Bapak - Anak

25.9K 466 27
                                    

Pak Bramantyo's Pov

"Enak kan pak?"

Aku merasakan batang kontolku dijilat oleh permukaan yang basah. Setiap kali daging lembut itu menggeliti batang kejantananku, aku menggelinjang keenakan karena kenikmatan menjalar ke setiap sisi tubuhku.

"Hoaughhhhh...."

Aku merasakan ngilu saat Adnan menyedot dua bola kembar berisi pejuhku. Rasanya bukan enak tapi malah sakit dan aku tidak menyukainya sama sekali.

"Hashh... Jangan Nan, ngilu."

Adnan menuruti kemauanku, dia  berhenti. Mungkin dia tau kalau aku tidak suka dengan perlakuannya di biji kontolku.

Aku sempat melirik sebentar melihat mata Adnan menatap berapi-api ke arah kontolku yang setebal lengannya. Bibinya membulat membentuk huruf o supaya bisa melahap daging tebal itu. Pelan tapi pasti kontolku masuk ke dalam mulutnya. Aku mendesah keenakan karena hangat yang dihantarkan mulutnya ke kontolku.

"Arghhhhh...."

"Rghh, khonthol bpahkkh gdee..." kata Adnan sambil memaju mundurkan kepalanya walau hanya bisa melahap kontolku dari kepala sampai leher kontonya.

Aku merasakan sesuatu yang hangat dan basah menyelimuti batang keperkasaanku. Kepala sampai leher penisku rasanya disedot oleh sesuatu yang amat sempit. Selain disedot, di dalam sana aku juga merasakan lubang kencingku ditusuk-tusuk oleh suatu daging lembut yang menari-nari bak ombak tenang di laut.

Slurppp...

Mendengar suara itu, aku bukan tidak tau kalau yang sedang mengerjai batang tebal milikku adalah mulut Adnan, putraku sendiri. Aku jelas sadar kalau kejantananku tengah dihisap meski wajahku tertutupi bantal sekarang. Rasanya sangat nikmat, kontolku jarang sekali mendapat servis mulut.

Namun, karena saking nikmatnya dan kadung nafsu. Aku mengesampingkan fakta kalau yang sedang menyicipi kontolku adalah dia yang juga berasal dari daging tebalku ini. Sudah beberapa minggu ini istriku tidak mau menunaikan kewajibannya untuk melayaniku di ranjang, jadi begitu mendapat perlakuan nikmat seperti ini rasanya aku tidak mau berhenti sampai kontolku memuncratkan isinya yang kental dan banyak. Aku rindu sensasi linu, gatal dan nikmat di bagian kontolku yang sudah lama tidak disentuh siapapun selain diriku sendiri saat onani.

Aku membuka bantal yang menutupi wajahku, mengintip bagaimana Adnan dengan liarnya memanjakan tempat di mana dia berasal, kontolku. Pelan tapi pasti, Adnan terlihat ingin memaksakan supaya kontolku masuk lebih dalam. Sayangnya kontolku hanya masuk sampai lehernya saja, aku tidak heran dengan itu. Bibir putraku itu kecil tipis dan ranum seperti ibunya, jadi jelas kontolku tidak akan muat seluruhnya masuk ke dalam mulutnya yang basah itu.

Tebal kontolku hampir menyamai tebal lengan Adnan, jadi kalau dipaksakan bisa-bisa bibirnya robek. Meski begitu, aku cukup puas dengan servisnya di area kejantanku walau hanya kepala sampai leher kontolku yang bisa merasakan kenikmatan yang diberikan oleh putraku sendiri.

Perasaan nikmat, bersalah, marah, sedih, senang semuanya bercampur saat aku melihat Adnan menyepong dan mengempotkan bibirnya pada kontolku. Aku memilih menutup kembali wajahku, ingin aku berhenti tapi rasanya tanggung karena kontolku sudah hampir mengeluarkan cairkan kenikmatannya.

Tubuhku menegang begitu suatu dorongan menyalurkan kenikmatan keseluruh tubuhku.

"Ahhhhhhhh...."

Crot... Crot... Crot...

Aku muncrat di dalam mulut Adnan, dapat kurasakan cairanku di telan olehnya. Sedikit pejuh itu meleber ke batang kontolku, rasanya begitu geli karena Adnan masih saja mencecap setiap inci bagian kontolku.

Nafsuku mereda. Namun, dapat kurasakan Adnan masih saja membaui selangkanganku yang rimbun. Hatiku panas, aku membuka bantal yang menutupi wajahku. Perasaan marah dan kecewal mengisi hatiku.

Aku miris melihat putraku sendiri begitu memuja batang keperkasaanku, dia menikmati kontolku layaknya benda paling berharga untuknya. Adnan terlihat membauinya, wajahnya memerah karena nafsu, selain itu aku juga merasakan basah di kakiku. Aku yakin Adnan juga sudah keluar, bagaimana dia keluar tanpa melakukan apapun? Apa dia keluar hanya karena menyepong kontolku?

