Bagian 30 ; Maaf

11.2K 2.3K 507
                                    

_____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


_____

"Caca nangis, dia butuh ASI," kata Aro sambil meletakan putri kecilnya didekat Acha. Sejak tadi ia berusaha menenangkan Caca, tapi bayi itu tak mau berhenti menangis karna ia kelaparan.

"A-aro aku ... a-aku minta maaf. A-aku ...."

"Cha. Caca butuh ASI, dia kelaparan sejak pagi. Tolong jangan pentingin diri kamu sendiri, dia juga anak kamu, Cha." Aro mencoba memberi pengertian pada istrinya, namun sepertinya wanita itu sama sekali tak menghiraukan ucapan Aro dan tangisan bayi mungil yang ada di sebelahnya sejak tadi.

"Tapi kamu maafin aku kan?" Acha mendongak dengan air mata yang sudah membasahi pipi.
"Stop bilang maaf-maaf terus! Aku nggak butuh permintaan maaf, Cha. Aku mau kamu sadar atas kesalahan kamu, aku mau kamu belajar dari kesalahan kamu. Kalau kamu terus-terusan mikirin diri kamu sendiri-" Aro menggantung ucapannya.

"Kita hidup masing-masing aja."

Rasanya jantung Acha seperti berhenti berdetak mendengar Aro mengucapkan itu.
"Aku tau aku salah, tapi tolong kasih aku kesempatan, Aro. Aku janji bakal berubah, a-aku-"

Aro memilih untuk keluar dari kamar, ia tak mau mendengar alasan lebih panjang lagi.

"Aro! Aku minta maaf," Acha semakin meninggikan suaranya berharap agar didengar suaminya.

👣

Rumah yang tak asing lagi di ingatan Ara kini kembali ia lihat. Ara masih belum siap jika ia harus di maki-maki dan dibentak lagi oleh Aro dihadapan banyak orang, karna itu menyakiti hatinya.

Aksel turun lebih dulu, ia membuka pintu untuk Ara. Beberapa detik Aksel menunggu tapi Ara tak bergerak dari tempatnya. Ara melamun menatap jalan didepan, bahkan ia tak sadar jika Aksel berada disampingnya.

"Sayang." Ara tak merespon, ia masih termenung dengan pandangan kosong. Aksel menggenggam tangan Ara. "Ara sayang ... mama udah nungguin didalem"

Ara mengangguk kecil, ia meyakinkan dirinya lalu turun dari mobil. Dengan langkah berat ia memasuki kediaman Sanjaya bersama Aksel.

"Walah, mbak Ara!" Pekik mbok Inah yang tak sengaja melihat Ara saat ia berjalan kedapur. Amanda yang mendengar pekikan mbok Inah langsung mematikan kompor. Ia langsung menghampiri Ara dan suaminya di ruang tengah.

"Wah-wah. Siapa yang datang ini." Mbak Rika ikut menghampiri Ara sambil menggendong Ata anak bungsu di keluarga Sanjaya.

Ara senang, semua orang turut bahagia atas kedatangannya. Rasa takutnya langsung hilang saat melihat senyum semua orang disini. Ara memeluk Amanda dengan air mata yang menetes karna tak dapat dibendung lagi.

"Kangen, ma,"

"Iya kangen, tapi perut kamu itu lho. Mama ngeri liatnya." Amanda memukul kecil punggung putrinya.

A+ [Kita Kembar]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang