Cairan Kenikmatan

Start from the beginning
                                    

"Pak tadi om Sapt-"

"Adnan!"

Aku terkekeh, saat om Sapto meneriaki namaku. Bapak sendiri menautkan alisnya bingung, dia tidak paham maksud perkataanku. "Tadi om Sapto kasih hadiah ke Adnan, baik banget ya pak?"

Bapak beralih menatap om Sapto. "Makasih To," kata bapak tanpa tau kalau hadiah itu adalah kontol.

Om Sapto mengangguk dan pergi, dia mati gaya. "Saya ke toilet dulu Pak."

Akupun kini menatap bapak. "Bapak kapan mau kasih hadiah ke Adnan? Katanya janji mau kasih hadiah karena Adnan keterima kuliah di PTN."

Bapak menggaruk tengkuknya. "Sabar ya Nan, lagi proses."

Aku tertawa diikuti oleh bapak, rasanya senang sekali bisa sedekat ini dengan bapak. Andaikan bapak tau kalau hadiah yang kumau itu adalah kontolnya, apa dia akan memberikannya padaku?

"Kalau gitu Adnan pulang dulu ya pak?"

Bapak nampak berpikir, dia kemudian menahan tanganku. "Kamu temenin bapak di sini ya Nan? Nanti pulangnya bareng bapak aja, soalnya motor bapak mogok makanya tadi ke warung si Inceu bapak jalan kaki."

Aku mengangguk senang, lagipula aku masih betah mengobrol dengan bapak. Jarang sekali kami bisa terlibat pembicaraan lama seperti tadi, biasanya kalau di rumah bapak hanya bertanya perihal sekolah, sekolah dan sekolah. Bagi bapak sekolahku adalah prioritas, dia tidak mau aku berakhir seperti dia. Pastinya semua orangtua di dunia ini mau anaknya mempunyai kehidupan lebih baik dari mereka bukan?

"Ya udah Adnan temenin, tapi om Sapto gimana?"

"Nanti si Sapto bapak suruh jaga pos belakang aja sama si Anwar," ucap bapak membuatku mengangguk.

Yes! Berduaan sama bapak.

Kami berdua sama-sama terduduk di luar pos. Karena hujan mulai turun dan pabrik juga mulai sepi karena kebanyakan karyawan sudah sibuk bekerja di dalam ruangan. Bapak menyuruhku untuk tidur saja di bilik kamar di mana aku mengoral kontol om Sapto tadi.

"Tidur aja Nan, masih lama," kata bapak ketika melihat aku yang terlihat ngantuk.

Aku menggeleng. "Kalau Adnan tidur, bapak juga."

"Bapak kan kerja Nan."

"Kosong pak, lagian kalau cuma bukain gerbang kam bisa nanti pas ada suara klakson."

Akhirnya bapak mengangguk. "Ya udah kamu masuk duluan, nanti bapak nyusul mau kencing dulu."

Hihihi, bakal nemu kontol lagi nih.

Setelah mengatakan itu dalam hati, aku bergegas masul ke bilik kamar yang ada di dalam pos satpam. Tak lama, bapak ikut masuk dengan wajah terlihat menahan kantuk.

"Bapak ngantuk?"

"Iya Nan, semalem bapak sama ibu- eh maksudnya semalem bapak sama ibu main catur sampe subuh."

Aku tertawa, aku tau kalau bapak dan ibu ngentot semalam suntuk kemarin. Bapak pasti kelelahan ditambah dia baru saja bermain badminton di gor.

"Main catur atau main kuda-kudaan pak?" godaku tak tau malu.

"Hush!" kata bapak menjewer telingaku.

"Aw-aw pak lepasin, sakit kuping Adnan."

Bapak melepasnya. "Mulutnya dijaga."

"Adnan udah gede pak," kataku sebal, walau meringis hatiku rasanya menghangat karena bisa sedekat ini dengan bapaku.

Bapak tersenyum, dia terlihat menahan haru. "Nggak kerasa ya Nan, kamu udah segede gini aja. Bapak jadi inget waktu ibu lahirin kamu, berasa baru kemarin."

Susu Kental BapakWhere stories live. Discover now