Inceu Si Penggoda

24.4K 412 14
                                    

Om Sapto melirik ke arahku, dia berbisik pelan. "Masuk ke loker, cepet."

Cepat-cepat aku menuruti apa yang om Sapto perintahkan. Setelah memakai semua pakaianku yang tadi teronggok di mana saja, aku bergegas masuk ke dalam loker berukuran besar di kamar tersebut.

"To?" panggil bapak dari luar kamar karena om Sapto tidak kunjung menjawab panggilannya.

"Kenapa pak? Lagi enak coli saya tadi, maklum istri lagi hamil," celetuk om Sapto dibarengi suara derit pintu terbuka. Om Sapto memanggil sopan ke arah bapak karena bapak satpam senior di pabrik, bapak sudah 20 tahun bekerja sebagai satpam di pabrik ini sejak usianya masih 24 tahun.

Dari dalam loker aku mengintip tubuh setengah telanjang bapak. Bagian atas tubuhnya dipenuhi keringat, otot dada, bahu, perut dan lengannya nampak mengkilap dan sangat menggoda iman. Meski tidak sampai sixpack tapi bentukan otot samar diperutnya justru menambah kesan jantan di mataku, tubuh bulky gempal berotot bapak sangat sempurna dan membuat kontolku ngaceng maksimal. Apalagi puting susunya yang berwarna kecoklatan minta dihisap, berbanding terbalik dengan milikku yang berwarna merah jambu. Ketiaknya juga rimbun dipenuhi bulu-bulu yang amat seksi, bulu di dadanya yang jarang juga basah karena keringat, memberikan kesan bahwa dia adalah seorang pejantan di ranjang.

"Gila kamu To, coli kok pas jam kerja. Pantes saya denger suara orang mendesah tadi. Nonton bokep kamu?"

Om Sapto menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Namanya  juga sange pak."

"Ya udah, saya tinggal mandi dulu. Nanti kalau ada Adnan suruh tunggu aja. Saya ke warung Inceu mau ikut mandi," terang bapak berlalu begitu saja, apa dia sering keluar tanpa baju memakai baju seperti itu? Bapaku itu bodoh atau bagaimana?

"Siap pak."

Aku keluar dari loker dan mengintip ke arah luar. Dari sini dapat kulihat banyak karyawan pabrik yang curi-curi pandang ke arah bapak. Tuh kan, kenapa harus telanjang dada sih pak?

"Kamu ngapain Nan?" tanya om Sapto sudah ada di belakangku.

"Ngintip bapak om, takutnya bapak masih di sekitar sini," kataku bohong.

Om sapto mengangguk. "Ke warung si Inceu dia, mau ikut mandi katanya. Kalau mau susulin aja, warungnya ada di ujung jalan, deket ojek pangkalan."

"Ya udah Adnan susulin bapak aja om."

Om Sapto mengangguk kecil. "Soal yang tadi om minta maaf ya Nan. Sejak istri om hamil anak ke-4, om jadi gampang sangean. Jangan cerita ke siapa-siapa ya?"

Aku balas tersenyum sambil mengerling nakal. Kuremas kontol om Sapto yang masih mengembang di dalam celananya. "Lain kali lagi ya om? Adnan suka kontol om, gemuk."

Om Sapto menatapku tidak percaya tapi sekilas aku bisa menangkap setitik gairah di matanya, buktinya om Sapto sampai meneguk salivanya sendiri sampai jakunnya naik turun. Matanya tak henti mengunci ke arah bibirku yang ranum. "Kamu homo Nan?"

"Sttt.... Kalau mau lagi, om jangan cerita siapa-siapa ya?" kataku kemudian mengecup pelan bibir tebal om Sapto.

Om Sapto hanya mengangguk pelan, dia sepertinya masih belum habis pikir kalau aku ini homo tulen.

"Aku susul bapak ya om, makasih buat kontol dan susu kental manisnya."

***

Aku meminggirkan motorku saat kulihat motor bapak terparkir di sebuah warung makan kecil. Pelan, aku turun dan menenteng kresek berisi baju ganti bapak. Meski aku suka melihat bapak telanjang dada, tetap saja aku tidak mau tubuhnya itu menjadi santapan mata banyak orang selain aku dan ibuku.

"Permisi," kataku sopan, warung itu nampak sepi tidak ada yang menyahuti ucapanku.

Karena penasaran aku masuk makin dalam, telingaku menangkap suara orang tengah berbincang.

"Mas Bram yakin cuma mau ikut mandi? Nggak mau yang lain?"

Aku mengernyit, itu suara perempuan. Kakiku melangkah mendekat ke arah sebuah ruangan, yang ternyata merupakan sebuah dapur. Di sana aku bisa melihat bapak tengah mengobrol berdua dengan seorang wanita yang kutaksir seumuran dengan ibu.

"Apa sih Ceu, saya cuma mau ikut mandi, boleh nggak?"

"Ih Mas Bram mah suka gitu deh," ucap wanita itu sambil menoel selangkangan bapak. Aku marah dibuatnya, selangkangan itu hanya milik aku dan ibu.

Bapak menepis tangan wanita bernama Inceu itu, dia kemudian hendak beranjak tapi si jalang itu malah memeluk bapak dari belakang.

"Lepas Ceu."

Inceu melerai pelukannya dari bapak, wanita penggoda itu terlihat sangat senang karena keringat bapak menempel pada dirinya. "Ya udah, Mas Bram mandi aja sana."

Tanpa pikir panjang, bapak melangkah masuk ke dalam kamar mandi meninggalkan si Inceu sendirian di dapur.

Satu adegan membuat mataku membulat dan kepalan tanganku mengerat. Sialan kamu Inceu! Berani-beraninya dia menjilati keringat bapaku yang menempel di tangannya.

"Heuhnn... Mas Bram paling jago buat memek adek basah, padahal ini cuma keringet."

Inceu sialan itu colmek di depan mataku, dia memasukan tangannya yang masih terlumuri keringat bapak ke lubang memeknya.

"Aeghhh, enak Mas."

Aku melangkah keluar dari dapur dan berteriak menganggu aksi colmek wanita jalang itu. "Woi, beli woi! Niat dagang nggak?"

Tak lama aku bisa melihat Inceu keluar dari dapur dengan terengah-engah. "M-masnya kalau mau beli yang sopan dong," ucap Inceu sewot, kuyakini dia marah karena kegiatan colmeknya terganggu.

"Saya udah panggil dari tadi bu!"

Inceu nampak tak terima aku panggil bu. "Mba,  bukan bu!

Meski sempat beradu, akhirnya Inceu menyiapkan makanan yang aku pesan. Aku sebenarnya tidak lapar, ini hanya alibiku untuk menganggu kegiatan liar Inceu. Ku akui walaupun dia binal, masakannya lumayan enak.

Tak terasa makananku sudah ludes, Namun, meski sudah beberapa waktu aku tak kunjung melihat bapak keluar. Setauku bapak kalau mandi tidak pernah lama, katanya kurang bagus untuk kulit. Motor bapak juga masih terparkir di warung makan janda gatal ini.

Entah siasat dari mana, aku berinisiatif untuk kembali menengok ke arah dapur kalau-kalau si Inceu berbuat yang tidak-tidak pada bapaku.

Belum kakiku masuk, aku mendengar suara rintihan seorang wanita bercampur dengan suara seperti orang sedang ngentot, tepatnya kontol bertemu memek.

"Ahhh, iya di situ."

Aku mengernyit dan kupingku kutempelkan di tembok.

"Ouhhh... Kontol Mas Bram gede, adek suka, adek sukahhhh."

"Lebih cepet Mashh, ayo tusuk terus memek adek pake kontol Mas yang banyak uratnya itu, ayo Mashhh... Ahhh... Adek suka kontol item Mas Bramhh...Ahhh..."

Suara kontol masuk memek itu makin terdengar kuat, akan tetapi yang dapat kudengar hanyalah desahan Inceu. Aku tidak mendengar sedikitpun suara geraman bapak, mungkin dia menahannya supaya tidak terdengar orang.

Aku mematung, bapak selingkuh dari ibu dengan si jalang ini? Hatiku rasanya panas, tidak kusangka bapak bisa tergoda oleh wanita bangkotan macam Inceu. Meski punya memek, wajahnya sama sekali tidak membuat siapapun bernafsu.

Aku merasa kalah oleh si Inceu, tak terasa air mataku jatuh karena sakit hati. Sakit hati untuk ibu yang dikhianati oleh bapak dan sakit hati untuk diriku sendiri.

Bapak tega! Bapak tega khianatin ibu!

***

Next nggak? Vote, follow sama komen jangan lupa yah. Bapak-Adnan menanti kalian untuk baca cerita ngentot mereka ❤❤






Susu Kental BapakWhere stories live. Discover now