Es Krim Coklat

22.6K 454 13
                                    

Setelah selesai dengan kegiatan fantasi liarku di toilet sembari meneguk cairan kenikmatan bapak, aku kembali ke pos mendapati bapak sudah kembali memasukan rudal kejantanannya ke dalam celana bahan yang dia pakai.

Bapak terlihat canggung menatap ke arahku, begitupun aku. "Maaf kalau Adnan tadi lancang ya pak, Adnan cuma mau bantu bapak kok."

Bapak mengangguk kecil, dia menepuk bagian kosong di sampingnya. "Dah, dah. Duduk, tadi bapak udah minta Toni gantiin shift. Kita pulang setelah dia datang."

"Kenapa pulang pak?" tanyaku kini sudah berada di samping bapak, sesekali aku mencuri pandang ke arah selangkangan bapak yang mengembang. Ternyata kontolnya masih ngaceng, sama denganku yang masih haus ingin merasakan pejuh bapak.

"Bapak capek Nan, bawaanya pengen tidur," balas bapak santai, sepertinya dia sudah merasa tidak masalah dengan kegiatan colinya yang kubantu tadi.

"Karena yang tadi ya? Maaf ya pak, maksud Adnan cuma mau bantu kok."

Bapak menatap ke araku. "Nggak apa-apa, lagian kamu juga berasal dari situ."

Kami berdua tertawa, rasanya membahagiakan sekali. Aku harap kedepannya hubungan aku dan bapak bisa terus seperti ini layaknya orangtua dan anak. Aku memang suka kalau bapak sudah tegas, aura kejantanannya makin jelas. Namun, aku lebih membutuhkan sosoknya yang seperti ini. Rasanya aku menemukan sosok seorang bapak yang lama aku idam-idamkan.

"Makasih ya pak, Adnan seneng belakangan ini  bapak jadi lebih deket sama Adnan," kataku memeluk bapak dari samping, aku bisa menghirup aroma sabun mandi di kulitnya.

Bapak balas memeluk tubuhku, tubuh besar bapak merengkuh aku yang begitu kecil masuk ke dalam kukungannya. "Bapak minta maaf kalau selama ini bapak kurang bisa ada untuk kamu, bapak bisanya cuma terus-terusan push kamu untuk serius sekolah, sekolah dan sekolah sampai bapak lupa kalau anak semata wayang bapak ini butuh bapak sebagai orangtua yang sesekali boleh memanjakan anaknya. Maafin bapak ya Nan, mulai hari ini jangan sungkan dan malu lagi kalau sama bapak ya? Bapak sayang sama kamu."

Aku terharu, nafsu dan libidoku yang meninggi tadi sudah terbang entah ke mana digantikan rasa nyaman. "Adnan sayang bapak."

Tubuhku masih terus menempel pada bapak, dia tidak risih dengan pelukanku yamg lama-lama makin mengerat malahan bapak balas memeluk tubuhku dengan erat juga. Kalian tau tempat ternyaman di dunia ini bagiku? Tempat itu adalah pelukan bapaku, otot-otot dan dadanya yang lebar menjadi bantalan yang pas dan nyaman menjadi senderan kepala.

Sesekali aku merasakan tangan bapak mengelus rambutku penuh kasih sayang. Bapak juga bahkan mencium ubun-ubunku sekali. Aku tau kalau dia melakukan itu sebatas hanya sebagai bentuk kasih sayang seorang bapak terhadap anaknya. Bapak seperti ingin mengganti banyak waktu yang sudah terbuang, karena sejak kecil boro-boro bermanja seperti ini, bertatap mata saja jarang karena aku takut bapak marah. Meski bapak melakukannya sebagai bentuk kasih sayang orangtua dan anak tapi bagiku tetap saja romantis. Rasanya lebih membahagiakan dari bisa meminum pejuh bapak.

"Eh ada Adnan."

Pelan, aku melerai pelukanku terhadap bapak saat mendengar suara seseorang memanggil namaku. Baik aku dan bapak sebenarnya masih betah berpelukan, tapi risih juga kalau ada orang melihat. Nanti disangka aneh-aneh kan? Walaupun sebenarnya niatku memang aneh-aneh sih, hehe.

"Eh mas Toni," kataku saat melihat sosok pria berusia 27 tahun di depanku. Normalnya, mungkin kebanyakan homo akan tertarik dengan perawakan mas Toni. Dia adalah duda anak satu, kulitnya sebelas dua belas dengan bapak, tingginya hampir menyamai pintu dan otot-ototnya nampak tercetak dengan jelas.

Namun, aku kurang bernafsu melihat pria yang usianya di bawah 35 tahun. Vibes bapak-bapaknya tidak terasa, tidak ada lemak bercampur otot tercetak di tubuh indah mas Toni, murni hanya otot kering jadi tubuhnya tidak bulky seperti bapak dan om Sapto. Walaupun kubilang kurang bernafsu, bukan berarti aku tidak mau kalau dia memintaku supaya mau dientot olehnya. Aku akan dengan senang hati membiarkan kontol pejantan yang baru saja bercerai ini melesak maju mundur mengobok anusku, boolku pasti keenakan menerima sodokannya.

"Kapan kuliah Nan?"

Aku tersenyum, lesung pipitku terlihat di kedua pipiku. "Bulan depan mas, itu juga baru pengenalan lingkungan kampus. Untuk efektif belajarnya mungkin seminggu setelah itu."

Mas Toni hanya mengangguk pasif, dia ber-ohria. "Ohhhh..."

"Saya sama Adnan pulang ya Ton? Kamu nggak apa kan gantiin saya sehari? Masalah duit gampang, nanti saya atur."

Mas Toni sumringah. "Siap bos! Pokoknya kalau ada cuan mah saya siap-siap aja."

Bapak hanya tertawa kecil menanggapi rekan kerjanya itu. "Ya udah saya duluan, kamu sekalian lanjut sampai shift malem kan?"

"Iya pak, saya hari ini dapet shift sore sampai pagi jadi sekalian aja."

Bapak mengangguk, dia menyuruhku mengekorinya dari belakang. Namun, saat tepat melewati mas Toni aku merasakan pantatku di uwel-uwel olehnya.

Mas Toni berbisik. "Semok amat pantat kamu Nan, suka kontol nggak?"

"M-mas?" kataku sembari meneguk ludah, frontal sekali dia.

"Hahahaha...."

Mas Toni tertawa. "Bercanda Nan, hati-hati di jalan ya."

Aku mengangguk dan kembali mengikuti bapak yang sudah jauh berada di depanku. "Aku duluan mas."

Rumahku dan pabrik tempat bapak bekerja memang lumayan jauh. Jarak tempuhnya sekitar satu jam kalau ditembuh dengan kecepatan rata-rata 60km/jam. Maka dari itu bapak membawa motorku dengan kecepatan tinggi, aku meringis ngeri melihat sesekali kecepatan motor sampai tembus 100km/jam.

"Pak pelan-pelan, Adnan takut," kataku jujur, aku memang tidak biasa membawa motor sampai secepat ini. Paling cepat mungkin hanya 50-60km/jam, makanya teman-temanku mengataiku lelet kalau bawa motor.

"Kenapa? Biar cepet sampai, lagian lenggang jalannya."

"Adnan takut kalau cepet-cepet pak," kataku mengaitkan tanganku di sela baju bapak.

"Pegangan makanya!"

"Malu pak."

Bapak meminggirkan motornya. "Sama bapak sendiri kok malu," kata bapak dan kemudian mengarahkan tanganku untuk melingkar di perutnya yang berotot.

Sejalanan aku memeluk bapak dengan erat, tak lupa kepalaku bersender di punggungnya. Kami sudah seperti sepasang kekasih yang tengah boncengan. Apa tanganku nakal? Tentu saja! Sesekali aku modus menurunkan tanganku ke area paha dan selangkangan bapak, aku sedikit tersentak karena ternyata kontol bapak masih ngaceng. Bapak tidak merasa risih karena menganggap tanganku turun karena getaran motor.

Akupun berceletuk. "Pak Adnan pengen es krim coklat."

"Es krim?" kata bapak mengulang pertanyaanku.

Iya pak, es kontol coklat punya bapak.

"Ya udah nanti kita mampir dulu ke warung atau mini market," ucap bapak tanpa kalau es krim coklat yang kumaksud adalah kontolnya. Aku sangat amat ingin merasakan bagaimana rasanya mulutku dipenuhi oleh daging panjang, berurat dan gemuk milik bapak itu.

"Beli yang ada motif urat-uratnya ya pak, Adnan lagi pengen banget. Penasaran sama rasanya," ucapku, secara tidak langsung saat ini bapak merespon pembicaraanku mengenai kontolnya meskipun bapak menangkapnya sebagai es krim coklat biasa.

"Iya, apapun buat anak bapak satu-satunya."

Ujung bibirku tertarik, tak apalah hanya dapat es krim biasa. Dialog mesumku yang dianggap lain oleh bapak sudah cukup membuatku terhibur. "Makasih pak."

Aku merasa kehidupanku ini terbalik, dulu sejak kecil sampai remaja bapak selalu bersikap keras, disiplin dan tegas padaku. Anehnya, ketika aku beranjak dewasa bapak malah mau berniat untuk merubah sikapnya dan memanjakan aku seperti ini. Aku harap dia benar-benar akan mengabulkan semua permintaanku.

Jadiin aku istri kedua ya pak? Rela aku dientot tiap malem sama kontol bapak.

***

Haduh, haduh, haduh... Adegan ngentotnya enaknya gimana ya guys? Aku lagi nyari scene ya pas dan hot gitu, biar gak terlihat maksain 😂😂

Vote, follow dan komen ya, nanti aku up lagi kalau rame ❤❤


Susu Kental BapakWhere stories live. Discover now