10.

3.1K 284 4
                                    

<<JANGAN LUPA FOLLOW& VOMMENT>>

Kasih tau kalo ada typo hehe:v

“Berhenti tersenyum bodoh, kamu terlihat menyebalkan. Untung saja, dia yang menemukan mu jika orang lain aku tak yakin kamu masih hidup sekarang ini” Sinis Bramasta menatap jengah kakak sepupunya, 20 menit terus tersenyum tanpa henti.

Klarvis tidak memperdulikan perkataan sinis Bramasta, dirinya sedang bahagia.

“Jika menyerang selalu membuat ku berada di dekatnya, aku akan sering-sering menyerang mereka sendirian” Seru Klarvis membuat Bramasta menatapnya tajam.

“Dasar idiot. Bisa-bisanya menyerang mereka tanpa rekan. Jika ingin mati beritahu aku, aku siap menjadi malaikat maut mu” Marah Bramasta.

Dua jam lalu Bramasta menerima telepon dari Bondan bahwa Klarvis menyerang musuh bebuyutannya tanpa membawa senjata atau pun rekan. Tentu semua orang panik langsung mencari dimana keberadaan pria itu.

“Saat itu aku kalut, melihat kondisi putra dan istriku” Balas Klarvis.

“Apa kalut bisa membuat orang bodoh? Hanya kamu yang kalut masuk ke kandang setan”

Klarvis melirik Bramasta sekilas. “Berhenti mengomel, kamu sudah seperti ibu ku saja. Apa kamu sudah mengirim bodyguard untuk putra pertama ku?” Tanya Klarvis serius.

“Hm”

“Beritahu Bondan agar menarik kembali pasukan, aku baik-baik saja” Lanjut nya direspon decakan kesal.

Mengambil handphone dan langsung menghubungi sepupunya itu.

Klarvis merebahkan tubuhnya di kepala tempat tidur, menatap plafon polos yang hanya terdapat sebuah lampu.

“Mereka benar, dia nampak berbeda” Lirih Klarvis memejamkan matanya.

Tok

Tok

Ceklek

“Bram, aku harus kembali ke rumah sakit. Tolong jaga dia untuk sementara waktu, dokter akan datang sebentar lagi” Jelas Fanya berdiri di depan pintu memakai pakaian casual sambil menggendong putra keduanya.

Bramasta yang sedang menelpon pun segera memutuskannya. “Nyonya akan kembali ke rumah sakit? Ini sudah larut malam” Balas Bramasta melirik sekilas arloji di tangannya.

“Aku tak bisa meninggalkan Ax sendiri, ya meski ada perawat dan bodyguard tapi tetap saja aku tak bisa tenang” Jelas Fanya menepuk punggung kecil Exel.

“Membawa tuan muda kedua?” Fanya mengangguk.

“Dia sedikit rewel, aku memutuskan untuk membawanya”

“Angin malam sangat tidak baik untuk kesehatan tuan muda kedua, apa tidak sebaiknya tuan muda di rumah saja?” Sedingin dan sedatar apa pun Bramasta, dia tetap peduli bagaimana pun Axel dan Exel tetap keponakannya.

“Bram benar, kalian di sini saja. Lagi pun di sana sudah banyak penjaga, kita bisa kembali besok pagi sebelum dia bangun” Jelas Klarvis berhasil mengundang tatapan curiga dari Fanya.

“Ada apa? Kenapa menatap ku seperti itu? Kamu tidak perlu khawatir putra kit--ah maksud ku putra mu aman dan baik-baik saja, aku bisa menjaminnya” Lanjut Klarvis ketika melihat tatapan curiga dari wanitanya.

Aku semakin curiga jika dia seorang penjahatBatin Fanya.

“Sebelumnya terima kasih atas kebaikannya, tapi maaf sekali tuan tawaran sebagus itu aku tolak dan anda tidak perlu menjamin keselamatan putra ku. Bram, siapkan mobil” Tegas Fanya berlalu pergi meninggalkan Klarvis yang terdiam.

Sepotong lukaWhere stories live. Discover now