Albern menaikan alisnya. 'pria aneh,' 

Brianna menghela nafasnya, merasa jengkel dengan tingkah teman kecilnya itu "Dami, aku benar-benar tak ingin merepotkanmu. Jarak antara rumahku dengan apartemen milikmu benar-benar jauh, aku hanya takut itu akan memakan waktu." jelas Brianna dengan lembut. Ah ya, omong-omong Damian tidak tinggal di rumahnya lagi. Ia diusir oleh Malvin secara kasar, Brianna sebenarnya tak tega melihatnya namun apa boleh buat. Malvin tak mengizinkan satu pun orang asing memasuki rumahnya tanpa sepengetahuan dirinya.

Mendengar hal itu raut wajah Damian berangsur-angsur pulih tidak mengeras seperti tadi. Namun, masih ada jejak kesal diwajahnya "Aku tahu. Hanya saja aku tak suka kau pergi dengannya," elaknya.

"Memang apa salahnya?" tanya Brianna heran. Kenapa Damian terlihat sensi hari ini?

"Tentu saja salah! Kau hanya boleh bersamaku dan juga keluargamu!" balasnya dengan posesif.

Brianna mengernyit, lalu berucap "Kenapa harus seperti itu? Bukan berarti karena kita sudah mengenal lebih lama, kau bisa bersikap seenaknya padaku Dami! Kita hanya sebatas teman dekat. Kau tidak berhak atas itu bahkan keluargaku sekalipun."

"B-bukan seperti itu Anna hanya saja ak—aku aishh" Damian merasa frustasi seketika.

Bibir Albern berkedut dan Damian melihatnya meskipun terlihat samar namun Damian tahu jika pria ini tengah mengejeknya "Apa kau!"

Albern menaikan alisnya, padahal dirinya terus saja diam. Kenapa pria cerewet ini terus saja menyemprot nya.

Melihat sikap Albern yang acuh, Damian jadi kesal sendiri "Kau?! Awas saja kau dekat-dekat dengan Anna dimasa depan! Jika itu terjadi aku tak akan tinggal diam!"

"..."

"HEI KAU DENGAR TIDAK?!"

"..."

Wajah Damian kini jadi memerah karena kesal, "Bisakah kau tidak mengabaikan ku?! Aku sedang berbicara padamu bodoh!" decak Damian.

"Bicaralah dengan sopan Dami!" peringat Brianna.

Damian kesal "Untuk apa aku harus bicara sopan dengan orang menyebalkan seperti itu," dengusnya tak suka.

Brianna memijit pelipisnya, merasa pusing dengan tingkah kekanak-kanakan Damian. "Terserah apa katamu, sekarang pergi ke kelasmu, bel sudah berbunyi dari tadi."

Damian mendelik "Sekarang bahkan kau berani mengusirku! Padahal aku hanya ingin melihatmu setelah beberapa hari tak bertemu."

"Sekarang sudahkah kan? Setelah ini kamu bisa pergi," jawab Brianna acuh.

Damian mengerjap "K-kau... Pasti gara-gara pri—hmpp..."

Buru-buru Brianna membekap mulut Damian yang terus saja mengoceh "Diamlah! Jangan membuatku pusing karena ocehan tidak jelasmu itu."

Damian seketika melotot "Hmpphh—" ia berusaha berbicara meski mulutnya ditutup dengan tangan putih Brianna.

Melihat Brianna tak ada inisiatif untuk melepaskannya, dengan jahil Damian menjilat tangan Brianna yang berada di mulutnya "DAMIAN!!" seru  Brianna dengan mengernyit jijik. Ia dengan segera melepaskan tangannya dari bekapan Damian. Kemudian menggosokkan tangannya pada rok seragamnya guna menghilangkan bekas jilatan Damian ditangannya.

BRIANNA [Proses Revisi]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora