar dia dapat belajar cara menjadi pembasmi iblis."

"Kau yakin dengan ucapanmu? Apa putrimu tidak keberatan kalau dia dilatih untuk menjadi seorang pembasmi iblis?" tanya Urokodaki memastikan.

Kini atensi Fudo dan Urokodaki beralih pada (y/n) yang sedari tadi hanya diam menyimak percakapan dua orang tua yang ada di dekatnya. Dengan helaan napas yang panjang, (y/n) mengatur degup jantungnya dan membalas pertanyaan yang diajukan padanya beberapa saat yang lalu.

"Saya sudah yakin dan tidak akan ragu untuk menerima tanggung jawab ini. Saya akan berusaha agar menjadi pembasmi iblis yang kuat dan profesional seperti anda. Mohon bantuannya, Urokodaki-san." (y/n) membungkuk hormat sebagai penutup dari penuturannya.

Di balik topengnya, Urokodaki melihat keseriusan dari ucapan (y/n). Aura tegas dan komitmennya yang tinggi membuat Urokodaki yakin untuk menerima (y/n) sebagai muridnya.

"Baiklah, besok kau mulai bisa berlatih. Temui aku di kaki Gunung Sagiri sebelum matahari terbenam."

Dengan keteguhan dan tekad yang sudah pasti, (y/n) mengangguk tipis dan menyanggupi permintaan Urokodaki.

"Ha'i."

***

Tepat saat matahari baru saja terbit, (y/n) berjalan sendirian menuju kaki Gunung Sagiri untuk menemui gurunya. Berbekal beberapa perlengkapan yang ia butuhkan di dalam tasnya membuat dirinya semakin yakin akan keputusannya.

Scenario || Kimetsu no Yaiba Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang