Bagian 14 ; Sifat aslinya

88.5K 8.4K 4.8K
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


5 bulan kemudian.

"Kamu makannya apa ..."

"Semen," sahutan itu membuat Ara melirik seseorang yang sedang menatap laptop di meja kerja.

Ara meletakan gelas yang berisi susu vanilla kesukaannya di atas nakas, lalu menghampiri sang suami. "Ngerjain apa sih? Dari tadi nggak selesai-selesai." Ara menatap layar laptop Aksel.

Aksel mendongak menatap istrinya sambil menutup laptop. "Aku lagi cari nama buat anak kita. Aku udah nemuin 25 nama yang bagus kamu pilih yang mana?"

"Sel. Perut aku belum terlalu buncit, kok kamu udah nyiapin nama buat dia," kata Ara.

"Nggak apa-apa sayang. Sedia payung sebelum hujan, mikirin nama sebelum lahiran."

"Bagus juga idenya. Terus namanya siapa?" Tanya Ara.

"Nih lihat." Laptop Aksel kembali di buka dan menunjukkan website 25 nama nabi beserta tugasnya.

"Nama nabi?" Tanya Ara bingung.

Aksel langsung melirik laptopnya. "Tapi bagus artinya sayang."
"Ya tapi nggak itu juga, Sel. Kita nyiapin nama nanti aja. Sekarang, mending kamu tidur biar besok bisa bangun pagi." Ara menutup laptop Aksel. Ia menarik lengan Aksel dan mengajaknya istirahat di ranjang.

"Kamu ngantuk, Ra?" tanya Aksel.

Ara yang sudah merebahkan dirinya lantas menghela napas. "Kalau aku ngajak tidur berarti aku udah ngantuk. Emang perlu aku jelasin?"

Aksel menatap jam yang tertempel di dinding. Jam itu menunjukkan pukul sepuluh malam, dan malam ini Aksel sama sekali belum ngantuk. Tapi Aksel ikut merebahkan diri di samping istrinya lalu mematikan lampu.

"Aksel ..." lirihan Ara hampir tak terdengar jelas di telinga Aksel

"Hm?"

"Aksel ..." Ara memanggil nama Aksel lagi.

Ekspresi Ara yang terlihat gemas membuat Aksel menarik sudut bibirnya. "Pasti mau minta sesuatu? Apa? Ayok sebutin. Mobil? Rumah? Apartemen? Kucing? Anjing? Sapi? Kambing-"

"Aksel peluk aku." Aksel berhenti berucap dengan jantung yang tiba-tiba berdegup dua kali lebih cepat dari biasanya.

"Peluk? Aku nawarin rumah, mobil, apartemen-"

Ara beringsut lalu memeluk suaminya dan meletakan kepalanya diatas dada bidang Aksel. "Aku butuhnya pelukan kamu."

Dengan senang hati, Aksel memeluk istrinya di malam itu. Ia tersenyum manis bahkan senyumannya mengalahkan 1kg gula pasir yang ada di dalam toples.

"Kesambet setan mana tadi? Tiba-tiba manja gini." Aksel bergumam, "Anget-anget gini jadi ngantuk."

Akhirnya Aksel ikut terlelap bersama istrinya dengan posisi nyaman. Setelah satu bulan lebih pernikahan akhirnya Aksel bisa merasakan manjanya Ara.

A+ [Kita Kembar]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang