5.

2.4K 260 0
                                    

<<JANGAN LUPA FOLLOW& VOMMENT>>

Kasih tau kalo ada typo hehe:v

Fanya termenung menatap jalanan dengan dahi mengernyit, otak kecilnya sedang memikirkan sesuatu.

“Adik ipar?” Mencoba mengingat-ingat wajah pria muda yang baru saja ditemui nya.

Drtt

Drtt

Drtt

Lamunan Fanya buyar saat dering handphone nya menyala. Melihat nama Jini yang menelpon, Fanya segera mengangkatnya.

“Iya Jini?”

N-nyonya t-tuan muda pertama-’

Entah kenapa tiba-tiba perasaan wanita itu tidak enak, di tambah suara pengasuhnya yang gemetar ketakutan.

Fanya menepikan mobilnya di pinggir jalan. “Jini pelan-pelan, katakan ada apa dengan Ax?” Ujar Fanya menenangkan.

‘Penyakit tuan muda kambuh nyonya, tuan muda tidak mau membuka pintu kamarnya. Bagaimana ini nyonya saya khawatir’

Jantung Fanya berdetak kencang, dia tak mengetahui bahwa putranya memilki penyakit.

“Jini tenanglah, aku sedang dalam perjalanan pulang. Tolong berusaha untuk membuka pintu kamar nya” Tanpa menunggu balasan dari lawannya Fanya langsung mematikan nya begitu saja.

Dengan segera Fanya menjalankan mobilnya kembali menuju rumah. “Fanya, lagi-lagi kamu memberiku kejutan. Seharusnya kamu memberi ingatan mu tentang putra ku”

Tiap di perjalanan Fanya terus mengumpat pada pemilik tubuh. Tak membutuhkan banyak waktu untuk sampai di kediamannya.

Fanya keluar dari mobilnya dengan raut panik, berlari masuk kedalam rumahnya yang nampak sepi dia kembali berlari menuju kamar putranya.

Di depan kamar putranya nampak banyak pekerjanya yang sedang berusaha membujuk dan membuka pintu kamar putranya.

“Syukurlah nyonya sudah datang” Ujar bibi Mey lega.

Dengan napas yang memburu Fanya bertanya. “Bagaimana ini bisa terjadi?”

“Setelah nyonya pergi tuan muda pertama langsung masuk kamar dan membanting semua barang, awalnya kami ragu untuk menghubungi nyonya tapi mendengar teriakkan tuan muda saya langsung menghubungi nyonya” Saut Jini yang sedang menggendong putra keduanya.

Fanya mengeram marah biasa-biasa mereka baru menghubungi nya setelah putranya menjerit sakit, namun sekarang bukan waktunya untuk marah.

“Apa tidak ada kunci cadangan?” Tanya Fanya pada Bramasta yang masih berusaha untuk mendobrak pintu tersebut.

“Semua remote kunci cadangan anda yang menyimpan nya nyonya” Lagi dan lagi Fanya mengeram, dia tak ingat dimana dia menyimpan kunci nya.

Tak ada pilihan lagi, selain berbicara baik-baik dengan putranya. Dia juga semakin mendengar suara pecahan kaca dan teriakan anak itu.

Tok

Tok

“Ax bisa dengar suara Mami? Buka pintunya sayang, jangan menghancurkan apa pun lagi. Jika Ax sayang Mami sekarang lepaskan apa pun yang ada di tangan mu” Suara lembut Fanya mengudara indah di pendengar mereka.

Tak

Fanya tersenyum mendengar suara benda yang terjatuh yang artinya Ax mendengarkan nya.

“Anak pintar, sekarang mendekat lah pada Mami dan buka pintunya. Anak baik tidak akan membantah ucapan Mami nya bukan? Berjalan dengan hati-hati hindari pecahan kaca dari kakimu” Lanjut Fanya.

Sepotong lukaUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum