Lubang Pembuangan Pejoy

Start from the beginning
                                    

"Nan," ucap bang Bisma, tatapannya kini dipenuhi hasrat yang menggebu. Melihat itu, sesuatu dalam diriku juga ikut naik.

Tanpa kusadari justru sekarang akulah yang menciumnya, aku tidak dapat membendung keinginanku untuk bercinta. Kukalungkan lenganku di lehernya, bibir kami kembali bertemu. Kami berciuman dengan mesra, berpagutan dan saling menikmati bibir masing-masing.

Dengan sekali hentak bang Bisma membalik tubuhku. Sekarang ciuman kami menuntut dan kasar. Jujur bang Bisma adalah seorang pencium yang handal, aku kewelahan mengimbangi ciumannya di bibirku.

Tak sampai itu, melihat aku yang mulai tidak bisa menyaingi tempo yang dibuatnya. Bang Bisma menggigit bibir bawahku, membuat aku mendesah pelan.

"Ahhh..."

Bibirku terbuka, kesempatan itu bang Bisma gunakan untuk melilitkan lidahnya dengan lidaku. Di dalam sana lidah kami saling mengait dan berbagi saliva yang terasa manis di indera perasaku. Kami bahkan tidak segan dan jijik meneguk saliva kami yang bercampur akibat peraduan mulut.

Bang Bisma melepaskan ciuman antara kami, aku terengah-engah mencoba mengambil napas dengan dalam. Dapat kulihat bang Bism tersenyum manis padaku, dia kemudian mengecup seluruh area di wajahku dari mata, hidung, pipi, dahi dan berujung di bibir tipisku.

"Nan, abang sayang kamu."

Aku tidak membalas ucapan bang Bisma. Kutarik kepalanya supaya tenggelam di permukaan leherku. Rasanya begitu geli ketika kumis dan brewoknya bergesekan dengan kulit leherku yang halus. Bang Bisma juga tidak tinggal diam, dia meninggalkan jejak kepemilikannya di leherku. Aku mendesah hebat karena rasa yang dia berikan.

"Abanghhh, euhhh...."

Bang Bisma menanggalkan kaosku, dia juga melepas kaosnya sendiri memperlihatkan pahatan tubuhnya yang berotot padaku. Tatapan bang Bisma juga berubah lapar saat melihat tubuh setengah telanjangku.

"Kamu seksi sayang," ucap bang Bisma pelan.

Lepas itu, bang Bisma turun menciumi area sekitar dadaku. Dia menggigit kecil puting susuku yang berwarna merah muda dengan rakus bergantian. Tanganku menahan bahunya, rasanya seluruh tubuhku tengah merasakan nikmat sampai tanganku harus bertumpu pada bahu kekar bang Bisma.

"Banghhh, hahhh hahhh... Gantian," kataku, bang Bisma paham dan dia menjatuhkan tubuhnya di sampingku.

Aku mengambil kesempatan itu untuk menduduki tubuh bang Bisma. Kadung nafsu, aku mengangkat lengan bang Bisma supaya ketiaknya terlihat. Tanpa jiji, aku menjilati setiap bagian ketiak bang Bisma yang amat nikmat. Ketiaknya terasa sepat di lidahku tapi justru nagih untuk terus dinikmati.

Puas dengan ketiaknya, aku memperlakukan tubuh bang Bisma seperti dia memperlakukanku. Kuciumi dadanya yang bidang dan lebar, turun ke perutnya dan sampai di pusarnya.

Kuciumi lubang itu dengan amat nafsu, tak lupa kujilati bulu-bulu di area sekitar pusar bang Bisma yang menjalar sampai ke selangkangannya. Lidahku terus turun sampai kemudian tiba di area yang menggunung, kontol bang Bisma ngaceng sampai celananya membentuk tenda.

Mataku dan mata bang Bisma kemudian saling berhadapan. Bang Bisma mengangguk sambil tersenyum, tanda bahwa dia setuju dan memberiku izin untuk memuaskan kontolnya.

Tanpa pikir panjang, aku melorotkan celana pendek bang Bisma. Kontolnya begitu saja keluar dan menampar wajahku, ternyata bang Bisma tidak memakai celana dalam. Kontolnya begitu indah dihiasi urat-urat hijau menghiasi dinding batang kontolnya. Berbeda dengan beberapa kontol yang sudah aku nikmati belakangan ini, kontol bang Bisma berwarna lebih cerah dan kepalanya berwarna merah muda selaras dengan kulit bang Bisma yang memang putih.

Susu Kental BapakWhere stories live. Discover now