Aku menggeleng pelan, menatap tajam Adnan yang bibirnya masih terlumuri sisa pejuhku yang kental dan lengket.

"Nan, kamu homo?"

Adnan mematung, dia kemudian menatap ke arahku tanpa berbicara sepatah katapun. Putraku itu nampak terdiam tak tau mau berkata apa, seperti seorang maling yang tertangkap basah.

"Kamu homo Nan? Iya, kamu homo?" kataku kembali bertanya, aku harap jawabannya adalah bukan. Aku merasal sangat gagal sebagai seorang bapak kalau benar Adnan adalah penyuka sesama jenis.

"Pak, Adnan minta maaf. Adn-"

"Lepas!" kataku dengan emosi, aku segera bangun dan melepaskan diri dari Adnan.

"Bapak kecewa Nan, bapak nggak nyangka satu-satunya anak bapak justru  ternyata homo!"

Adnan gelagapan, dia terlihat mau menangis karena tersakiti oleh ucapanku. "Pak Adnan cuma mau bantuin bapak, Adnan minta maaf kalau tadi berlebihan."

"Bantu bapak kamu bilang? Yang bapak lihat tadi kamu terlihat menikmati kontol seperti manusia murahan, terlebih menikmati kontol bapak kandungmu sendiri!"

Aku kembali mendekati putra semata wayangku itu. Harga diriku sebagai orangtua rasanya dicoreng karena tau putraku satu-satunya justru besar sebagai seorang penyuka sesama jenis, terlebih dia baru saja menggerayangiku yang tak lain adalah bapak kandungnya.

"Sekarang bapak tanya, kamu homo kan huh?"

Adnan diam, membuat emosiku naik. Dengan nada tinggi aku membentaknya supaya dia segera menjawab. "Jawab!"

"A-Adnan sayang sama bapak, Adnan suka sama bapak sejak lama," jawab Adnan kelu, dia menundukan wajahnya sambil menangis kecil.

"Dasar homo! Kamu sampai hati menyukai bapakmu sendiri? Kamu taruh di mana isi kepala kamu itu Adnan!? Bapak ini bapak kandung kamu!"

"Adnan juga nggak tau pak! Adnan begini bukan karena kemauan Adnan!"

Aku sewot. "Bukan karena kemauan kamu? Jadi yang tadi itu kemauan setan huh? Kamu setannya iya?"

"Salah apa bapak sama ibu sampai punya anak macam kamu!?" kataku begitu saja, sungguh aku tidak bermaksud mengatakan semua itu. Rasa kecewa memenuhi hatiku sehingga kata itu terlontar begitu saja.

Adnan menatapku terluka. "Kenapa bapak cuma nyalahin Adnan? Apa pernah dulu bapak peduli sama Adnan? Pernah? Apa pernah pak?"

Aku terdiam meski wajahku masih memperlihatkan kemarahan. Adnan mengungkit masa lalu di mana aku terlihat acuh padanya, padahal meski begitu aku sangat menyayangi putraku. Saat itu aku bersikap begitu karena aku pikir itu adalah cara yang baik dalam membesarkan anak laki-laki, terlebih aku bukan orang berada yang bisa memanjakan ini-itu, aku hanya ingin putraku tumbuh dengan mental yang kuat, bukan menye-menye dan banyak bergantung pada orang lain.

"Jaga mulut kamu Adnan, kamu pikir karena siapa kamu bisa sebesar ini?"

"Bapak tau? Semua ini salah bapak! Adnan suka laki-laki karena bapak! Adnan begini karena Adnan haus kasih sayang seorang bapak yang nggak pernah bisa Adnan dapat saat Adnan masih kecil!"

Plak...

Aku menampar pipi putraku cukup keras. "Bapak besarkan kamu dengan susah payah dan ini balasan kamu Adnan? Bapak bersikap begitu karena bapak mau kamu jadi pribadi yang dewasa, dasar anak nggak tau diuntung! Kamu homo karena kemauan sendiri tapi malah menyalahkan pola asuh bapak?"

Tanganku gemetar, meski dulu aku selalu tegas dan galak pada Adnan tapi baru kali ini aku melukai fisiknya.

Adnan menatapku dengan sorot mata penuh luka. "Kalau memang menurut bapak Adnan cuma anak nggak tau diuntung, Adnan akan pergi!"

Pov End

***

Sorry ya kemarin nggak up, lagi banyak kerjaan hehehe.

Nextnya aku up kalau vote sudah memenuhi kriteriaku ya, jangan lupa follow dan komen terus biar aku semangat ❤

Susu Kental BapakWhere stories live. Discover now