Entotin Adnan Pak

26.4K 566 35
                                    

"Pak..."

Aku keluar dari kamar bang Bisma dengan memakai setelan tebal berikut hoodie untuk menutupi bekas cupangan di leherku. Bisa bahaya kalau bapak tau aku baru saja dicumbu oleh seorang pria. Aku juga tidak mungkin diam terus di dalam kamar bang Bisma, bisa-bisa bapak mendobrak kamarku. Bapak tidak pernah main-main dengan ucapannya.

Bapak menatapku heran. "Bukannya kamar kamu yang ini Nan?"

"Adnan kebetulan lagi main kartu sama temen pak," bohongku berharap bapak percaya.

Sepertinya berhasil, karena bapak hanya mengangguk menanggapi ucapanku. Kini sorot matanya menatapku penuh dengan kerinduan, ada kilatan rasa bersalah di sana.

"Maafin bapak ya Nan."

Setelah mengatakan itu bapak berjalan mendekat ke arahku dan dia merengkuhku masuk ke dalam pelukannya. "Pak, malu."

Bapak tidak menggubrisku, dia malah memperdalam pelukan kami. Bapak juga mengelus kepalaku dengan sayang sambil sesekali mencium pucuk kepalaku. Diperlakukan seperti itu oleh orang yang kucintai rasanya mau terbang saja ke langit, aku bahagia sekali.

"Pulang ya?" kata bapak sambil melerai pelukan kami.

Aku menggeleng. "Nggak bisa pak, Adnan tanggung udah bayar buat kost per-3 bulan di sini. Sayang uangnya."

"Bapak pengen ngobrol banyak sama kamu Nan, terutama soal yang kemarin itu. Bapak minta maaf, nggak seharusnya bapak berkata begitu ke kamu."

Aku mengelus dada bapak. "Nggak apa-apa pak, Adnan ngerti bapak kecewa."

Aku menelaah. "Bapak kasih tau ibu kalau Adnan, e-em homo?"

Bapak menggeleng pelan. "Enggak, bapak nggak mau ibu kamu malah kenapa-kenapa kalau denger fakta itu."

"Ngobrolnya di dalem aja pak, nggak enak kalau kedengeran orang."

Aku masuk ke dalam kamar kostku diikuti oleh bapak dari belakang. Tak lupa, aku juga mengabari bang Bisma lewat whatsapp kalau bapak datang secara mendadak dan mau tidak mau kegiatan sex kami harus ditunda dulu.

"Jadi?" tanyaku pada bapak setelah kami sama-sama duduk.

"Kenapa kamu bisa jadi homo Nan?"

Aku terdiam sebentar, aku juga tidak tau kenapa. "Adnan juga nggak tau pak, tapi besar kemungkinan mungkin karena Adnan kurang mengenal figur bapak saat Adnan masih kecil."

Bapak nampak menunduk sedalam-dalamnya. Bukan aku menyalahkannya, tapi besar kemungkinan memang begitu.

"Jadi pola asuh bapak dulu salah ya Nan?"

Aku menggeleng, meski begitu menjadi homo adalah satu pilihan dan aku memilihnya. "Adnan yang memilih untuk jadi begini pak."

Bapak menerawang, dia mengunci tatapannya padaku. "Lalu kenapa harus bapak Nan? Bapak ini orangtua kamu, bapak kandung kamu."

Meski nada bapak terdengar tidak terima, ucapannya kali ini lebih lembut dari pada saat pertama kali mengetahui kalau aku ini homo dan aku menyukai bapak.

"Adnan juga nggak tau pak, perasaan itu tumbuh sendiri."

"Sejak kapan?" tanya bapak, raut di wajahnya yang tampan nampak sendu menatapku.

"Sejak SMP pak, saat itu Adnan sadar  kalau Adnan suka sama laki-laki. Adnan mimpi basah, di mimpi itu Adnan bercinta sama bapak," kataku jujur, itu adalah mimpi terindah dalam hidupku.

Bapak terlihat kaget mendengarnya, dia diam seribu bahasa selama beberapa saat. "Sampai sejauh itu Nan?"

Aku mengangguk. "Maafin Adnan pak, bukan kemauan Adnan."

Susu Kental BapakWhere stories live. Discover now