Cairan Kenikmatan

26.7K 510 20
                                    

Aku mengendarai motorku kembali ke pabrik. Biar saja baju ganti bapak nanti kutitipkan ke om Sapto, rasanya boro-boro ikut nafsu mendengar persenggamaan bapak dengan si janda Inceu itu. Bukannya terangsang aku malah sakit hati.

Saat sudah sampai pabrik aku memarkirkan motorku. Tatapanku tertuju pada sebuah motor yang sangat familiar. Itu motor bapak, bukannya bapak tadi masih asik ngentot dengan jalang itu?

"Nan!"

Aku menoleh, suara serak seksi itu adalah milik bapak.

"Bapak?" kataku bingung, kenapa dia ada di sini?

"Kamu ini, bapak tunggu dari tadi kok malah ngilang," pungkas bapak, dia masih setengah telanjang dan badannya nampak sudah bersih seperti sehabis mandi. Tidak ada tanda-tanda kelelahan setelah bercinta, wajahnya nampak masih sangat segar.

Mataku memicing, ada ekspresi tidak suka kutunjukan pada bapak karena kejadian tadi. "Adnan tuh udah nyusulin bapak ke sana, eh bapaknya malah main enak."

Bapak mengernyit tidak mengerti dengan ucapanku. "Maksudnya?"

Aku memutar bola mataku kesal. "Pura-pura polos lagi."

"Apa sih Nan? Bapak nggak ngerti, kamu tadi ke sana kok bapak nggak liat?"

"Ya iyalah orang bapak asik berduaan."

Bapak menggeplak keningnya sendiri, dia nampak tertawa. "Nan, Nan. Bapak tadi ke sana itu cuma ikut mandi, itupun nggak jadi karena nggak ada air. Jadinya bapak mandi di mess karyawan."

"Tapi tadi Adnan liat motor bapak masih di sana," kilahku, pasti dia berbohong.

"Motor? Orang bapak ke sana tadi jalan kaki kok, tanya aja si Sapto. Kamu pikir yang punya motor kayak bapak itu cuma bapak seorang? Adnan, Adnan..."

Aku bingung, jadi tadi siapa yang merojok liang memek si Inceu? Atau jangan-jangan dia colmek dengan terong atau timun sambil membayangkan di entot bapak? Sialan, aku tertipu. Pantas saja aku tidak mendengar suara bapak menggeram dan mendesah sedikitpun, kan jadi malu sekarang. Mana tadi aku lupa bayar makan pula, haduh.

Aku menyodorkan keresek berisi baju bersih pada bapak. "Ini baju ganti buat bapak. Terus kata ibu baju kotornya masukin ke sini biar langsung dicuci."

Bapak mengambilnya, dia menyuruhku untuk mengekorinya dari belakang. Aku masih malu karena sudah salah sangka dengan bapak, rasanya mau menghilang saja.

Beruntung dia tidak marah, sejak lulus SMA aku merasa bapak jadi sedikit melunak terhadapku. Padahal dulu beliau sangat tegas dan tidak segan untuk meninggikan suaranya kalau aku berbuat salah. Makanya aku merasa sedikut kekurangan sosok seorang bapak darinya, karena bapak bukan tipe-tipe orangtua pemanja meskipun aku adalah anak satu-satunya. Tapi justru sikapnya yang tegas itulah yang membuatku menyukai bapak, aura kejantanannya mencuat kalau  bapak bersikap demikian.

"Ini, bilang sama ibu kalau baju kotornya udah bapak cuci, tinggal dijemur aja," ucap bapak setelah memakai baju bersih yang tadi kuberikan dan memasukkan baju kotor yang nampak basah karena sudah dia cuci.

Mataku menatap kecewa, gagal deh mencicipi bau ketika dan kontol bapak yang tertempel di baju dan celana dalamnya.

Bapak menafsirkan lain pandanganku padanya. "Nan, bapak itu cinta mati sama ibu kamu. Jadi jangan pikir aneh-aneh soal bapak, jangankan ngelakuin sama perempuan lain Nan, kepikiran aja bapak nggak pernah."

Aku tersenyum kecut, tak apalah gagal menikmati kaos dan celana dalam bekas pakai bapak. Lagipula sebagai gantinya aku sudah dapat mencicipi kontol perdana dalam hidupku, yaitu kontol berkulup milik om Sapto. Sesekali mataku menatap jail ke arah om Sapto yang terlihat gelagapan.

Susu Kental BapakWhere stories live. Discover now