2. Apakah Ini Mimpi?

31.6K 4.9K 71
                                    

Secara perlahan, aku mulai merasakan kesadaranku berangsur pulih, apalagi dengan aroma alkohol yang sangat menyengat di sekitaranku. Apakah saat ini aku sedang berada di rumah sakit, sehingga aroma ini bisa begitu terasa pekat?

Namun mengapa ini terasa berbeda?

Aku kembali mencoba membuka mataku, namun erangan kesakitan yang keluar dari mulutku serta rasa sakit dari kepalaku membuat aku kembali bertanya-tanya. Benar, mungkin tadi aku telah mengalami kecelakaan dan saat ini sedang berada di rumah sakit.

Tapi sekali lagi, aku merasakan keanehan pada seluruh tubuhku.

Rasa sakit dari kepalaku bukan berasal karna sebuah pukulan, melainkan sakit akibat aku terlalu banyak tertidur atau terlalu banyak minum alkohol. Begitu juga dengan mulutku yang sedari tadi menahan mual dan perutku bergejolak ingin memuntahkan isinya.

Namun...

Hikss

Suara tangisan pelan serta sebuah bisikan membuatku mau tidak mau harus membuka mata. Aku mengerjab pelan saat berhasil membuka kedua mataku. Seluruh ruangan tampak gelap dan hanya ada cahaya dari jendela, yang merupakan hasil pancaran dari sinar bulan.

Sialan, sebenarnya apa yang terjadi.

"Jangan berisik, nanti mama bangun!!" Suara bisikan pelan yang ketakutan itu lagi mengingatkan alasanku mengapa aku harus membuka mata.

Erangan pelan keluar dari bibirku saat aku berusaha memperbaiki posisi tubuhku. Dan...

Klang!!!

Suara botol kosong yang terjatuh dari tanganku lalu menggelinding ke arah sudut ruangan.

Apa sebenarnya yang terjadi?

Aku sudah lama berhenti minum alkohol, karna merasa sudah tidak bisa merasakan tantangan dari alkohol itu. Sebanyak apapun aku meminumnya, aku tidak pernah mabuk dan sejak saat itu, aku memilih berhenti minum karna tidak merasa itu sudah tidak berguna lagi.

Tapi kenapa aku sekarang merasa baru saja mabuk-mabukkan. Itu sebuah sensasi yang sudah tidak pernah aku rasakan lagi sejak lama.

Hiks

Suara tangisan itu lagi!

Aku mendongak, berusaha memfokuskan penglihatanku menuju asal suara. Terlatih merawat tujuh anak kecil sejak lama membuat semua indra ku sensitif. Tidak peduli sepelan apapun suara tangisan itu.

Tubuhku membeku ketika tatapan mataku mengarah ke tiga tubuh kecil yang sedang meringkuk di sudut ruangan. Ketiga tubuh itu tampak gemetaran, apalagi ketiga anak kecil itu menyadari bahwa sekarang aku sedang menatap mereka.

Salah satu anak kecil itu bahkan sampai memaksa menutup mulutnya menggunakan tangan, agar suara tangisannya tidak keluar.

Ada apa sebenarnya?

Aku berusaha bangkit berdiri dengan tubuh sempoyongan dan pergerakan itu berhasil membuat ketiga tubuh yang meringkuk di sudut itu semakin ketakutan.

Mengapa ada tiga anak kecil di depanku?

Mengapa mereka ketakutan?

Hoek

Aku mengumpat ketika aku memuntahkan seluruh isi perutku. Rasa mual itu sudah tidak tertahankan lagi, namun mengapa aku harus muntah di depan anak-anak itu.

Ini tidak bisa di biarkan begitu saja.

Muntahan memiliki banyak bakteri yang tidak bagus dengan imun anak-anak. Aku berjalan dengan cepat menuju satu ruangan, yang entah mengapa aku langsung begitu tahu bahwa ruangan tersebut adalah kamar mandi.

Aku hanya memfokuskan diri untuk mengambil lap basah, lalu membersikan muntahan itu, tanpa mempedulikan tatapan ketiga anak itu.

Setelah selesai membersihkannya, aku berniat untuk mencuci wajahku agar kesadaranku benar-benar terkumpul.

Hanya saja, sebuah wajah asing dengan warna bola mata serta rambut yang terpampang di dalam cermin membuat tubuhku membeku. Dia siapa?

Aku bisa melihat seorang perempuan cantik dengan warna mata biru serta warna rambut pirang keemasan sedang melihat ke arahku. Betapa cantiknya perempuan itu, pikirku pada saat itu.

Hanya saja, penampakan itu terlihat aneh. Sedari tadi, wanita itu mengikuti pergerakan yang aku lakukan. Apa mungkin aku masih dalam efek mabuk?

Plak,

Aku memukul wajahku sendiri, lalu meringis kesakitan.

Tidak bisa di percayai.

Penampakan wanita yang ada di depanku itu adalah aku?

Tapi bagaimana bisa?

Aku tidak mungkin salah mengingat warna rambut serta mataku? Tubuhku juga tidak selangsing ini. Belum lagi tone kulitku yang seharusnya putih pucat terlihat sangat berbeda dengan tone kulitku sekarang.

Ada apa sebenarnya? Berapa lama aku telah kehilangan kesadaranku sehingga seluruh penampilanku sampai berubah seratus delapan puluh derajat seperti ini.

Namun, ketika aku mencoba mengingat kilasan yang menimpaku terakhir kali, sebuah ingatan masuk bertubi-tubi ke kepalaku.

Ingatan mengenai aku yang menikah lalu menjadi selir terakhir seorang kaisar, yang kemudian mendapatkan anak kembar tiga. Hanya saja, ingatan itu berganti-ganti, menjadi sebuah ingatan aku yang terlihat marah besar ketika aku di campakkan dan tidak di pedulikan oleh suamiku, lalu melampiaskan kemarahanku pada ketiga anak-anak itu.

What the fuck?

Bajingan sekali hidupku?

Tapi aku merasa itu bukanlah ingatan ku.

Apakah aku sedang bermimpi? Tapi mengapa tamparan yang aku lakukan tadi terasa sangat nyata? Lalu, jika aku mengingat kenangan masa lalu, aku pernah membaca sebuah novel dengan genre seperti ini?

Tapi, bukankah itu hanyalah sebuah fantasy yang tidak akan pernah bisa terjadi pada kehidupan nyata?

Dan jika aku mengingat-ingat, aku juga tidak pernah membaca novel dengan genre seperti ini. Jika memang aku masuk ke dalam sebuah novel, tampaknya aku hanyalah pemain tambahan yang bahkan namanya tidak akan pernah di sebutkan. Sekarang saja hidupku benar-benar sudah di buang dan tinggal jauh dari istana pusat, tempat kaisar yang merupakan suamiku tinggal.

Aku terdiam sesaat, ketika sebuah kesimpulan terlintas di kepalaku. Apakah ini rencana Tuhan membawaku ke tempat ini, untuk membantu kehidupan si anak kembar itu, yang seumur hidupnya hanya mendapatkan sebuah penyiksaan? Mungkin saja Tuhan merasa aku cukup handal, jika menyangkut dalam merawat anak dengan baik. Apakah jika aku berhasil memperbaiki segalanya, aku bisa kembali ke dunia tempat adik-adikku tinggal? Mengingat aku tidak pernah membaca novel dengan genre seperti ini, aku rasa tebakanku tadi lebih bisa di terima.

Jika memang seperti itu, tidak masalah untukku. Tidak ada anak di dunia ini yang minta di lahirkan, dan tidak seharusnya anak-anak itu mendapatkan perlakuan seperti itu. Mereka harus tumbuh dengan sebuah kasih sayang dan bukannya motivasi untuk membalaskan dendam pada orangtuanya yang telah melakukan penyiksaan seperti ini.

Baiklah,

Aku sudah memutuskan semuanya.

Untuk sementara waktu, aku akan melakukan yang seharusnya aku lakukan.

Jika memang kami berempat di buang oleh penguasa itu, tidak masalah untukku. Aku bahkan pernah membesarkan tujuh anak dari nol tanpa bantuan siapapun.

Setidaknya, saat ini kami punya tempat tinggal yang cukup mewah, walau berada di wilayah yang jauh daei istana pusat. Lalu jika menurut ingatan ini, ada kepala pelayan yang selalu mengirimkan bahan makanan setiap sebulan sekali.

Si pemilik tubuh inilah yang hidupnya terlalu brengsek, sehingga lebih memilih menghabiskan waktu untuk minum-minum alkohol, di bandingkan memberi makan ketiga anaknya. Ketiga tubuh itu terlalu kecil, terlalu kurus jika di sebut sebagai anak delapan tahun. Tubuh mereka bahkan terlihat seperti umur lima tahun, karna tidak pernah mendapatkan gizi yang sesuai. Mungkin makan tiga kali dalam sehari saja sepertinya hal yang mustahil untuk ketiga anak itu. Tentu saja, karena hal seperti itu membuat tubuh mereka tidak berkembang sesuai umurnya.

Tbc

Im Momma?    (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang