32. Cause I Don't Care

19.6K 4.2K 201
                                    

Pesta perjamuan perayaan keberhasilanku serta hari ulang tahun Putra Mahkota sebentar lagi akan di mulai. Aku tahu perjamuan kali ini akan sangat luar biasa, dengan banyak tamu udangan yang berasal dari luar negeri.

Seharusnya posisi Ratulah yang ada disini dan bukannya aku. Putra Mahkota yang lahir dari rahim Ratu lah seharusnya yang hadir malam ini. Namun sungguh sangat di sayangkan, Ratu sedang dalam masa pemulihan sekarang.

Jika di ingat-ingat, aku tidak pernah melihat ratu dimanapun. Yah walaupun ini akan menjadi pertemuan pertamaku dengan Kaisar juga nantinya.

Kata orang-orang, Ratu yang menjabat saat ini adalah ratu terbaik sepanjang abab. Semasa pemerintahannya, Ratu selalu melakukan pekerjaanya dengan tersenyum dan ratu sangat bijaksana. Intinya, dia adalah ratu terbaik saat ini.

Aku tidak tahu dengan meningkatnya reputasiku sekarang akan membuat seseorang kepanasan atau tidak, lalu mengirimkan pembunuh bayaran layaknya di dalam cerita novel-novel maupun komikニ.

Aku berharap kehidupanku disini tidak sedrama itu.

Anak-anak tampak antusias malam ini. Mereka saling bercanda dan tertawa saat kami sedang menunggu Putra Mahkota dan Kaisar datang.

Sejujurnya aku sangat gugup sekarang, karena akhirnya bertemu dengan Kane setelah tiga puluh chapter berlalu. Rasanya berdebar, apalagi sedari tadi otakku bekerja keras memikirkan apa yang harus ku lakukan saat berhadapan dengan laki-laki itu nanti.

Kemarahanku terhadap orangtua si kembar secara mendadak luruh setelah aku bertemu dengan Sarah Seth. Aku seakan ingin melupakan masa lalu dan lebih memprioritaskan kebahagian serta perkembangan anak-anak sekarang.

Apa yang harus ku lakukan, agar hal itu bisa tercapai dengan mudah?

Pikiranku yang sedang memikirkan masa depan tiba-tiba teralihkan ke sebuah suara remaja yang sedang menyapa anak-anak dengan ramah. Aku mendongak, dan melihat Putra Mahkota sedang berjalan ke arahku dengan wajah sumringah.

Dia adalah remaja yang memanggilku dengan sebutan Mama beberapa minggu yang lalu. Sejujurnya aku tidak mengerti jalan pikiran-pikiran orang disini. Jika aku yang ada di posisi remaja itu, mungkin aku lebih suka menatap Selir ayahku dengan sinis dari pada tatapan bahagia seperti itu.

Tidak lama kemudian, hawa di ruangan tempat kami berada tiba-tiba berubah dan seseorang memasuki ruangan dengan wajah dinginnya.

Aku membeku sesaat, lalu mengumpat dalam hati. Wajah Kaisar yang menjadi suamiku saat ini benar-benar luar biasa. Tidak pernah sejarahnya aku pernah melihat wajah setampan itu di dunia modren.

Wajahku langsung memerah begitu saja saat pandangan kami saling bertemu. Entah mungkin karena ini efek aku yang tidak pernah memiliki pengalaman tentang laki-laki saat di dunia modren, atau ini memang bawaan tubuh Sarah, yang sejak awal memang sangat menyukai laki-laki itu. Apapun itu, yang jelas aku sedang malu saat ini.

Aku mencoba bersikap profesional dan pura-pura tidak menyadari wajahku yang memanas. Aku mencoba mengalihkan perhatianku ke arah pakaiannya yang sangat sempurna di tubuhnya yang berotot. Apalagi dressku dan pakaiannya memakai warna yang sama.

Keningku mengernyit ketika mengingat sesuatu. Kepalaku menoleh ke arah Putra Mahkota yang saat ini wajahnya terlihat sedih. Tentu saja hal itu mungkin di karenakan hanya pakaiannya saja yang berbeda dari pada kami semua.

Putra Mahkota memakai pakaian yang berwarna putih dan bahkan sepatunya juga begitu. Ia seperti sedang menyelinap ke lingkaran sebuah keluarga yang sedang memakai baju couple. Sungguh, aku tidak berniat melakukan hal ini. Aku hanya ingin berpasangan dengan anak-anak.

Im Momma?    (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang