Chapter 12 : The Wedding Day!

1.4K 104 0
                                    

Tidak ada lagi pakaian rumahan apalagi seragam perawat, melainkan gaun putih panjang dengan tudung sama putihnya yang menjepit rambut Praya. Wajah yang selalu polos kini tampak indah dengan riasan ciamik make-up artist ternama. Belum lagi aroma bunga-bunga mawar segar yang sengaja ditaruh di setiap sudut kamar.

Hari ini adalah pernikahannya, seharusnya momen ini dapat mengembangkan senyum Praya. Namun, itu tidak berlaku untuknya. Kenyataan bahwa Prabu yang akan menjadi suaminya ternyata masih belum membuat Praya bahagia. Kebahagiaan itu tertahan saat lagi dan lagi ada satu orang yang harus menderita, Aruna.

Seketika Praya menghela napas dalam, lalu mengembuskannya. Dia mencoba untuk mengembangkan senyum. Dandanan di wajahnya yang sudah indah, ditambah gaun putih yang tampak mahal ini akan sangat rugi jika yang mengenakannya hanya memasang wajah cemberut.

Bunyi ketukan mengalihkan Praya. Belum sempat menjawab, tahu-tahu saja pintu terbuka. Ratna dengan kebaya warna abu-abu berjalan mendekat. Senyum yang terpasang di wajah ibunya tak secemerlang biasanya.

"Bu," panggil Praya seraya menyentuh lengan Ratna. "Kok ekspresinya nggak senang?"

"Kamu yakin, Yaya? Kalau kamu nggak mau beneran nggak usah dipaksa karena tujuan menikah itu untuk menambah kebahagiaan, bukan nambahin kesedihan." Ratna meraih tangan Praya untuk diremas kuat. "Ibu siap minta maaf ke keluarga Sastranegara karena membatalkan pernikahan ini, lalu angkat kaki dari sini. Yaya, kamu harus bahagia."

Pertanyaan Ratna membuat Praya tersenyum lembut. Meski masih merasa tidak senang dan bersalah pada Aruna, tapi kabur bukan keinginannya. Lagi pula Praya sudah berjanji, dia juga sudah membuat perjanjian pra-nikah yang nanti akan disahkan sebelum akad, maka satu-satunya yang bisa dia lakukan adalah menghadapinya.

"Bu, Ibu sendiri yang bilang kalau Yaya berhak menentukan sendiri hidup Yaya. Ibu juga bilang kalau nikah itu harus sama orang yang bisa bikin kita merasa bahagia dan aman, kan?"

Ratna mengangguk kaku. "Tapi, Ibu merasa bukan seperti ini cara menikah yang bahagia dan aman, Yaya."

"Kata siapa?" Praya terkekeh, lebih tepatnya mencoba bersikap positif akan masa depan. "Sejak kita pertama kali menginjakkan kaki di rumah ini, siapa yang selalu bikin Yaya bahagia? Prabu kan, Bu? Terus siapa yang selalu bikin Yaya merasa aman setiap kali ada yang bully Yaya atau nyakitin Yaya? Prabu, Bu, dia yang selalu berdiri paling depan. Jadi, ini pernikahan yang baik, kan?"

"Kamu udah memutuskan untuk tetap maju, Yaya?"

Praya mengangguk. Tangan Ratna diremas semakin kuat. "Yaya sekarang cuma butuh restu dan doa Ibu agar semakin bahagia. Oke?"

Kali ini giliran Ratna yang mengangguk. Ada air mata ibunya yang menetes, membuat Yaya refleks mengusap pipi ibunya.

"Kok nangis, Bu?" bisik Yaya.

Baca kelanjutan kisah Prahara Pernikahan Praya hanya di KaryaKarsa. Link akan dibagikan di beranda Wattpad ya!

***

Surabaya, 29 Mei 2022

Terima kasih untuk kamu yang sudah baca kisah ini dan menunggu-nunggunya! 

Love,

Desy Miladiana

Prahara Pernikahan Praya (KaryaKarsa)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon